x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perpustakaan Digital, Apa Isunya?

Ada sejumlah tantangan untuk mewujudkan perpustakaan digital yang lumayan ideal.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bagaimana agar koleksi ribuan judul buku milik institusi tertentu dapat diakses oleh sebanyak mungkin orang. Misalnya, perpustakaan LIPI berada di Jakarta dan mahasiswa di Malang, Jawa Timur, dapat membaca buku mutakhir di pusat penelitian itu? Solusinya ialah perpustakaan digital, begitu orang membayangkan. Lewat jalur internet, bukan hanya peneliti LIPI yang dapat mengakses koleksi berharga itu, tapi juga orang luar.

Keinginan banyak orang mungkin seperti itu. Banyak institusi yang menyimpan koleksi pengetahuan yang berharga dan mutakhir, selain buku ada artikel jurnal, makalah konferensi, maupun hasil riset lain. Sayangnya tidak mudah mewujudkan ide perpustakaan digital yang dapat diakses siapapun dengan cepat dan murah. Dari sejumlah sumber dapat diidentifikasi sejumlah isu yang membayangi terwujudnya perpustakaan digital yang cukup ideal.

Pertama, infrastruktur. Untuk membangun database bibliografis yang sangat besar, yang dapat diakses mudah secara online oleh masyarakat, diperlukan arsitektur teknikal yang meliputi jaringan internet pita-lebar dan koneksi cepat, database yang mendukung berbagai format digital, mesin pencari yang mampu menjangkau beragam indeks dan sumber daya, beberapa server baik web maupun FTP, serta fungsi-fungsi manajemen elektronik yang diperlukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kedua, koleksi digital. Harus ada sejumlah koleksi yang memenuhi critical mass agar perpustakaan benar-benar bermanfaat. Misalnya saja, jika jumlah koleksi hanya puluhan judul per subyek, pengunjung akan kecewa. Sumber koleksi ini bisa digitisasi atau mengubah materi cetak menjadi digital, mengakuisisi karya yang memang sudah berbentuk digital seperti e-book dan e-journal, serta akses kepada material eksternal yang disediakan perpustakaan lain atau penerbit.

Ketiga, digitisasi. Apabila sedari awal buku atau artikel jurnal dan makalah belum tersedia dalam format digital, perlu dilakukan digitisasi. Begitu pula dengan foto, lukisan, film mikro dan material koleksi lainnya. Biaya untuk kegiatan ini patut dicermati. Jika seluruh halaman digitisasi memerlukan biaya mahal, mungkin dapat dimulai dari bagian tertentu. Di perpustakaan digital kita, banyak material tersedia ringkasannya saja.

Keempat, metadata. Ini merupakan data yang mendeskripsikan isi dan atribut tertentu di dalam perpustakaan digital. Metadata penting sebab merupakan kunci untuk menemukan sumber pustaka yang diinginkan.

Kelima, penamaan. Dalam perpustakaan digital, nama ini tidak ubahnya angka ISBN dalam perpustakaan konvensional. Nama diperlukan untuk mengidentifikasi secara unik obyek digital untuk keperluan pengutipan, memperoleh kembali informasi tertentu, membuat links di antara obyek-obyek, maupun manajemen hak cipta.

Keenam, manajemen hak cipta. Ini merupakan isu krusial yang tidak mudah dipecahkan hingga kini. Apa yang berlaku di dunia cetak menemui tantangan serius dalam lingkungan digital, karena material digital lebih mudah digandakan, mudah dipindahkan, juga dapat diakses dari manapun secara bersamaan.

Ketujuh, kelangsungan materi digital. Dalam perpustakaan konvensional, salah satu hal penting yang diperhatikan ialah menjaga agar koleksi tidak lapuk, rusak, sobek, atau kertasnya berubah warna. Perpustakaan digital menjaga dengan cara lain: agar koleksi tidak rusak karena virus, diretas servernya, maupun mengalami kerusakan teknis lain. (sumber foto: goodreader.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler