Photo; Ilustrasi (doc/pri)
Oleh;Asep Rizal
Padamu senja yang menoreh noktah merah…
Deru angin barat yang menampar wajah menyibakan kerudung putih yang tlah lusuh
Terkoyaklah darah Perawan dusun yang lugu
Hidung mancung pemanis wajah bukan hiasan semata
Senyum getir menyibak misteri disenja ketika lembayung menoreh warna merah merona
****************
Padamu senja yang menoreh noktah merah …
Aku menunggumu
Ucap “Ungkap” gadis
Pada senja di-buku diary berwarna ungu
yang kau tulis dengan tinta dari air mata pemanis
******************
Padamu senja yang menoreh noktah merah…
sarung hitam penutup wajah dibejana bersimbah peluh
mengoyak bathin gadis dusun yang tlah menyerah
Pucuk kelapa tlah kering itu jadi saksi bisu kau mencintaiku
Kau pasrahkan cintamu dengan kata-kata “jangan kau duakan cintaku”..
*******************
Padamu senja yang menoreh noktah merah…
Kupalangkan telapak tanganku didepan wajah bak malaikat shaleh penyembah tuhan
Peluhkupun luluh ketika kau ucapkan kata bahwa dihatimu hanya ada aku ketika itu
Tuhan kita sengaja memoleskan kwasNya pada dinding langit dideru suara rindu
Ketika mentari sengaja mencoba menyapa dunia bahwa cahayanya akan diredupkan untuk menjaga kesegarannya pada esok hari ketika burung pipit memanggilnya ……
Padamu senja yang menoreh noktah merah…
*Cimande 1985
******************************************************************************
Indonesiana.Tempo.co (17/03/2015).
Ikuti tulisan menarik Asep Rizal lainnya di sini.