x

Indonesiana - Pelaku bisnis besar, organisasi intelijen, pusat-pusat studi berharap dapat menemukan valuable insights dari big data yang dapat membantu dalam memperbaiki kinerja organisasi.

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Era ‘Big Data’ Tiba, ‘Data Scientist’ Masih Langka

Pelaku bisnis besar, organisasi intelijen, maupun pusat-pusat studi percaya bahwa big data menyimpan mutiara yang berharga. Mereka berharap dapat menemukan valuable insights yang dapat membantu dalam memperbaiki kinerja organisasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di zaman digital, apa saja yang kita lakukan meninggalkan jejak: mengunggah foto di instagram, mendengarkan lagu di soundcloud, mengunduh materi presentasi dari slideshare, membayar makan siang dengan kartu debit, juga saat kita mengunjungi mal dan melewati jalan protokol—kamera CCTV merekam apa yang kita lakukan di sana.

Jejak-jejak digital (atau disebut data) ini disimpan dalam jumlah sangat besar dan dipertukarkan dengan amat cepat. Masing-masing kita punya kantong e-mail yang menyimpan surat dari rekan kerja, perusahaan yang berkirim iklan, info tentang materi terbaru dari jurnal atau majalah digital. Perusahaan kebanjiran data yang berasal dari beragam sumber, dari yang dihimpun sendiri oleh tenaga pemasaran dan penjualan hingga yang ditambang dari konsumen.

Setiap detik, di seluruh jagat, data ini terus menumpuk menjadi timbunan yang semakin besar. Sekedar gambaran, Eric Schmidt, executive chairman Google, pernah mengatakan: “Sejak lahirnya peradaban hingga tahun 2003, umat manusia menghasilkan 5 exabytes data. Kini, kita memproduksi 5 exabytes setiap dua hari. dan lajunya semakin cepat.” Bayangkan, 1 exabytes setara dengan 1 miliar gigabytes.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Indonesia saja, menurut International Data Corporation, volume data pada 2014 mencapai 84 exabytes. Diprediksi, pada 2020, volume data ini membengkak hingga 656 exabytes. Jadi, big data bukan lagi sekedar obrolan yang menggebu-gebu, tapi sudah menjadi kenyataan. Soalnya kemudian, mau diapakan data yang sangat berlimpah itu?

Pelaku bisnis besar, organisasi intelijen, pusat-pusat studi percaya bahwa big data menyimpan mutiara yang berharga. Pada umumnya, mereka berharap dapat menemukan valuable insights yang dapat membantu dalam memperbaiki kinerja organisasi. Kalau pelaku bisnis, ya meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan dengan cepat. Kalau organisasi intelijen, menemukan pola dan kecenderungan pihak tertentu yang harus segera dideteksi.

Sayangnya, menemukan pola dan kecenderungan seperti itu tidaklah mudah. George Day, guru besar Wharton Business School, menyebutkan bahwa jumlah data yang disimpan perusahaan bisa mencapai dua kali lipat setiap 18 bulan, sedangkan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan data itu tumbuh sekitar 2 persen saja. Salah satu tantangan untuk dapat memanfaatkan big data ialah kemampuan analitik.

Beberapa studi mutakhir menunjukkan adanya kebutuhan untuk mempertajam fokus pada pemakaian alat-alat analisis data. Para eksekutif yang pernah disurvei oleh MIT Sloan Management menyebutkan bahwa kemampuan analitik ini merupakan sumber keunggulan. Keputusan yang tepat dapat diambil bila manajemen mampu menemukan mutiara dari big data—harap maklum, big data bukan sekedar data dalam jumlah amat sangat besar, melainkan data yang karena begitu besar ukurannya, beragam formatnya, sangat cepat pergerakannya,  sehingga tidak bisa dikelola dengan database tool konvensional.

Dibutuhkan kemampuan analitik tertentu untuk dapat menemukan valuable insights di dalam timbunan data itu. Aktivitas bisnis dan ekonomi diyakini akan semakin bertumpu pada big data (analytics driven). Data semakin diakui sebagai aset strategis yang sangat berharga, dan kemampuan analitiknya menjadi keunggulan yang tak mudah ditandingi.

Tak heran jika kini banyak perusahaan berburu data scientist, yakni orang yang dianggap jago dalam analisis big data. Orang-orang ini ada, hanya saja jumlahnya masih sedikit dibandingkan kebutuhan yang meningkat dengan cepat. Data scientist dipandang sebagai salah satu profesi yang bakal semakin bersinar di waktu-waktu mendatang, sebab era big data sudah tiba. (sbr ilustrasi: osintegrators.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB