x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekuatan Mindset dalam Memotivasi

Apakah kita memandang tugas sebagai beban atau tantangan? Jika Anda melihatnya sebagai tantangan, Anda akan termotivasi untuk menyelesaikannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tatkala para manajer senior ditanya, manakah yang lebih penting bagi pemimpin: keahlian atau pola pikir? Pada umumnya mereka menjawab dengan tegas: pola pikir. Mereka umumnya juga sepakat bahwa keahlian dapat dilatih, dipelajari, dan dikembangkan. Namun, jika Anda tidak memiliki orang dengan pola pikir yang tepat mengenai apa yang terpenting, maka energi bisa habis pada jalur yang salah.

“Pola pikir memainkan trik yang aneh pada kita,” kata Muhammad Yunus, peraih Hadiah Nobel. “Kita melihat sesuatu sesuai dengan perintah pikiran kepada mata.” Bagaimana kita melihat sesuatu, itu bergantung kepada perintah pikiran. Misalnya saja, apakah kita melihat tugas yang diberikan sebagai beban atau tantangan. Selanjutnya, cara kita melihat ini akan memengaruhi cara kita menyelesaikan tugas itu. Jika mindset Anda melihatnya sebagai tantangan, Anda akan termotivasi dan bersemangat untuk bekerja cerdas dalam menyelesaikan tugas itu.

Kamus Oxford mendefinisikan pola pikir atau mindset sebagai ‘sebuah kebiasaan berpikir’. Pola pikir jauh lebih dalam dan lebih besar dari segala hal yang hanya terlihat di permukaan. Mindset merupakan lensa terdalam yang menembus apa yang Anda lihat dan mengendalikan hidup Anda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantaran itulah, James Reed dan Paul G. Stoltz menyebutkan bahwa pola pikir bukan hanya sedikit mengalahkan keahlian, tapi mengalahkan bak tanah longsor. Dari studinya, seperti dituangkan dalam buku Put Your Mindset to Work (2013), Reed dan Stoltz menyusun 20 kualitas pola pikir yang menjadi pilihan para pemberi kerja. Enam kualitas teratas ialah kejujuran dan kepercayaan (masing-masing 100%), komitmen dan adaptasi (99,77%), tanggung jawab dan keluwesan (98,60%).

Soalnya kemudian, apakah pola pikir yang sangat diinginkan oleh perusahaan itu tak bisa dikembangkan? Reed dan Stoltz menunjukkan bahwa pola pikir bisa dikembangkan dengan mengikuti urutan: memahami, mengukur, memperkuat, dan menerapkan. Urutan ini dapat dijalani oleh siapapun yang ingin mendapatkan Pola Pikir 3G (Global, Good, Grit) yang merupakan saripati seluruh kualitas pola pikir yang dikehendaki oleh para pemberi kerja.

Aspek Global terkait dengan keterbukaan untuk menerima pengalaman dan ide-ide baru, serta kemampuan membuat hubungan dan menciptakan kombinasi baru. Global berarti bahwa mulai sekarang Anda harus lebih bersemangat dan cekatan dari sebelumnya agar tetap layak dan berharga. Terlepas dari usia, tingkat pekerjaan, ataupun posisi.

Good  atau kebaikan merupakan fondasi dari segala macam bangunan. Ini berkaitan dengan bagaimana Anda melihat dan memperlakukan dunia dengan cara yang menguntungkan orang-orang di sekeliling Anda. Misalnya saja, apakah Anda bisa bekerja sama atau hanya mementingkan diri sendiri?

Grit berarti keteguhan atau ketegasan—sesuatu yang sangat diperlukan agar dua kategori kualitas lainnya berjalan. Ia tak ubahanya sel bahan bakar. Seorang atlet yang tersandung dan terluka, bukannya ia berhenti melainkan bangkit dan terus berlari. Itulah keteguhan.

 

Pola Pikir 3G itulah yang membedakan secara mendasar antara wiraswasta miskin dan kaya, pegawai yang kariernya mandeg dan yang dipromosikan, mereka yang berharga sehingga dipertahankan dan mereka yang dengan senang hati dilepaskan. Kita termasuk yang mana? Reed dan Stoltz menyediakan kuesioner untuk mengukur kualitas pola pikir kita. Bila hasilnya kurang menyenangkan, jangan khawatir, Anda bisa memperkuat semua aspek 3G—tentu saja, harus ada keinginan kuat.

Apakah ini berarti keahlian tidak penting? Tentu saja tetap penting, tapi Anda akan lebih alami dan lebih mudah menemukan dan memperoleh keahlian yang tepat untuk menjamin masa depan yang Anda inginkan bila Anda mampu mengembangkan pola pikir yang tepat. Inilah yang dipesankan Reed dan Stoltz. (foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler