x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sandeq: Perahu Tercepat di Nusantara

Produk budaya Mandar yang hampir punah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Sandeq – Perahu Tercepat Nusantara

Penulis: Muhammad Ridwan Alimuddin

Tahun Terbit: 2013

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Penerbit Ombak                                                                                          

Tebal: xviii + 428

 

Sekali lagi terbukti bahwa kita tidak peduli pada kekayaan budaya. Kisah tragis perahu sandeq ini menunjukkan bahwa orang luarlah yang menjadi pelopor tereksposnya karya adi luhung anak bangsa. Apa jadinya sandeq tanpa Horst H. Leibner? Akankah papan-papannya menjadi meja, kursi atau dipan (hal. 370)? Upaya Leibner untuk memprakarsai SANDEQ RACE telah membuat gairah semua pihak menghidupkan kembali perahu tercepat di Austronesia ini terwujud. Dan kita pun wajib bersyukur karena ada anak Mandar yang peduli, serta penuh kegilaan mengabdikan hidupnya untuk menjadi pengasuh perahu sandeq. Beliau adalah Muhammad Ridwan Alimuddin, penulis buku ini. Alimuddin pun masih bersemangat untuk mengeja sandeq dari “A” sampai “Z”.

Jika kita tanyakan apa nama perahu dari Sulawesi? Pasti kebanyakan orang akan menjawab Pinisi. Padahal di Sulawesi terdapat banyak jenis perahu. Selain Pinisi ada jenis perahu lain seperti: lepa-lepa, pakur, olanmesa dan sandeq. Berbeda dengan pinisi yang adalah perahu besar, sandeq adalah perahu kecil yang didisain untuk bisa berlaju sangat cepat. Selain sebagai perahu bercadik tercepat di Austronesia, sandeq adalah perahu yang cantik, elok dipandang mata. Apalagi warna putih tubuhnya yang berasal dari kulit kerang yang dibakar.

Buku ini menceritakan tentang cici-ciri sandeq dibanding dengan perahu-perahu lain sejenis. Secara umum, sandeq terdiri dari lambung, cadik dua batang, dan dua katir di kanan-kiri. Palkanya kedap air sebab pintu palka, biasa terdiri dari 3-4 pintu, didesain tidak bisa dilewati air. Layar berbentuk segitiga, yang terdiri dari tiang layar dan bom layar, merupakan salah satu kekhasannya. Kekhasan sandeq lain terletak pada warnanya yang dominan putih, ujung haluan-buritan yang mengarah naik berbentuk limas segitiga, dan konstruksi ikatan yang khas di beberapa bagian (hal. 378).

Alimuddin menjelaskan secara rinci pembuatan sandeq. Proses pembuatan sandeq bukanlah sebuah proses produksi semata. Proses pembuatan sandeq melibatkan sebuah laku spiritual. Proses dimulai dengan memilih kayu di hutan. Dalam memilih dan menebang kayu untuk bahan perahu, para penebang sangat menghargai hutan dan pohon yang akan ditebangnya. Mereka membelai pohon tersebut dengan takzim. Proses pembuatan balakang atau lambung perahu juga dilakukan dengan ritual penuh lambang, sebagai sebuah pengharapan akan kekuatan dan kelajuan perahu yang akan lahir. Pembuatan balakang dilakukan di hutan. Sedangkan proses penyelesaian perahu dilakukan di kampung. Proses penyelesaian perahu juga harus mengikuti ussul tertentu, yakni sebuah pengharapan melalui benda-benda atau perilaku saat proses penyelesaian perahu dilakukan. Peluncuran ke laut pun harus melalui sebuah ritual yang sudah ditentukan.

Alimuddin menjelaskan mengapa Mandar tidak memiliki perahu besar semacam pinisi. Pelarangan pelabuhan lain selain Makassar sebagai pusat perdagangan mengakibatkan Mandar kehilangan denyut perdagangan. Karena tak banyak perniagaan di Mandar maka tak diperlukan perahu besar semacam pinisi di Mandar. Akibatnya Mandar tidak mengembangkan perahu besar. Itulah sebabnya sandeq menjadi ciri khas perahu Mandar.

Teknologi memang berkembang terus. Demikian pula dengan teknologi perahu yang terus berkembang. Sandeq adalah hasil sebuah teknologi di awal tahun 1930-an. Perubahan layar dari segiempat yang dipakai pada perahu pakur, berubah menjadi segitiga pada sandeq. Pada jamannya sandeq merajai jenis perahu kecil di lautan. Namun perkembangan teknologi telah memaksa sandeq untuk menepi. Sandeq sebagai perahu untuk mencari ikan memang telah ditinggalkan. Para nelayan lebih suka menggunakan perahu bermotor. Sebab perahu bermotor bisa melaju tanpa harus tergantung angin. Kini sandeq telah berubah fungsi sebagai perahu ekspedisi maupun untuk race.

Sandeq Race yang diprakarsai oleh Leibner, telah membuat gairah terhadap perahu sandeq kembali menggeliat. Sandeq Race secara rutin dilaksanakan sejak dimulai pada tahun 2007. Alimuddin menuliskan secara detail tentang sandeq race ini. Kisah tentang persiapannya, pelaksanaannya dan segala hal yang berhubungan dengan even yang menarik ini. Alimuddin juga menuliskan tentang kekecewaannya ketika Sandeq Race digunakan untuk mempublikasikan figur kepala daerah untuk kepentingan kampanye politik daripada acaranya sendiri.

Alimuddin begitu marah saat sebuah ekspedisi yang mengatasnamakan sandeq ternyata yang dipakai bukanlah perahu sandeq. Kegagalan ekspedisi ini telah mencoreng reputasi sandeq. Meski Alimuddin berteriak lantang di media, bahkan menulis email kepada penyelenggara, namun tak ada tanggapan tentang protesnya.

Secara panjang lebar Alimuddin juga mengisahkan pelayaran sandeq di Perancis. Pelayaran sandeq di Brest ini adalah pelayaran pertama perahu sandeq di Samudra Atlantik. Pelayaran di Brest pada tahun 2012 adalah pencapaian internasional tertinggi yang dilakoni Sandeq.

Kini sandeq telah kembali bangkit, meski tempatnya tidak lagi di laut untuk mencari ikan. Sandeq telah menjelma menjadi simbol. Beberapa daerah menggunakan simbol yang konon adalah perahu sandeq. Beberapa pihak juga berencana untuk mematenkan sandeq. Namun Alimuddin mengkritisi upaya ini. Alimuddin tidak puas dengan gambar simbol daerah yang diklaim sebagai perahu sandeq. Sebab gambar tersebut tidak menonjolkan ciri-ciri khusus perahu sandeq. Tentang pematenan? Alimuddin menganggap bahwa upaya pematenan adalah sebuah upaya yang keblinger.

 

 

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu