x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tetap Fokus di Tengah Banjir Informasi

Kita mungkin kebanjiran informasi, tapi bisa jadi kita semakin miskin pengetahuan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berapa megabyte data dan informasi yang lalu lalang di  tengah kehidupan kita setiap jam? Jutaan. Amat sangat banyak. Rupa-rupa pula ragamnya: teks, kalimat pendek, video, audio, gambar, animasi, hingga foto. Beragam format data dan informasi itu diproduksi oleh berbagai alat dan peranti yang semakin terkoneksi satu sama lain hingga nantinya sampai kepada apa yang diangankan manusia sebagai Internet of Things (IoT).

Ketika data semakin menjadi basis penting untuk pengambilan keputusan, data yang berlimpah dan diproduksi setiap saat ‘diterima’ sebagai berkah layaknya minyak bumi. Data scientist yang menguasai analisis data dengan kompetensi yang kompleks semakin dicari. Bisnis big data analytics sedang jadi trend.

Berbagai industri mulai memanfaatkan kekuatan analitik ini untuk menopang pengambilan keputusan. Maskapai penerbangan yang menyimpan data perjalanan konsumennya berusaha menggali mutiara di dalamnya: kebiasaan dan perilaku pelanggan mereka—kapan terbang, rute mana yang sering ditempuh, kelas apa yang dipilih. Toko-toko besar yang menjual fast moving consumer goods berusaha memahami kebiasaan belanja konsumennya, produk yang dicari, harga yang jadi favorit—hasil analisis terhadap data ini dipakai untuk menyusun program promosi, diskon, reward.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana jika dengan kita sebagai individu? Sebagai manusia individual, bukan perusahaan, institusi riset, ataupun lembaga pemerintahan, kita dihadapkan pada banjir data dan informasi yang tak terelakkan. Kita dihadapkan pada cornucopia of information—melimpah-ruahnya informasi sehingga kita bingung mau berbuat apa dengan semua informasi yang mengalir sangat deras ini dan berasal dari banyak sekali sumber di muka bumi.

Jika harus memilih, pilih yang mana?

Sebagai manusia individual, kita dihadapkan pada tantangan distraksi atau pengalihan perhatian. Kita mungkin punya perencanaan hari ini akan melakukan sejumlah aktivitas ini dan itu. Kita barangkali juga sudah membuat agenda mingguan: menulis, membaca, memasak, mengunjungi saudara, mengajar, berolahraga, atau apapun yang direncanakan. Mungkin kita sudah menetapkan target, minggu ini laporan bisnis sudah selesai dan siap diserahkan kepada manajer.

Tapi, astaga, datanglah kabar yang disebarluaskan media online: “Beredar foto Gayus sedang makan di restoran”, di laman Facebook kita tiba-tiba muncul ‘video lucu-lucuan tentang penjual semangka yang sewot karena pembelinya mendapatkan bonus kalung emas di dalam semangka’, atau yang lagi populer ‘pernikahan sesama jenis di Boyolali’. Semuanya tertangkap oleh indera kita, seolah berlomba mempromosikan diri ‘akulah informasi yang layak diperhatikan’.

Jika kita mudah tergoda, fokus perhatian kita terhadap suatu aktivitas dapat teralihkan dalam waktu singkat. Distraksi menjadi tantangan yang tidak mudah ditaklukkan di tengah melimpah-ruahnya informasi. Terlebih lagi jika kita tengah lelah, bosan, jenuh, atau kesal saat mengerjakan aktivitas itu. Apa yang semula hanya informasi samar-samar yang tak menggiurkan untuk ditengok, kini menjadi semakin jelas karena perhatian kita sebagian sudah beralih ke informasi itu.

Di saat seperti itulah, kita mulai kehilangan fokus. Perlahan, atau bahkan dengan cepat, fokus kita jadi kabur. Pikiran yang semula terfokus pada aktivitas pokok lantas teralihkan (distracted) oleh informasi lain yang mungkin ringan, berbau gosip, atau mengagetkan. Kehilangan fokus adalah satu masalah yang kita jumpai di tengah banjir informasi dan harus diatasi atau kita bakal terombang-ambing kebingungan. Kita mungkin kebanjiran informasi, tapi bisa jadi kita semakin miskin pengetahuan.

Kemampuan kita dalam mencerna informasi niscaya jauh lebih terbatas dibandingkan volume, kecepatan, dan keragaman informasi yang lalu-lalang di sekitar kita. Pada akhirnya kita harus memilih dan melatih diri untuk mampu mempertahankan fokus perhatian pada apa yang terpenting. Lagi pula, kebutuhan kita akan informasi tidak sebanyak yang tersedia. (sumber ilustrasi: 3ho.org) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler