x

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mas Johan dan Pak Donny, Dua Jubir 'Jempolan'

Setelah terlempar dari bursa calon pimpinan KPK, nama Mas Johan Budi kembali disebut.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nama Mas Johan Budi Sapto Prabowo, eks pimpinan sementara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang juga mantan juru bicara komisi anti rasuah itu, kembali ramai dibicarakan. Setelah terlempar dari bursa calon pimpinan KPK, nama Mas Johan Budi kembali disebut. 
 
Awalnya, saya kira nama Mas Johan akan tenggelam, setelah tak lagi di Rasuna Said. Terlebih Mas Johan sudah memutuskan 'pamitan' dari markas komisi pemberantas korupsi tersebut. Ternyata dugaan saya meleset. Nama Mas Johan kembali mencuat. 
 
Ya, harus diakui, di Rasuna Said, nama mantan wartawan Tempo itu berkibar. Posisinya sebagai juru bicara komisi, membuat wajah Mas Johan, serta statemennya kerap mewarnai kolom-kolom koran juga layar televisi. Di media online, sudah tak terhitung kutipan pernyataan Mas Johan. Banyak yang menganggap Mas Johan adalah salah satu jubir nomor wahid di republik ini. 
 
Harus diakui memang gaya bicara Mas Johan saat dimintai tanggapannya enak untuk dicerna. Mas Johan piawai merajut kata, juga kalimat, sehingga pernyataannya tak keluar konteks. Namun yang paling membuat Mas Johan terkenal sebagai jubir adalah cara dalam menyampaikan pernyataan. Santai, dan tak kaku. Bahkan, kerapkali selalu tersisip rasa humor dalam setiap pernyataannya. Mas Johan pun identik dengan KPK. Dan, KPK melekat pada diri Mas Johan.
 
Kini Mas Johan tak lagi di KPK. Tapi berhembus kabar, Mas Johan akan ditarik ke Istana. Dia, ditawari sebagai jubir atawa juru bicara. Mungkin Pak Jokowi sebagai Presiden kepincut dengan kepiawaian Mas Johan kala mantan jurnalis itu jadi di jubir KPK. Kita tunggu saja, apakah Mas Johan akan jadi jubir Pak Presiden?
 
Bicara tentang jubir, saya punya cerita lain tentang jubir lainnya. Tentu bukan Mas Johan. Cerita saya ini tentang salah satu jubir 'terbaik' yang pernah di miliki Kementerian Dalam Negeri. Siapa dia? Dia adalah Reydonnyzar Moenek, atau para wartawan yang biasa meliput di kementerian yang sekarang dinakhodai Tjahjo Kumolo memanggilnya dengan panggilan akrab : Pak Donny. 
 
Ya, bagi saya Pak Donny adalah salah satu jubir 'terbaik' di Kementerian Dalam Negeri. Kini Pak Donny tak lagi jadi jubir. Dia, sudah naik pangkat jadi Direktur Jenderal Keuangan Daerah. Bahkan, sekarang dia menjabat sebagai Penjabat Gubernur Sumatera Barat. 
 
Ada sebuah pernyataan menarik dari Pak Donny tentang tugas seorang jubir. Pernyataan itu masih saya ingat sampai sekarang. Kata dia, jadi jubir itu harus berani dan sedikit nekad. Tapi, aturan tetap jadi langgam dalam menanggapi sebuah permasalahan. 
 
Karena itu, Pak Donny kerap tak peduli, jika kemudian ia mesti bersebrangan dengan arus suara publik. Selama secara aturan benar, ia akan tampil ke depan, meski harus diserang kanan kiri. 
 
Dia salah satu jubir, yang menurut Pengamat Politik Charta Politika, Mas Yunarto, seperti 'perpustakaan berjalan'. Penguasaan Pak Donny terhadap pasal demi pasal dari berbagai macam aturan, dipuji Mas Yunarto. Mas Yunarto merasa kagum dengan kemampuan Pak Donny yang selalu mendasarkan pernyataannya dengan aturan-aturan yang ada. Sampai Peraturan Menteri pun, Pak Donny bisa menjelaskan dengan detil. 
 
Saya masih ingat, ketika Pak Donny berani tampil ke depan kala Mendagri berpolemik dengan Ahok, Gubernur DKI Jakarta. Padahal ketika itu, Ahok sedang jadi media darling. Tapi dengan tangkas, dan sedikit meledak-ledak, Pak Donny bisa menjelaskan posisi Kemendagri juga Mendagri lengkap dengan detil aturan yang terkait dengan itu. 
 
Bila Mas Johan kalem, Pak Donny sedikit meledak-ledak. Mungkin itu saja perbedaannya. Namun, meski meledak-ledak, penjelasan yang dituturkan Pak Donny tetap runut, lengkap dan detil. Aturan selalu dirujuknya. Dengan begitu argumen yang dibangun bisa dipahami. 
 
"Filosofi saya itu palugada. Apa yang lu mau, gue ada ha.ha.ha.ha," kata Pak Donny dalam sebuah kesempatan bincang-bincang santai. Saat itu, dia masih jadi jubir Mendagri. Maksud palugada yang dikatakannya adalah, seorang jubir itu harus siap sedia dengan jawaban, apapun yang ditanyakan. Dan, yang paling penting, kata dia, perkuat jawaban dengan aturan yang berlaku.
 
"Karena saya birokrat, ya aturan yang harus dirujuk. Tak boleh keluar dari itu. Saya bukan pengamat, tapi saya jubir lembaga negara," katanya.
 
 
 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler