x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Akankah Dunia Lebih Damai Tanpa Islam?

Fuller menjawab dengan argumentasinya yang mendalam bahwa ketegangan Barat dan Tengah tetap akan ada meski Islam tidak pernah ada.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: A World Without Islam

Penulis: Graham E. Fuller

Penerbit: Back Buy Books

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun terbit: 2012

ISBN: 978-0-316-20106-3

Halaman: 385

 

Apakah dunia akan lebih damai jika Islam tidak pernah hadir? Bagaimana kondisi hubungan Barat dengan Timur (Tengah) seandainya Islam tidak pernah lahir?

Dunia Barat (khususnya Amerika) menyalahkan Islam (fundamientalis) sebagai penyebab kekacauan dunia. Apalagi setelah peristiwa 11 September 2001. Pandangan yang menyalahkan Islam semakin menjadi-jadi di Amerika. Sejak peristiwa 9/11 itu pandangan Barat (Amerika) tentang Islam semakin jelek. Banyak orang Amerika mengidentikkan Islam dengan terorisme.

Apakah benar kekacauan seperti sekarang ini tidak akan terjadi jika Islam tidak pernah ada? Fuller menjawab dengan argumentasinya yang sangat mendalam bahwa ketegangan Barat dan Timur Tengah (kekacauan yang terjadi sekarang ini) tetap akan ada meski Islam tidak pernah ada. Fuller sangat kompeten menjawab pertanyaan ini dengan argumennya, karena Fuller adalah mantan wakil direktur Dewan Intelijen Nasional CIA.

Pada bagian pertama bukunya, Fuller membangun hipotesisnya berdasarkan berbagai argumen. Argumen pertama adalah bahwa kericuhan Timur Tengah sudah terjadi jauh sebelum Islam ada, bahkan sebelum Agama Kristen mendapat kedudukan dalam pemerintahan Romawi. Persaingan Kekaisaran Romawi Barat dan Romawi Timur (Bizantium) sudah terjadi sebelum kekristenan hadir. Rivalitas keduanya kemudian menyeret Agama Kristen ke dalam konflik. Sehingga ‘seakan-akan’ terjadi konflik antara Kristen Barat dengan Kristen Timur (Ortodoks). Kekristenan di Timur ini kemudian menjadi kekuatan ‘Anti-Barat’.

Pergumulan agama telah terjadi di wilayah Timur Tengah sebelum Islam lahir. Agama Yahudi, Kristen dan Zoroaster telah saling singgung dalam pengembangan konsep monotheisme.  Namun demikian Fuller berargumen bahwa konflik yang terjadi utamanya bukan akibat konsep theologi, melainkan, identitas, komunitas, negara, politik, kekuasaan dan nasionalisme regionallah penyebabnya (p. 41).

Argumen kedua adalah bahwa peperangan Barat dengan Islam di awal kelahiran Islam bukanlah disebabkan karena pemaksaan pindah agama oleh Islam. Peperangan ini lebih disebabkan karena ketidak-puasan masyarakat atas pemerintahan Barat yang memberatkan mereka. Islam menaklukkan Bizantium dengan cara damai. Contohnya adalah penaklukan Siria. Komandan tentara Islam Khalid bin Walid menjamin bahwa keamanan, harta benda, tempat ibadah tidak akan dihancurkan. Garansi atas nama “Allah” diberikan asal mereka tetap membayar Jizya – pajak. Bahkan sejarah membuktikan bahwa konversi agama wilayah ini terjadi secara pelan-pelan. Menyitir Arnord Tonybee, Fuller menyatakan bahwa perpindahan ke Islam bukanlah karena “Islam atau mati” tetapi lebih karena “Islam atau pajak super”, mengingat bahwa penduduk non Islam harus membayar Jizya (p. 99). Lapidus juga menyampaikan bahwa prinsip kedua dari penaklukan oleh Umar (bin Khatab) adalah: “sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan kepada komunitas yang ditaklukkannya.” Nabi Muhammad membiarkan orang Yahudi dan Kristen untuk hidup berdampingan asal mereka menghargai Islam (p.99). Perpindahan agama juga terjadi karena komunitas yakin bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih baik di bawah pemerintahan Islam (p. 102). Pada saat pemerintahan Otomanpun Kristen Ortodoks tetap bisa hidup dan berkembang di pusat ibu kota. Bukti lain bahwa perpindahan agama ini tidak terjadi karena paksaan adalah Siria tetap memeluk Islam, tidak kembali ke Kristen atau iman yang dulu diyakininya; Iran tidak kembali memeluk Zoroaster saat kekuatan Islam mulai meredup (p. 105).

Argumen ketiga adalah bahwa Perang Salib (1095) bukanlah tentang perbenturan budaya –clash of civilization antara Islam dengan Barat. Dalam seruan Paus Urbanus II untuk merebut Yerusalem tidak ditemukan satupun kata Islam. Seruan Paus Urbanus II adalah untuk mengusir orang-orang yang tidak percaya yang menindas orang-orang percaya (Kristen) di Tanah Suci (Yerusalem). Orang-orang tidak percaya ini bisa orang Yahudi atau orang Islam. Pada saat itu orang Yahudi dikenal sebagai “Pembunuh orang Kristen”. Sehingga bahkan sebelum meninggalkan Eropa, mereka telah memaksa orang-orang Yahudi di Eropa untuk berpindah agama menjadi Kristen atau dibunuh.  Setelah perang Salib 1, 2 dan 3 gagal merebut Yerusalem, perang Salib keempat bukan saja menyerang Yerusalem tetapi juga menghancurkan Konstantinopel dimana penganut Kristen Ortodoks bermukim saat itu. Kesimpulannya, seandainya Islam tidak pernah ada, maka perang Salib tetap akan terjadi antara Barat dengan Timur. Alasan bahwa tentara Salib menyerang Yerusalem untuk membebaskan kota ini dari orang-orang yang tidak percaya adalah aneh. Sebab Yerusalem telah diduduki oleh Zoroaster (tahun 614), Persia (tahun 628) dan kemudian Arab (tahun 638). Sedangkan tentara Salib baru datang ke Yerusalem 500 tahun kemudian! Alasan yang masuk akal adalah karena kekuatan Barat yang semakin besar yang menstimulasi terbentuknya tentara Salib (p.123).

Argumen keempat bahwa perbenturan budaya Barat dengan Islam adalah karena terjadinya fundamentalisme dalam agama Islam adalah tidak benar. Semua agama memiliki kelompok yang ingin memurnikan ajarannya. Jika dalam Islam ada aliran Wahabi yang menyerukan kembali kepada kemurnian Islam, dalam Kristen kita mengenal pemurnian ala Calvin. Seandainya Islam tidak pernah ada, maka fundamentalisme Kristen Ortodoks di Timur juga akan terjadi dan bisa berakibat yang sama, yaitu perbenturan Barat dengan fundamentalisme Kristen Ortodoks.

Pada bagian kedua buku ini, Fuller berargumen bahwa kebudayaan bisa saling berteman, termasuk Islam.  Berbeda dengan Huntington yang hipotesisnya mengatakan bahwa akan terjadi perbenturan antar budaya (clash of civilization) khususnya Islam dengan budaya lain, Fuller berargumen bahwa semua budaya punya potensi berbenturan dan potensi untuk hidup berdampingan, termasuk Islam. Fuller membuktikan bahwa Islam bisa berjumpa (dalam damai) dengan budaya-budaya besar yang sudah ada sebelumnya. Namun Fuller juga mengingatkan bahwa perbenturan itu bisa terjadi antar komunitas. Bisa saja benturan itu terjadi antar budaya atau antar sub budaya (Katholik – Protestan, Sunni – Shyah, Muslim Turki – Muslim Kurdi, dan sebagainya). Fuller berargumen bahwa ada atau tidak ada Islam hubungan antar budaya tetap akan terjadi baik secara damai maupun penuh ketegangan.

Kebencian terhadap Barat seperti yang diperlihatkan sebagian Muslim saat ini bisa terjadi juga oleh kebudayaan lain, seperti China atau Amerika Latin. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak kebudayaan yang memuja Barat dan juga banyak yang membenci Barat. Apa alasan mereka membenci Barat telah banyak ditulis oleh berbagai pihak. Apakah mereka membenci Barat karena perlakuan Barat kepada mereka, atau karena mereka cemburu (terhadap keberhasilan Barat)? Jawabnya bisa bervariasi.

Fuller membahas Muslim dalam kebudayaan Rusia. Muslim bukanlah immigran di Rusia. Itulah sebabnya Islam tidak berkonflik dengan sub budaya lain yang membentuk Rusia (p. 199-214). Hal ini berbeda dengan Muslim di Eropa yang pada umumnya adalah imigran yang merasa terdiskriminasi. Kegiatan teror dilakukan oleh beberapa muslim imigran ini di Eropa (Barat) karena mereka merasa didiskriminasi (p. 215-240). Sedangkan di India, kita bisa melihat batas yang jelas antara Islam (Pakistan dan Bangladesh) dengan Hindu (India). Namun di negara India sendiri hidup banyak Muslim di dalamnya. Bahkan Islam berbalut Hindu pernah menghasilkan kerajaan Mughal yang sangat hebat. Meski sering juga terjadi ketegangan antara Hindu dan Islam di negara India (p. 241-261). Dan di China, Islam sebagai agama berhasil berdampingan dengan filsafat Konghucu (p. 262-273).

Pada bagian ketiga bukunya, Fuller membahas posisi Islam dalam dunia modern. Orang-orang Muslim adalah orang-orang yang berkeyakinan teguh akan kepercayaannya. Mereka percaya akan perannya dalam sejarah dunia. Islam juga telah menyumbang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi dunia modern. Namun Islam juga memiliki pengalaman yang kurang baik dalam perjumpaannya dengan budaya Barat. Kolonialisme Barat telah menempatkan para pemimpin Islam dalam posisi yang kurang dihargai. Posisi ini membuat Islam menjadi sarana untuk perjuangan menghadapi kolonialisme.

Apakah jika Islam tidak ada, akan ada sarana lain yang menantang kolonialisme Barat? Fuller berpendapat bahwa akan ada identitas lain yang menjadi sarana. Bisa saja identitas itu adalah Kristen Orthodoks, nasionalisme Arab, Judaisme atau lainnya.

Setelah membeberkan argumennya bahwa ketegangan dan terorisme yang terjadi sekarang ini bukanlah disebabkan karena perbenturan budaya Barat dengan Islam, Fuller memberi sembilan saran supaya ketegangan antara Amerika dengan Islam bisa menurun. Kesembilan saran itu adalah:

1. Menghentikan intervensi militer dan politik di dunia Islam.

2. Penanggulangan terorisme haruslah menjadi hak organisasi internasional atau negara yang bersangkutan dan bukan oleh Pemerintah Amerika.

3. Amerika harus keluar dari politik mendukung rejim pro-Amerika dan membiarkan proses demokrasi terjadi di luar Amerika.

4. Demokratisasi harus terjadi di negara Muslim, tetapi Amerika harus tidak ikut campur di dalamnya. Amerika harus tidak mendorong demokratisasi demi kepentingannya sendiri.

5. Amerika harus menerima partai Islam yang secara demokratis terpilih di suatu negara

6. Harus segera ada solusi persoalan Israel-Palestina.

7. Mengalihkan anggaran perang Amerika di Timur Tengah untuk pendidikan dan kesehatan.

8. Perubahan kebijakan Amerika yang bisa segera mengakhiri kekerasan dan radikalisme internasional dan membiarkan kekeasan dan radikalisme lokal diselesaikan secara lokal.

9. Hanya orang Islam yang bisa menyelesaikan persoalan kekerasan dan radikalismenya sendiri.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler