x

Iklan

MeLisa

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hikmah Luar Biasa di Balik Bencana Kekeringan

Kalau selama ini kekeringan selalu dianggap sebagai bencana, namun sejatinya tetap ada hikmah bagi mereka yang mampu memahaminya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ibu muda itu tercenung menunggu galon-galonnya terisi air hingga penuh. Pemandangan serupa pun mudah ditemui di perumahan lain. Ada yang silih berganti membawa galon air, ada pula yang sibuk membeli selang super panjang atau air isi ulang. Sejak tanggal 11 Agustus 2015, air PAM mengering dari rumah-rumah warga Tangerang.

Penyebab kekeringan air di Tangerang itu sepele. Hanya karena debit air sungai Cisadane yang menyusut drastis. Akibatnya, PT. Aetra Air Tangerang sementara waktu tak dapat beroperasi karena kehabisan suplai air. Di samping itu, kekeringan juga kian diperparah dengan kebocoran di bendungan Pintu Air Sepuluh. Sehingga air yang harusnya ada di bak penampungan malah mengalir ke laut. Berita ini tentu saja menciptakan aliran keresahan tersendiri bagi masyarakat Tangerang.

“Kalo lagi banyak, pakenya dibuang-buang boros banget. Giliran lagi gak ada, baru berasa jadi susah setengah mati.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ujar Teddy, warga di kawasan perumahan Villa Regency 2, Tangerang. Itulah cara lelaki setengah baya ini menggambarkan kebiasaan mayoritas masyarakat Tangerang yang sekarang menderita bencana kekeringan. Jangankan untuk menyiram tanaman kesayangan di halaman rumah, bisa mengisi air bak mandi sampai penuh saja hati sudah dipenuhi rasa syukur.

Di antara segala kesulitan yang dirasakan masyarakat Tangerang, tetap ada hikmah bagi mereka yang mampu menyadarinya. Sebagian kecil masyarakat Tangerang yang sudah beralih ke PAM ternyata tak mencabut saluran pompa air tanah yang digunakan beberapa tahun lalu. Sehingga keberadaan pompa air tanah ini bisa dimanfaatkan demi memenuhi kebutuhan pribadi sekaligus membantu tetangga yang sama sekali tak punya persediaan air.

Sosok Sieni, ibu muda beranak satu ini adalah contohnya. Sieni merasa sangat terbantu karena bisa mengambil air di rumah salah satu tetangganya. Tetangga Sieni masih memiliki pompa air tanah dengan kapasitas sedot yang sangat besar. Tak cuma Sieni, Teddy dan beberapa orang tetangga lain juga tampak antre secara tertib untuk mengambil air. Semua bisa mengambil air sesuai kebutuhan. Sementara urusan daya listrik besar untuk pompa air tanah tersebut, masyarakat Villa Regency 2 sepakat menggunakan aliran listrik pos RW setempat. Biaya listrik pos tersebut akan dibayar menggunakan uang kas RW.

Hubungan masyarakat Villa Regency 2 menjadi semakin erat saat peristiwa kekeringan air melanda. Resah yang mengalir di hati terhapus seketika oleh kerelaan para tetangga pemilik pompa air tanah. Tidak ada yang perlu disesali atau diributkan dari peristiwa kekeringan itu. Sejatinya yang perlu dilakukan adalah menyikapinya dengan bijak sambil tak lupa memposisikan diri dengan baik. Yang punya pompa air tanah tidak perlu pelit untuk berbagi, dan yang meminta air pun harus pandai membawa diri. Jangan sampai proses meminta air di waktu yang tak tepat membuat sang pemilik pompa air tanah merasa terganggu.

Lalu lalang masyarakat yang sibuk mengisi air terlihat setiap hari hingga tanggal 17 Agustus. Ada sisi tenggang rasa yang lekat di setiap tetes air yang mengalir masuk ke rumah. Tak ada yang tahu kapan peristiwa kekeringan itu berakhir. Para pejabat tinggi Tangerang sudah mulai  memerintahkan timnya untuk menyuplai air ke berbagai wilayah secara bergantian. Namun tetap saja langkah itu tak bisa mendahului gerak cepat warga yang bahu membahu berbagi air bersih. 

Ikuti tulisan menarik MeLisa lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler