Kegagalan Tim sepak bola nasional U-23 di SEA Games, pertengahan Juni ini, disambut kabar tak sedap lain. Diduga ada praktik pengaturan skor dalam dua laga yang diwarnai kekalahan besar Indonesia, masing-masing dengan skor 5-0 yang terjadi saat melawan Thailand dan Vietnam.
Ini bukan tudingan baru. Pada Piala AFF 2010, tudingan serupa juga sempat muncul, menyusul banyak keanehan di partai final melawan Malaysia. Tapi, kasusnya kemudian menguap.
Kali ini agak berbeda karena tudingan pengaturan skor itu dilaporkan Tim Advokasi #IndonesiaVSMafiaBola ke Bareskrim Mabes Polri, Selasa, (17 Juni 2015). Yang dilaporkan memang belum sampai pada dugaan pengaturan skor yang melibatkan timnas U-23, sebatas praktek kotor jual beli hasil pertandingan di liga Indonesia 2010-2015.
Kecurigaaan akan adanya mafia yang memainkan hasil pertandingan sudah lama muncul. Praktik seperti itupun bukan monopoli Indonesia. Bahkan di negara maju seperti Eropa, tangan-tangan kotor para bandar judi bergentayangan menyasar pemain, pelatih, dan ofisial tim. Bedanya, di Eropa sana sudah banyak aksi hukum untuk menggulungnya. Di Italia misalnya, Juventus sempat terdegradasi karena pengungkapan kasus seperti itu.
Di Indonesia, kasusnya hanya sebatas jadi bahan omongan dan kecurigaan. Tak pernah ada tindakan hukum, apalagi vonis pengadilan, yang mampu menjangkau pratek itu.
Baru ada tindakan nyata dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, yang baru-baru ini membekukan PSSI. Tindakan itu jelas dilandasi keprihatinan adanya praktek culas seperti di atas, meski dalam alasan leganya pemebukan itu dilakukan karena tindakan PSSI menyertakan dua klub yang dianggap tak memenuhi syarat dalam kompetisi. Tapi, dalam berbagai pernyatananya, Menpora jelas menegaskan ingin membersihkan PSSI dari praktik tak terpuji seperti pengaturan skor dan sepak bola gajah.
Jadi, kini pelaporan kasus itu ke kepolisian menjadi langkah maju. Semoga laporan itu memang disertai bukti kuat, sehingga orang-orang kotor yang terlibat bisa segera diseret dan diadili. Kita iri pada langkah FBI yang mampu menyasar para petinggi FIFA yang dianggap terlibat dalam upaya penyuapan dan pencucian uang. Langkah biro penyelidik federeral Amerika itu terasa lebih menohok karena dilakukan dua hari sebelum Kongres FIFA, 29 mei lalu. Apalagi Sepp Blatter yang terpilih kembali sebagai presiden tak sampai seminggu kemudian juga ikut mundur.
Kita berharap, Bareskrim, yang terkesan sangat galak pada KPK, mampu menunjukkan taringnya pada para bandar dan pengatur skor tanah air. Bila itu berhasil dilakukan langkah Menpora untuk membentuk kepengurusan baru PSSI yang lebih bersih dan mumpuni pun mungkin akan ikut terbantu.
Semoga saja begitu.(*)
Ikuti tulisan menarik Mang Ujang lainnya di sini.