x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Adu Jotos Anggota DPR

Rakyat tentu saja berharap bahwa pembahasan beragam isu strategis di DPR berlangsung rasional, memakai akal sehat, menggunakan hati nurani sebagai tolok ukur kebenaran. Bukan dengan kekuatan tinju.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah kita disuguhi aksi rebutan kantor fraksi Golkar beberapa hari lalu, yang bahkan ditayangkan secara langsung (‘live’) oleh sebuah stasiun teve, kini kita disuguhi berita tentang adu jotos (atau pemukulan?) anggota DPR. Media memberitakan, meluncurnya ‘bogem mentah’ itu berawal dari teguran oleh pemimpin rapat terhadap salah seorang anggota DPR yang berbicara terlalu lama dalam rapat dengan Menteri ESDM Sudirman Said.

Mungkin banyak pula yang masih ingat aksi anggota DPR yang menggulingkan meja di depannya ketika memprotes pimpinan sidang paripurna DPR 28 Oktober 2014. Dulu, ketika almarhum Gus Dur mengatakan DPR itu seperti taman kanak-kanak, belum ada aksi-aksi semacam itu. Nah, sekarang ada aksi penggulingan meja, rebutan kantor fraksi, lalu berantem fisik, lantas apa sebutannya?

Ruang parlemen sebenarnya dirancang untuk penyelenggaraan tugas-tugas mulia wakil rakyat, seperti menyusun perundangan, membahas isu-isu strategis nasional dengan lembaga eksekutif dan yudikatif. Rakyat tentu saja berharap bahwa pembahasan beragam isu strategis itu berlangsung rasional, memakai akal sehat, menggunakan hati nurani sebagai tolok ukur kebenaran.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anggota DPR semestinya juga mengutamakan kepentingan rakyat, bukan pribadi tertentu dan kelompok tertentu. Mereka seharusnya tidak menutup mata, telinga, dan hati terhadap apa yang dikehendaki sebagian besar rakyat. Sayangnya, dalam banyak peristiwa, hal itulah yang terjadi. Kompromi dan negosiasi adalah hal wajar dalam hidup, tapi sungguh menghina akal sehat dan hati nurani apabila jika itu dilakukan demi kepentingan segelintir pribadi dan kelompok dengan mengingkari kebenaran dan rasa keadilan rakyat banyak.

Ruang-ruang sidang parlemen dibuat untuk memperdebatkan gagasan, pikiran, maupun rencana strategis dengan pikiran jernih dan hati yang tenang melalui adu argumentasi. Beradu argumentasi bukan berarti beradu kepintaran bersilat lidah tapi manipulatif—berhentilah untuk menganggap rakyat tidak mengerti bahwa argumentasi tertentu telah memanipulasi kebenaran dan keadilan.

Sayang memang bahwa sejauh ini rakyat belum menyaksikan perencanaan strategis yang membuat rakyat optimistis bahwa ‘Indonesia Hebat’ atau ‘Indonesia Besar’ bukan sekedar bahan kampanye. Sejak dilantik hingga hari ini, DPR belum menunjukkan kinerja yang mampu meningkatkan optimisme rakyat bahwa hari esok negeri ini akan jauh lebih baik.

Namun bagaimana optimisme rakyat akan meningkat jika ‘adu lisan’ di ruang sidang berlanjut ke ‘adu jotos’? Bukankah ini pertanda bahwa self-awareness dan kecerdasan emosional para anggota Dewan mesti diasah agar lebih berkilau? Kekuatan tinju anggota DPR itu menandakan kelemahan self-awareness mereka.

Kompleks DPR sejak awal dirancang bukan sebagai tempat untuk beradu pukul. Atau barangkali perlu disediakan sebuah ring tinju untuk menyalurkan gemuruh emosi para anggota Dewan seusai rapat atau sidang? (Foto: Kericuhan Sidang Paripurna DPR 28 Oktober 2014, foto tempo.co) ***

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB