x

Iklan

Nurdin Saleh

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Liverpool Beruntung, Ini Bukti Klopp Pesulap Hebat

Kedatangan Juergen Klopp langsung menimbulkan euforia di Liverpool. Bukan tanpa alasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ia berbeda. Unik. Punya gaya sendiri dan kokoh memegang prinsip. Juga bertangan dingin. Itulah Juergen Klopp, yang belum lama ditunjuk jadi pelatih Liverpool menggantikan Brendan Rodgers.

Banyak orang terpesona saat ia muncul petama kali untuk The Reds di ruang pers, 9 Oktober lalu. Gayanya cool. Perkataannya cerdas. Jelas ia tahu persis akan tugasnya: apa yang harus dilakukan dan apa yang layak hanya diangankan.

Pelatih 48 tahun itu tak bermimpi Liverpool bisa merekrut Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. "Anda harus melihat pemain mana yang mungkin diraih dan tak bermimpi tentang pemain ini dan itu lalu berkata: tapi mereka tak mau bergabung dengan Liverpool," kata dia di hadapan ratusan wartawan. "Bila pemain tak mau datang ke Liverpool, menjauh saja. Serius. Bila pemain masih berpikir tentang cuaca, tak usah bergabung. Bila pemain berpikir tentang hal lain, tak usah datang. Bila mereka mau datang, mereka akan disambut. Itulah isu pertama dan dan paling utama."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ya, ia bukanlah pelatih yang tergantung pada nama besar pemain. Di Borussia Dortmund ia berhasil meraih dua gelar La Liga, satu Piala Liga, tiga Piala Super Jerman, dan sekali jadi runner-up Liga Champions. Ia meraih semua gelar itu setelah bersaing dengan Bayern Muenchen yang selalu bertabur bintang.

Ia tak melakukannya dengan jor-joran membeli pemain. Dalam prosesnya ia, bak pesulap hebat, justru menciptakan bintang. Shinji Kagawa adalah hasil polesannya. Begitu juga Marco Reus, Mario Goetze, dan Roberto Lewandowski.

Menilik rekam jejaknya, tak mengherankan bila kedatangannya telah menimbulkan euforia di Anfield. Tapi, ia justru buru-buru mementahkan itu.

"Saya hanya 'The Normal One'," kata saat dibanding-bandingkan dengan Jose "The Special One" Mourinho, yang akan jadi pesaingnya di Liga Inggris. "Saya hanya pemain biasa, menjadi manajer di Jerman bersama klub spesial, Mainz, lalu mendapat kesempatan hebat di Dortmund, klub spesial lain, selama tujuh tahun."

Di dua klub itu Klopp justru mengukuhkan diri sebagai pelatih yang punya gaya sendiri. Ia tak terpesona oleh sepak bola indah seperti yang didewakan Arsene Wenger atau gaya tiki-taka di Barcelona. Ia lebih suka pemainnya bertarung sampai mati di lapangan. "Sepak bola saya bukanlah sepak bola yang kalem. Di Jerman, kami menyebutnya 'gaya Inggris'--hari hujan, lapangan becek, 5-5, wajah semua orang kotor, lalu semuanya pulang dan tidak bisa bermain sampai beberapa pekan kemudian," kata dia sekali waktu.

Karena itu sejak awal ia sudah mewanti-wanti para pemain Liverpool agar siap bekerja keras. Berlari lebih jauh, bertarung lebih keras. "Saya bukan orang yang akan pergi ke luar dan berteriak: kami akan menguasai dunia! atau hal seperti itu. Tapi kami akan menguasai bola, setiap saat. Kami akan mengejar bola. Kami akan lebih banyak berlari, lebih banyak bertarung."

Yang pasti, kehadiran Klopp akan membuat Liga Inggris kian menarik. Ia menambah panjang deretan pelatih yang tingkah polahnya layak disorot dan kutipan uniknya berharga untuk didengar, setelah Arsene Wenger, Mourinho, dan Manuel Pellegrini. Pertarungan dia dengan pelatih-pelatih itu pun akan sangat menarik dicermati, terutama dengan Wenger yang pernah disebutnya memiliki gaya yang mirip lagu sunyi. "Dia suka dengan penguasaan bola, memainkan bola, (melakukan) banyak operan. Gayanya seperti sebuah orkestra. Tapi lagunya sunyi. Saya lebih suka heavy metal. Saya selalu suka yang bising-bising."

Si Pelatih "heavy metal" ini belum mau sesumbar di awal kiprahnya. Ia memilih memberi harapan lewat kalimat yang melingkar. "Ketika saya meninggalkan Dortmund, kalimat terakhir saya adalah 'tak begitu penting apa yang orang pikirkan ketika anda pertama kali datang, yang lebih penting adalah apa yang mereka pikirkan ketika Anda pergi'. Berilah kami waktu untuk bekerja. Jika kalian inginkan, ini bisa jadi hari spesial."

Artinya, awal kedatangannya bisa jadi hari spesial dan awal dari kejayaan Liverpool.

Tapi, tugas Klopp tak akan mudah. Liverpool kini terpuruk di posisi ke-10 klasemen dengan nilai 12 dari 8 laga. Ada masalah kepercayaan diri yang compang-camping yang harus dibenahinya. Ada juga problem cedera pemain. Ada soal tampilan yang tak konsisten. Tapi, setidaknya kedatangannya sudah memberi harapan baru para pemain. "Ketika seorang manajer seperti dia datang, itu selalu meberi Anda banyak harapan," kata Lucas Leiva, salah satu gelandang Liverpool, awal minggu ini.

Kini bola sepenuhnya ada di tangan Klopp. Prestasinyalah yang akan memastikan apakah ia mampu mengukuhkan diri sebagai legenda baru klub itu, seperti harapannya saat pertama datang. Atau hanya jadi "The Normal One" berikutnya yang segera berlalu, seperti Avram Grant yang mengatakan frase sama saat menggantikan Mourinho di Chelsea pada 2007, lalu didepak klub itu setelah bertugas selama delapan bulan.(*)

Ikuti tulisan menarik Nurdin Saleh lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB