x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pemilik Ijazah Palsu Dipecat Bukan Dicopot, Pak Yuddy

Hukuman yang paling tepat untuk PNS atau TNI/Polri yang menggunakan gelar sarjana palsu adalah dipecat, bukan dicopot. Tindakan tegas ini diperlukan dari sisi kehormatan dunia pendidikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sarjana Asli Murka

Rating lagu Alamat Palsu Ayu Ting Ting naik lagi dipermukaan berita nasional.  Pasalnya saudara dari alamat palsu itu yaitu ijazah palsu sedang marak di beritakan.  Bukan saja kalangan intelektual sejati yang berang bukan kepalang karena perusakan nama baik gelar sarjana tetapi kalangan penjual ijazah palsu pun marah kenapa mesti objekan mereka ketahuan. Tukang ojek langganan si oknum pemilik ijazah palsupun merasa di bohongi karena selama ini dia merasa bangga mengojeki sarjana.

Betapa tidak, wajar saja  pemilik gelar Sarjana Asli murka bukan alang kepalang. Pengalaman awak duduk dibangku sekolah hampir selama lebih kurang 20 tahun ikut terusik.  Awak teringat satu kisah nyata ketika kuliah di Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Setelah lebih dari 2 tahun bolak balik setiap sore sampai malam ke kampus UI di Salemba maka tibalah giliran ujian tesis.  Awak mendapat giliran ke tiga, dua orang shohib sedang berjuang di ruang sidang mempertahankan atau lebih tepat mempertanggung jawabkan karya ilmiah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tiga orang Dosen yang bergelar Doktor terlihat angker, padahal yang diuji adalah mahasiswa bermutu (bermuka tua) Bapak dan Ibu yang sudah berumur.  Tidak ada toleransi bila menyangkut kualitas lulusan Sarjana UI. Awak menunggu di luar sidang sambil membaca berulang ulang tesis dan tak lupa berdoa panjang agar nanti dihadapan malaikat dunia itu awak tidak hang.  Menyusun tesis bukan pekara gampang, berdarah darah itulah kata yang paling tepat untuk perjuangan mendapatkan gelar magister.  Sampai sampai istri dan anak bingung melihat kekalutan kepala rumah tangga seiring dengan semakin dekatnya ujian tesis.

Sobat pertama keluar dari ruang sidang.  Beliau nampak muram, wajah sedih, kepala menunduk dan langsung meninggalkan kampus.  Shohib itu tak pula menyapa kami.  Awak bersegera mendekatinya namun tampaknya dia berjalan terus, sepertinya tidak ingin diganggu.    Ada apa rupanya teman seperjuangan ku ini.  Seorang petugas administrasi menjelaskan bahwa shohib tersebut harus memperbaiki tesis dan dipersilahkan maju lagi di sidang semester mendatang.

Sarjana Asli Berdarah Darah

Melihat kesedihan rekan seperjuangan  tiba tiba hati awak tersungkur. Bagaimana pula nasib awak nanti ruang sidang.  Karena masih menuggu giliran sidang awak segera mengejar shohib.  Dia nampak duduk di dekat kantin. Sendiri dan merenung.  Awak duduk disebelah dan merangkul pundaknya.  Tidak ada kata nan keluar, karena semua sudah di wakili oleh bahasa tubuh ketika jiwa dalam duka nestapa nan sangat mendalam.  “Sabar sobat, ini bukan kiamat, masih ada kesempatan” hanya itu bisa awak utarakan kepadanya.  Shohib tersebut diam seribu basa.

Terbayang, entah apa yang akan disampaikan kepada anak istrinya. Belum lagi harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk dana semester tambahan.  Kami dulu saling tolong menolong ketika bersama sama menyusun karya ilmiah.  Metodologi penelitianlah yang menjadi momok.  Berulang ulang menghadap Dosen Pembimbing , berulang ulang pula perbaikan tesis. Terkadang terpikir, begini susahnya mendapatkan gelar sarjana.  Ilmu telah didapat namun sebagai pamungkas apakah ilmu itu benar benar telah tersimpan secara permanen di memory brain maka perlu dibuktikan pada ajang ujian tesis.  Apakah anda layak menderma bhaktikan ilmu dengan menyandang gelar M.Si.

Kini giliran awak masuk keruang sidang.  Langkah pertama Bismillahirrohmanirrohim sembari memohon doa kehadirat Allah SWT semoga proses ujian dimudahlan dan dilancarkan.  Tak lupa awak membayangkan wajah Almarhumah Ibunda Hj Kamsiah Binti Sutan Mahmud dan Wajah Istri tercinta Hj.Enida Busri dan 4 ananda. Inilah kiat turun menurun di keluarga kami ketika menghadapi ujian atau cobaan berat.   Alhamdulillah semua berjalan lancar.  Paparan melalui power point awak selesaikan sesuai waktu yang disediakan. Semua pertanyaan dosen penguji mampu awak jawab dengan lugas dan tangkas.

Setelah ujian berakhir awak di minta mundur sedikit di belakang ruang sidang.  Rupanya dosen penguji sedang merundingkan bagaimana hasil ujian tesis.  Tak lama awak di panggil dan di beri selamat : Anda dinyatakan lulus dengan nilai “A” , Subhanallah, terisak hati ini, ucapan syukur, akhirnya pengorbanan waktu dan segalanya mampu awak raih hasilnya di usia 55 tahun.

Nah berdasarkan dari uraian pengalaman diatas, awak terus terang merasa sebal, benci dan muak tidak respek kepada sesiapa saja yang menggunakan gelar sarjana palsu.   Kita capek capek belajar bertahun di ruang kelas, melewati ujian semester demi semester mereka enak saja dengan membayar sekian bisa dapat gelar sarjana. Kapan dia kuliah, kapan dia menyusun skripsi, tesis, disertasi, khog tiba tiba ada dokumentasi mengenakan toga ketika wisuda..  Gelar sarjana pun dilekatkan didepan dan di akhir nama. Kemudian dengan gelar sarjana palsu itu sampai hati oknum oknum tersebut melamar pekerjaan, mengajukan kenaikan pangkat ataupun mendaftar menjadi anggota legislatif.

Dipecat Pak Menteri PAN Bukan di Copot

Sementara itu Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menegaskan Aparatur Sipil Negara (ASN) berijazah palsu akan dicopot jabatannya sesuai dengan surat edaran Kemenpan-RB untuk penanganan masalah ijazah palsu tersebut.  "Kami sudah keluarkan surat edaran Kemenpan jadi bagi PNS yg terbukti menggunakan ijazah palsu maka otomatis akan dicopot dari jabatannya dan diturunkan satu tingkat," kata Yuddy yang ditemui setelah acara konferensi pers bertajuk 'Penataan Kelembagaan Kementerian' di Gedung Kemenpan-RB Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Jumat (29/5/2015). "Setelah berkoordinasi dengan Menristek-Dikti, Menpan-RB akhirnya menerbitkan surat edaran dengan Nomor 03/2015 tentang Penanganan Ijazah Palsu di lingkungan instansi pemerintah seperti Aparatur Sipil Negara (ASN)/TNI/POLRI yang merupakan tindak lanjut terungkapnya sindikat penerbitan ijazah palsu," kata Kabiro Hukum, Komunikasi dan Informasi Publik Kemenpan-RB Herman Suryatman.

Awak tidak sependapat dengan Menpan yang hanya akan mencopot jabatan dan menurunkan pangkat satu tingkat kepada oknum bergelar sarjana palsu.  Para penjahat  ini harus di pecat, itulah hukuman yang paling tepat dan pantas mereka terima.  Tidak ada toleransi terhadap pelacuran di bidang akademi.  Hukuman itu harus keras agar bisa dijadikan efek jera bagi sesiapa yang nanti akan mencoba coba mencari gelar sarjana palsu. Ijazah palsu adalah tindakan yang sangat mencoreng nama baik dan kemuliaan serta kehormatan dunia pendidikan Indonesia.

Generasi muda Indonesia harus mendapat pembelajaran berarti dari tindakan keras pemerintah menyangkut ijazah palsu.  Apabila Jokowi dan jajarannya tidak bertindak tegas terhadap pelanggaran berat di bidang pendidikan ini maka kasus ijazah palsu sulit di berantas dikemudian hari.  Kementerian PAN dengan embel embel Reformasi Birokrasi harus membuktikan bahwa tambahan nama kementerian itu bukan hanya basa basi.  Pak Yuddy harus bertindak keras terutama ketika terdapat ijazah palsu ke kalangan Pegawai Negri dan TNI/Polri hukuman bukan di copot jabatan tetapi di pecat. Itu saja.

Sedangkan untuk Anggota Legsilatif yang katahuan menggunakan gelar sarjana palsu serahkan kepda hati nurani mereka saja.  Bukankah tugas mereka menyalurkan hati nurani rakyat, sehingga tak pantaslah dengan hati nurani tercoreng mampu membela hidup dan kehidupan konstituennya. Kalaupun nanti ada Anggota DPR yang mengaku memiliki Ijazah palsu berikan “kehormatan” karena beliau sudah sadar tak pantas duduk di kursi terhormat DPR.  Semoga dengan pengakuan jujur itu mereka bisa kembali diterima rakyat untuk menghapus dosa dosa telah tega membohongi dunia pendidikan nasional.

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler