x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kereta Peluru, Proyek Mercu Suar?

Di mana letak urgensi proyek kereta super cepat Jakarta-Bandung sehingga menjadi prioritas?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu hari nanti, dari Jakarta kita dapat sampai di Bandung dalam waktu sekitar 35 menit. Bagaimana mungkin? Mungkin saja bila kita naik kereta peluru—yang rencana pembangunannya diperebutkan oleh Jepang dan China. Mungkin saja bila rencana ini terwujud.

Pertanyaannya: bila sarana kereta super cepat jadi dibangun, bagaimana nasib kereta Argo-Parahyangan? Hendak dikemanakan kereta yang sudah bertahun-tahun melayani kebutuhan warga dalam menempuh perjalanan antara kedua kota yang berjarak sekitar 150 kilometer itu? Apakah jalur konvensional berikut keretanya ini akan dipensiunkan atau hanya dilalui kereta ekonomi dari Jakarta ke kota-kota lain?

Untuk jarak sependek itu, yang sudah mampu dilayani oleh Argo-Parahyangan dengan kualitas yang semakin baik, di mana letak urgensi kereta super cepat? Adakah alasan substansial sehingga jalur kereta super cepat tersebut mendesak untuk dibangun? Bukankah juga telah tersedia jalan tol, yang sejauh ini telah menumbuhkan aktivitas perekonomian di jalur Jakarta-Bandung?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Patut pula dipertanyakan: multiplier effect apa yang dapat diperoleh melalui pembangunan jalur kereta super cepat ini? Apakah demikian besar kontribusi yang dapat diberikan oleh kehadiran kereta ini terhadap perkembangan ekonomi-sosial di Jakarta dan Jawa Barat, khususnya wilayah yang dilewati, seperti Bekasi, Karawang, dan Purwakarta? Apa lagi hanya akan dua titik stasiun untuk kereta super cepat: di Dukuh Atas Jakarta dan di Gedebage Bandung.

Dengan perkiraan biaya sekitar US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 60-Rp 70 triliun, proyek kereta super cepat ini semestinya tidak diprioritaskan, meskipun dana pembangunannya disebu-sebut bukan diambilkan dari APBN (meskipun harus dikonfirmasi kebenarannya karena keterlibatan BUMN di dalam proyek ini) karena dibiayai oleh investor, toh tetap akan menjadi beban utang kita. Masih banyak infrastruktur dan sarana lain yang lebih diperlukan rakyat ketimbang kereta super cepat.

Uang sebanyak itu akan memberi lebih banyak manfaat kepada lebih banyak orang apabila digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih mendesak, termasuk infrastruktur transportasi di wilayah lain, di luar Pulau Jawa, yang hingga kini kondisinya masih memprihatinkan.

China dan Jepang memang berusaha keras membujuk pemerintah Indonesia agar segera mewujudkan proyek pembangunan kereta super cepat ini karena mereka membutuhkan outlet agar perekonomiannya tetap tumbuh. Bagi kedua negara yang mewakili kekuatan ekonomi nomor 2 dan nomor 3 dunia ini, perebutan proyek kereta peluru ini merupakan pertarungan gengsi. China merupakan mitra dagang teratas, sedangkan Jepang adalah investor terbesar kedua di Indonesia. Keberhasilan meraih Indonesia juga bisa menjadi titik tolak untuk menawarkan kereta super cepat ke negara-negara lain. Misalnya saja, jalur yang menghubungkan KL dan Singapura.

Proposal kedua negara sudah diserahkan kepada pemerintah Indonesia, tapi Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa pengumuman pemenang proyek ditunda dari semula akhir Agustus 2015. Tidak mudah memilih di antara kedua proposal, karena itu Presiden Jokowi perlu melibatkan pihak ketiga sebagai juri penilai. Semestinya bukan hanya pengumuman pemenang yang ditunda, melainkan rencana pembangunan kereta super cepat Jakarta-Bandung ini dibatalkan saja. Walaupun, membatalkan rencana ini tidak mudah karena China dan Jepang telah berusaha keras meyakinkan pemerintah kita agar proyek ini segera diwujudkan. (sumber foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler