x

Iklan

Iwan Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sherlock Holmes Kagak Ada Matinye

Setelah film, buku dengan tokoh Sherlock Holmes meledak di berbagai negara. Di Indonesia, berbagai komunitasnya berdiri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Biar sudah sekarat bertarung dengan Profesor Morarty, Sherlock Holmes tak juga mati. Kali ini dia bahkan menyerbu Jakarta. Perhatikanlah buku-buku di berbagai toko buku. Beragam novel seri Sherlock Holmes karya pengarang Inggris, Sir Arthur Conan Doyle, pasti ada.

Judul dan penerbitnya beragam. Gramedia Pustaka Utama, yang telah lama menerbitkan terjemahan buku Conan Doyle, menerbitkannya kembali dalam bentuk box set yang berisi sembilan buku dengan desain seragam, seperti Petualangan Sherlock Holmes, Memoar Sherlock Holmes, Koleksi Kasus Sherlock Holmes, dan Kembalinya Sherlock Holmes. Bahkan IndoLiterasi menerbitkan Sherlock Holmes: A Collector's Edition, buku setebal hampir 1.000 halaman yang memuat 48 kisah.

Tokoh Sherlock Holmes muncul pertama kali dalam “A Study in Scarlet” di majalah Beeton's Christmas Annual pada 1887 dan “The Sign of the Four” di Lippincott's Monthly Magazine pada 1890. Tokoh itu semakin populer setelah muncul rutin di The Strand Magazine hingga 1914.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belakangan, cerita-cerita pendek dan novel itu dikumpulkan dalam beberapa buku, seperti The Adventures of Sherlock Holmes, The Memoirs of Sherlock Holmes, dan The Return of Sherlock Holmes. Karya Doyle ini disebut buku kanon, yang dibedakan dari buku nonkanon karya pengarang lain yang memakai tokoh Sherlock.

Buku-buku terbitan Gramedia dan IndoLiterasi mempertahankan pengelompokan ini. Tapi beberapa penerbit lain muncul dengan versi terjemahan dan pengelompokan sendiri. Visimedia Pustaka, misalnya, melansir Sherlock Holmes The End yang memuat beberapa kisah, seperti The Final Problem, The Empty House, The Adventure of The Six Napoleons, Wisteria Lodge, The Dying Detective, His Last Bow, dan Shoscombe Old Place.

Tak cuma buku kanon yang membanjiri pasar buku. Voila Books sudah mengangkat  A Slight Trick of the Mind karya Mitch Cullin sebagai Sherlock Holmes: Misteri yang Tak Terpecahkan pada 2007. Kini penerbit lain juga mulai memperkenalkan buku nonkanon lain. Visimedia Pustaka meluncurkan Sherlock Holmes Versus Kapten Kidd karya John Kendrick Bangs. Lalu Buana Ilmu Populer dengan Sherlock Holmes, Lupin, dan Aku: Misteri Mawar Merah karya Irene Adler.

Beberapa buku nonkanon untuk anak-anak juga hadir. Qanita, lini Grup Mizan, menerbitkan seri Sherlock Holmes & Laskar Jalanan Baker Street karya Tracy Mack dan Michael Citrin dan seri The Boy Sherlock Holmes karya Shane Peacock.

Kegairahan terhadap buku Sherlock terjadi di berbagai negara berbahasa Inggris. Penerbit besar Amerika, seperti HarperCollins, baru saja mencetak 50 ribu kopi Sherlock Holmes: A Study In Scarlet. Sebetulnya kegairahan ini sudah dimulai bertahun-tahun lalu, terutama sejak film Sherlock Holmes yang dibintangi Robert Downey, Jr. beredar pada 2009 dan seri televisi Sherlock yang dibintangi Benedict Cumberbatch ditayangkan di BBC One pada tahun berikutnya.

Buku Sherlock pun meledak. Neilsen BookScan mencatat penjualan buku Sherlock meroket 53 persen, dari 57 ribu kopi pada 2009 menjadi 88 ribu kopi pada 2010. Pada Agustus 2010, ketika musim pertama seri Sherlock berakhir, The Adventures of Sherlock Holmes edisi Penguin Popular Classics, menjadi buku terlaris dengan penjualan 75.804 kopi, melonjak 83 persen dari tiga pekan sebelumnya.

Anak muda di Indonesia juga meramaikan kegairahan baru terhadap Sherlock ini dengan membangun komunitas Sherlock Holmes Indonesia pada 2010 dan Sherlockian Indonesia (SherlockianID) yang muncul beberapa tahun lalu. “Komunitas ini berdiri sebagai wadah bagi Sherlockian untuk saling bertukar informasi dan berita mengenai Sherlock Holmes,” kata Roy Andika, 28 tahun, pendiri Sherlock Holmes Indonesia, akhir Januari lalu.

Roy, pengusaha percetakan dan  pengelola warung Internet di Pontianak, Kalimantan Barat, pada mulanya membuat jejaring Sherlockian melalui Facebook, lalu berkembang ke Twitter, Line, dan BBM. Dia juga membangun situs Sherlocked.org yang memuat berbagai artikel dan berita yang berkaitan dengan Sherlock Holmes, bahkan ada teka-teki silang pula.

Roy mulai tertarik pada Sherlock sejak duduk di bangku SMP. Tapi, “Baru pada saat duduk di bangku kuliah (sekitar 2004) saya mulai 'serius' membaca dan mengumpulkan koleksi Sherlock Holmes,” katanya. Buku pertama yang dibacanya adalah Petualangan Sherlock Holmes terbitan Gramedia. Dia kini mengoleksi sejumlah buku kanon dan nonkanon.

Dia juga mengoleksi deerstalker, topi khas yang dipakai Sherlock. Dia bahkan bekerja sama dengan pembuat topi di Bandung untuk menyediakan topi itu bagi para penggemar Sherlock dari seluruh Indonesia.

Sherlock tampaknya masih akan hidup seribu tahun lagi.

 

[*]

Keterangan gambar: Film seri Sherlock produksi BBC yang dibintangi Benedict Cumberbatch.

Ikuti tulisan menarik Iwan Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB