Orang Kaya Jadi Presiden
Proses metamorfose Obama dan Presiden Amerika Serikat lainnya dari Pengusaha menjadi Penguasa di negeri paman sam itu berbeda dengan proses di negeri antah berantah. Perubahan status sosial dari Pengusaha menjadi Penguasa di negeri orang adalah tradisi turun menurun. Tradisi di negara Amerika Serikat rata rata Presiden berasal dari keluarga kaya raya. Mereka adalah Pengusaha sukses yang pasti seorang milyarder (dalam kurs dollar) mencalonkan diri menjadi Presiden AS. Dalam merebut hati pemilih pada prosesi kampanye Donald Trump yang kini sedang gencar gencarnya mengejar jabatan Presiden Amerika menggunakan dana pribadi.
So pasti Om Donald tidak membutuhkan sponsor dari siapapun apalagi dari Pengusaha lain. Toh dia sudah sanggup membiayai seluruh anggaran kampanye. Seandainya terpilih menjadi Presiden dan menyandang gelar Penguasa beliau terbebas dari hutang budi. Artinya Presiden terpilih itu memang sebelumnya sudah kaya raya, baru masuk kedunia politik. Dalam posisi Penguasa maka potensi untuk melakukan korupsi uang negara menjadi kecil sekali, karena Beliau sudah tajir, niat nya hanya semata hanya untuk mengabdi kepada negara. Tidak terniat sedikitpun melakukan korupsi. Kata Maslow, orang ini sudah pada level aktualisasi.
Sebaliknya di negeri antah berantah, seseorang warga biasa masuk ke dunia politik, kemudian berusaha mati matian menjadi Penguasa. Mencari kendaraan politik dan sponsor dari sekelompok orang berduit untuk membantu membiayai prosesi kampanye. Deal deal tentu ditasbihkan secara tertutup atau terbuka. Nanti seandainya berhasil terpilih menjadi penguasa, maka imbalan mengikuti sang sponsor. Balas budi menjadi agenda utama dan pertama. Jabatan Penguasa yang diincar adalah jabatan Presiden, Gubernur dan turunannya.
Ketika telah berhasil menjadi Penguasa, maka tindakan pertama adalah membalas jasa sponsor. Setelah balas jasa tuntas dibayar, kemudian melakukan tindakan memperkaya diri sendiri dan keluarga. Tindakan itu tidak lain adalah mengunakan uang negara dan fasilitas pejabat secara tidak syah. Inilah yang dinamakan menyalahgunakan wewenang dalam bahasa hukum di sebut tindak pidana korupsi. Maka tanpa disadari terjadilah metamorfose penguasa menjadi pengusaha.
Beda Tipis di Harta
Mari kita jabarkan pendekatan tatabahasa terkait kosa kata Penguasa dan Pengusaha. Kedua kata itu hurufnya persis sama, hanya berbeda 2 huruf saja yaitu H dan A. Pertama kita perhatikan Metamorfose Pengusaha menjadi Penguasa. Artinya berasal dari Pengusaha menjadi Penguasa. Pengusaha sudah kaya, dia tidak akan korupsi ketika menjabat menjadi Penguasa walaupun kesempatan itu ada. Ditinjau dari kosa kata maka terlihat huruf dari kata Pengusaha yaitu H A hilang sehingga menjadi kosa kata Penguasa. Huruf HA = Harta. Makna yang terselubung disini diartikan bahwa Presiden negri sono justru mengorbankan hartanya untuk negara. Harta kekayaan di sumbangkan untuk negara.
Kemudian bagaimana analogi Penguasa yang menjadi Pengusaha di negeri antah berantah. Perhatikan 2 huruf dari kata Penguasa bertambah huruf HA sehingga berubahlah kata itu menjadi Pengusaha. Huruf HA = harta yang didapatkan selama menjadi Penguasa melalui upaya memperkaya diri sendiri alias korupsi. Beda tipis dan beda niat. Jadi dapat disayangkan apabila ada pejabat tinggi sampai hati menggunakan wewenang untuk mempermulus bisnis keluarga. Kebijakan pemerintah sebesar besarnya diarahkan dengan segala cara agar perusahaan milik sang pejabat tinggi menjadi pelaksana pekerjaan bernilai triliyunan rupiah.
Lucunya ketika ada beberapa pihak yang tidak sengaja mengusik kartel tersebut maka serta merta sang penguasa (merangkap pengusaha tentunya) kebakaran jenggot. Beliau tidak sadar bahwa tindakan agresif membela "kebijakan" itu justru semakin membuka secara terang benderang siapa dikau sebenarnya wahai pengusaha (yang kebetulan jadi penguasa). Inilah resiko yang dihadapi ketika menyandang double job, penguasa merangkap pengusaha. Nah peristiwa mengenaskan itu terjadi di negeri antah berantah nun jauh disana. Bukan disini, bukan di Indonesiana maksudnya.
Jadi soal Calon Presiden Donald Trump yang sedang diributkan dengan sikap ketaman kanakan anggota DPR tidak perlu dibahas disini. Awak hanya ingin menyatakan secara sederhana disini dengan satu kalimat singkat "bahwa aura kekuasaan itu terkadang memang membuat seseorang lupa diri"
Salamsalaman
TD
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.