x

Iklan

Machtumah Malayati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Meski Kecil, Setidaknya Bermanfaat

“Ndak usah terlalu mikir negara, wong kita sudah punya Presiden." Berbuatlah, meski kecil, setidaknya bermanfaat untuk sekitar kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah ada figur inspiratif di salah satu dusun kecil di Jombang? Mungkin kata bijak, “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk yang lain” bisa menjawabnya. Kalimat sederhana itu menjadi prinsip Babrak Kamal Bumi Dian, pengelola Griya Baca Anak Bumi Kita Untuk Semua (Abukus) yang ada di Desa Gondek Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Jawa Timur.

Griya Baca Abukus adalah taman baca anak yang berdiri sejak tahun 2008. Inisiatif mendirikan taman baca bermula dari buku-buku kuliah Babrak Kamal yang sudah rampung dibaca. Maka, buku-buku itu dikoleksi dan ditata di rak kecil. Tidak banyak yang datang diawal untuk membaca dan meminjam buku. Taman baca itupun memanfaatkan sebuah ruangan kecil berukuran 3 x 4 meter yang bersebelahan dengan ruang tamu rumah orang tua Babrak Kamal. Karena itu tidak jarang, tamu yang datang harus berbagi ruang dengan pembaca buku kala itu.

Waktu berjalan, membaca semakin menjadi pilihan. Beberapa anak-anak yang mengaji TPQ kerap datang ke ruang tamu itu. Di sela-sela bermain usai mengaji, mereka membaca beberapa buku yang ada. Karena ulasan dalam buku itu cukup “berat”, maka anak-anak itu hanya melihat-lihat gambarnya saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Babrak kamal dibantu adiknya kala itu akhirnya berinisiatif untuk menambah koleksi buku anak-anak. Agar anak-anak bisa membaca dan menikmati buku bacaan. Akan tetapi inisiatif tiada guna, jika tidak ada dana. Untungnya, Ayah Babrak Kamal, Zainuri mengukuhkan niat baik itu. “Nawaitu baik akan membuka jalan baik,” begitulah ungkap Zainuri kala itu.

Gayung bersambut, nawaitu terwujud. Seorang sepupu ketika bersilaturrahim ke rumah melihat secara langsung beberapa anak yang membolak-balik buku tersebut. Dia pun menawarkan koleksi Majalah Mentari bekas milik anaknya yang sudah beranjak remaja. Karena itu, dengan suka rela 3 kresek besar full berisi majalah mentari siap dibawa dan mengisi rak-rak buku yang ada. Alhamdulillah.

Tambahan koleksi itu membuat semangat Babrak Kamal semakin mengembang dan yakin akan respon baik membudayakan baca untuk anak-anak dan masyarakat sekitar. Strategi kampanye selain mouth to mouth atau gethuk tular, juga memanfaatkan jejaring sosial facebook. Selain itu, bersama adiknya, Babrak Kamal mulai mengelola sebuah blog yang menggambarkan aktivitas kegiatan-kegiatan Griya Baca Abukus.

Respon baik semakin terlihat dari luar. Beberapa donasi buku-buku bacaan, bekas ataupun baru diberikan kepada Griya Baca Abukus.

Selain membaca, Babrak Kamal juga membuat kelas-kelas kecil yang diikuti anggota Abukus. Seperti, kelas bercerita/mendongeng, kelas berkebun, kelas berbahasa inggris, kreasi batik tutul, kreasi membuat sampah dan kerajinan dari barang bekas. Akan tetapi, respon masyarakat tidak terlalu besar. Terkadang pula mereka membatasi keinginan anak-anak mereka, walau sekedar untuk dolan ke Abukus. Akan tetapi tidak menyurutkan niat untuk membiasakan anak-anak membaca dan bermain positif.

Pada tahun 2011 atas dukungan Ayahanda, Babrak Kamal mendapat restu untuk membangun sebuah ruang berukuran 3 x 11 meter di halaman rumah sebagai gedung griya baca. Di awal hanya berupa gedung saja yang masih berlantai tanah, hanya diberi tikar dari terpal.

Keberadaan gedung taman baca Abukus itu kemudian menjadi pusat kegiatan anak-anak. Meski tidak mampir untuk membaca buku, mereka bermain kelereng, bermain gobak sodor di kala liburan. Kiranya semua ini adalah semangat positif, dan menjadi counter balik aktivitas remaja desa yang terpengaruh pada pergaulan kurang tepat, seperti main PS play station, cangkruk’an, bahkan miras dan narkoba. Dengan keberadaan griya baca Abukus diharapkan menjadi counter pola pikir, terutama menanamkan pada anak-anak tentang alternatif berkegiatan dari pergaulan-pergaulan negatif tersebut.

Selain itu, Babrak Kamal bersama pemuda dusun memanfaatkan setiap momentum untuk berkegiatan di Abukus. Seperti meyelenggarakan lomba menggambar, lomba mewarnai, dan berpartisipasi lomba takbiran. Pada satu momentum lomba patrol yang diselenggarakan di halaman Abukus dan diikuti oleh anak-anak se-desa gondek, ditampilkan sebuah slide kegiatan-kegiatan Abukus. Tidak hanya itu, pada slide tersebut juga dimasukkan dokumentasi aktivitas warga pada saat mengikuti kegiatan-kegiatan di musholla dan desa. Warga yang mulanya datang seolah mencari hiburan dan tontonan, kemudian merasakan sebuah empati dan simpati besar pada kegiatan Abukus. Mereka pada akhirnya terlibat aktif dengan cara memberikan saran dan konsumsi-konsumsi kecil ketika kegiatan-kegiatan Abukus diselenggarakan. Warga semakin semangat ketika artis dan pemerhati anak, Yessy Gusman di awal-awal berdiri juga sempat hadir di Abukus dan membacakan sebuah puisi dan cerita untuk anak-anak Abukus.

Babrak Kamal semakin melebarkan sayap dengan misi Gondek Membaca. Sementara di sisi lain, kuliahnya belum rampung juga. Diantara saudara-saudaranya, dia paling rekor dalam kuliah. Bisa jadi andaikata kuliah tersebut di kumpulkan, bisa jadi Babrak Kalam sudah lulus S3, sayangnya semua itu S1 yang belum rampung, dan dia sempat pindah-pindah kampus, karena tidak mendapatkan kepuasan dan aktif mengembangkan kampanye baca di Griya Baca Abukus.

Gondek Membaca adalah kampanye membaca se-desa gondek. Misinya, membuka akses baca pada anak. Babrak Kamal pernah berkata, siapa bilang minat baca di desa itu rendah sebagaimana yang kerap disebutkan oleh banyak orang. Sebab, jika akses baca diperbanyak dan dipermudah, ternyata minat baca desa juga tinggi. Begitulah, sehingga misi membuka akses selebar-lebarnya direalisasikan oleh Babrak Kamal.

Babrak Kamal mulai menggalang donasi buku sebanyak-banyaknya. Dan, secara teknis, pada program Gondek Membaca, Babrak Kamal menggandeng 5 relawan yang tersebar di tiap dusun. Sebab, di Desa Gondek ada 5 Dusun. Maka dimasing-masing dusun tersebut, setiap relawan akan membuat spot-spot baca. Pada Spot baca tersebut diberi akses buku sesuai dengan minat anak-anak dusun tersebut. Pada kurun waktu tertentu, ketika koleksi buku tersebut sudah habis dibaca, maka akan dilakukan rolling atau pertukaran buku-buku secara bergilir dari 5 spot tersebut, sehingga mereka akan membaca koleksi buku-buku secara merata. Selain itu, setiap spot akan difasilitasi untuk melebarkan sayap membuka link-link dengan lembaga donasi buku-buku gratis, sehingga setiap spot bisa mengembangkan lembaganya dengan menambah koleksi-koleksi buku sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, setiap anak yang ada di desa Gondek  yang lokasi tempat tinggalnya agak jauh dengan Abukus tidak peru susah-sudah datang ke Abukus untuk meminjam, karena mereka bisa pinjam ke Spot baca di masing-masing dusun.

“Karena, pernah suatu kali, 5 orang anak datang saat hujan turun cukup deras. Mereka datang untuk meminjam buku. Karena itu, dengan adanya spot tersebut mereka tidak perlu jauh-jauh pinjam, bisa pinjam ke spot baca yang di dusun masing-masing,” ungkap Babrak Kamal.

Konsep ini lantas dikembangkan pada Mojowarno Membaca, yakni pembukaan spot baca di tingkat se-kecamatan dengan misi yang sama, yaitu membuka akses selebar-lebarnya untuk membaca.

Dalam sebuah kesempatan Babrak Kamal mengatakan, “Ndak usah terlalu mikir negara, wong kita sudah punya Presiden, Ndak usah terlalu mikir propinsi, wong kita sudah punya Gubernur, Ndak usah terlalu mikir Jombang, wong kita sudah punya mas Nyono, Ayo berpikir tentang keluarga kita, anak-anak kita dan 5 deret rumah disamping kita. Ya…cuma hal kecil ini yang bisa saya lakukan. Setidaknya, bisa bermanfaat untuk sekitar saya,” ungkapnya.

Ikuti tulisan menarik Machtumah Malayati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler