x

Iklan

Iwan Setiawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dia yang Berdagang dengan Hati

Potret seorang pedagang batagor yang berdagang dengan hati. Menyentuh sekaligus menginspirasi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seperti di hari-hari yang lain, sore kemarin penjual Batagor itu mendatangi gang di sekitar rumah kami. Sore itu, langit begitu cerah dan beraneka hal sedang kami lakukan. Pak Agung yang rumahnya paling ujung, tengah membersihkan Kijang Innova yang baru saja dikendarainya, Pak Agus yang membuka warung kecil di samping rumahnya, tampak sibuk melayani pembeli, sementara Bu Rismidani yang parasnya mirip artis Dewi Yul, baru selesai mandi kelihatannya; Ia bergegas hendak menjemur handuk yang tersampir di pundaknya. Aku sendiri sedang meladeni tantangan si bungsu, Reza, bermain Badminton. Gang kami memang tak pernah sepi dari aktivitas para penghuninya.

Penjual Batagor yang kami panggil Mang Imar, itu mulai mengundang perhatian. Tangannya memukul-mukul piring dengan sendok secara berirama… ting, ting, ting. Sesekali ia membolak-balik adonan di wajan berupa tahu yang dibalut tepung itu. Percampuran tahu, tepung dan minyak panas menghasilkan wangi yang sedap; aroma ikan bercampur dengan bumbu racikan. Tampaknya aroma sedap inilah yang mengundang para pembeli, disamping nyaring bunyi piring yang dipukulnya. Seketika pembeli berdatangan, tidak cuma  dari gang kami.

Air muka Mang Imar tampak cerah.  Tak henti-hentinya dia melayani pembeli. Pembelinya dari segala kalangan; para pekerja yang baru pulang, ibu rumah tangga, bapak-bapak, dan yang paling banyak: anak-anak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mang Imar tidak mematok harga tertentu untuk dagangannya. Seribu, dua ribu, berapa pun ia layani. Meski begitu, rasa Batagor yang dijualnya terbilang enak. Dalam setiap gigitan, akan kita temukan rasa ikan tenggiri, racikan bawang putih, merica, dan entah bumbu rahasia apa lagi. Makanya, tak heran bila dagangannya laris manis. Adakah hal yang membahagiakan seorang pedagang  selain dagangannya laris? Sore itu dirasakannya begitu bersahabat, tak henti-hentinya ia tersenyum.

Mang Imar adalah kisah sukses seorang pedagang. Bercermin darinya, kita memetik keteladanan yang sekiranya kita terapkan, bukan tidak mungkin kita akan meraih keberhasilan serupa. Percayalah kawan!

Membumi adalah prinsip pertama yang dianutnya. Produk yang ia jajakan, Batagor, adalah makanan “sejuta umat” yang disukai berbagai kalangan dan dari berbagai tingkatan usia; dari Heri anak Pak Galeng yang tukang pijit sampai Cep Kanza putra Mayor Sigit, dari ade  Arla yang berusia balita sampai kakek Yopi yang sudah renta suka Batagor.

Prinsip kedua adalah merakyat. Ketika menjual, Mang Imar tidak mematok dengan harga tertentu. Sebaliknya, ia menjual dengan harga terjangkau. Rupanya disadari betul olehnya bahwa makanan yang dijualnya itu disamping untuk meraup laba, adalah juga sebagai baktinya “menolong” sesama. Dengan selembar uang ribuan, kalangan yang biasa disebut masyarakat pra sejahtera dapat turut menikmati Batagor buatannya.

Menjaga mutu produk menjadi prinsip ketiga yang diterapkannya. Mang Imar senantiasa menjaga cita rasa Batagor racikannya. Dia tidak menganggap harga jual yang murah sebagai hambatan. Justru sebaliknya, hal itu dijadikannya sebagai tantangan.

Yang terakhir, Mang Imar memperlakukan konsumen sebagai “raja” yang patut dihormati, diberi harga terjangkau, dan disuguhi Batagor yang enak. Dia menganggap pembeli sebagai mitra yang mesti dipertahankannya. Karena itu,  hubungan baik dengan pembeli senantiasa dijaganya. Sebuah pepatah Cina yang mengatakan bahwa “Pedagang yang baik adalah pedagang yang mampu membuat pembeli datang lagi” rupanya benar-benar dihayatinya.

*) photo diambil dari google gambar

#Tempo45

 
 
 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Iwan Setiawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu