x

Iklan

Muhammad Mulyawan Tuankotta

Alumnus salah satu kampus ternama di Indonesia. Penulis aktif untuk isu-isu Ekonomi Indonesia dan Industri Minyak dan Gas. Coloumnist tetap www.selasar.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Perlu Memahami Gejolak Kurs Rupiah?

Rupiah bergejolak, kenapa harus kita repot? Jawabannya memang perlu untuk kita repot. Kurs rupiah adalah pusat perhitungan untung-rugi suatu bisnis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Rupiah bergejolak, kenapa harus kita repot? Jawabannya memang perlu untuk kita repot. Kurs rupiah memukul sektor finansial dan bisnis global sebagai konsekuensi dari keadaan ekonomi yang terbuka. Jika rata-rata bisnis menggunakan transaksi yang memerlukan dolar, maka beban bahan baku jelas akan meningkat. Berikut ulasan industri-industri yang terkena dampak dari kurs rupiah!

Industri Logam, Keramik, dan Pupuk

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Industri seperti logam, petrokimia, keramik, dan kaca memiliki ketergantungan yang tinggi pada harga gas. Bisnis transkaksi gas saat ini menggunakan mekanisme membeli setiap gas dengan dolar. Harga gas bumi di (LNG) di Jakarta dan Arun adalah US$ 17- US$ 18 per MMBTU (million british thermal unit). Sementara hara ideal adalah US$ 5 per MMBTU. Harga rupiah yang tak menentu membuat harga gas menjadi kian mahal, dan meningkatkan biaya produksi, akibatnya sektor usaha tersebut telah menurunkan produksi hingga 30%-50%. Para pengusaha sektor tersebut merekomendasikan dua hal:

  1. Harga gas diturunkan, kalau bisa disesuaikan dengan tarif harga gas di Malaysia (US$ 5 per MMBTU)
  2. Transaksi gas menggunakan rupiah, sehingga tak perlu kena dampak dari melemahnya harga rupiah.

            Selain industri diatas, bisnis pupuk juga merupakan salah satu dari industri yang terkena dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya beban pokok produksi bahan baku, dimana 70% merupakan harga gas. Harga gas sangat terpengaruh dengan nilai tukar rupiah, sementara mekanisme pembelian gas di Indonesia menggunakan mata uang dollar. Untuk itu, bisnis pupuk jelas merasakan dampak dalam rantai pasokan yang dimilikinya. Hal tersebut diikuti dengan tidak meningkatnya harga jual dari pupuk. Harga jual pupuk ikut turun seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah, tahun lalu satu ton pupuk dipatok harga dengan US$ 310- US$ 325, saat ini menjadi US$ 280 – US$ 300  per ton.

Consumer goods

            Pada kuarter pertama 2015, memang terdapat kekhawatiran dari sisi permintaan akan terjadinya penurunan daya beli akibat dari pemangkasan subsidi BBM yang berdampak daya beli masyarakat. Kekhawatiran kedua adalah tren pelemahan rupiah yang dapat meningkatkan beban bahan baku yang berimbas kepada kinerja emiten. Pada kuarter pertama industri ini  optimis dapat bertumbuh 5%-6% karena daya beli masyarakat. Namun, pada bulan May 2015, Dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap perusahaan dari sektor barang konsumsi dapat tercermin dari laba operasional yang dihasilkannya. PT Mayora Indah Tbk misalnya mencatatkan peningkatan laba sebesar 28% walaupun terjadi penurunan penjualan sebesar 1.2%, hal ini dikarenaka PT Mayora Indah Tbk dapat menekan angka bebannya. Sementara PT Indofood Tbk mencatat penurunan laba bersih sebesar 37%, PT Gudang Garam Indonesia juga demikian mencatatkan penurunan laba sebesar 9.5%. Pertumbuhan yang lambat dan bahkan negatif tersebut dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah, sebagian bahan baku consumer goods merupakan bahan impor.

Jika industri consumer goods menurut data diatas megnalami penurunan penjualan (permintaan), maka industri kimia dengan produk kemasan makanan dan minuman juga dipastikan akan mengalami kerugian yang besar, sebab industri ini merupakan turunan dari industri consumer goods. Rupanya dampak beban bahan baku juga dirasakan oleh industri tekstil, tidak hanya industri kimia. Dalam industri tekstil, 80% bahan baku merupakan bahan baku impor. 

Produk Elektronik

            Pelemahan pada kuarter pertama tahun 2015 terpantau sekitar 12,813 cukup berimbas kepada usaha elektronik. Hal ini jelas berdampak karena usaha elektronik memiliki dua komponen penting yang berhubungan dengan impor, yaitu produk elektronik impor yang dibeli dengan dollar AS dan juga proses assemble elektronik yang membutuhkan komponen impor. Sehingga hal ini berdampak pada peningkatan biaya produksi elektronik. Sebagai langkah selanjutnya yang diambil pengusaha adalah meningkatkan harga jual semua elektronik kecuali ponsel menjadi 1%-5%, walaupun keputusan ini diambil berat karena dirasakan pada kuarter pertama 2015 daya beli masyarakat masih turun akibat dari naiknya harga komoditas utama masyarakat.

            Pada kuarter ketiga berlanjut harga rupiah makin terkoreksi melemah hingga Rp. 14000 per  1 dolar. Target pengusaha elektronik diawal tahun adalah Rp. 13.000 per 1 dolar, dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa pengusaha elektronik akan meningkatkan harga jual kira-kira 5%-10% dibanding harga awal tahun. Harga produk elektronik rata-rata akan mengalami kecuali kecil kemungkinan untuk harga produk televisi dikarenakan persaingan yang ketat. Walaupun diakui di Indonesia telah terdapat pabrik barang elektronik, akan bisnis elektronik masih menggunakan komponen yang diperoleh dari mekanisme impor.

Properti

            Industri properti tidak lepas dampak dari pelemahan nilai rupiah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan merosotnya laba bersih beberapa perusahaan besar property, misalkan Alam Sutera (11,8%), Pakuwon (16,61%), PT Jababeka (38,36%). Kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih diakibatkan kerugian kurs yang sangat besar. Sementara PT Agung Podomoroland, PT Ciputra Development menghadapi permasalahan pengakuan pendapatan. Industri properti mewanti-wanti pemerintah agar jangan sampai kurs rupiah menyentuk harga Rp. 14.800 per dolar. Untuk menangkal pelemahan kurs ini, perusahaan properti menggunakan konten lokal dalam membangun properti.

            Sebagai tambahan, fenomena melemahnya nilai rupiah ini juga meningkatkan biaya produksi otomotif.

 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Mulyawan Tuankotta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB