x

Iklan

indri permatasari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jus Mangga Buatan Bang Jaja

Di saat manusia ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara apapun,Bang Jaja dengan segenap kesadaran justru berjualan untuk mencari berkah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Jus mangganya satu ya, Bang” pesan saya di tengah riuhnya orang yang sedang membayar mie ayam.

“Tapi mangganya kaya gini mbak, lihat dulu deh, dicicipin aja agak asem rasanya, soalnya kemarin gak dapat yang bagus, maklum udah nggak musim,” jawab Bang Jaja sang penjual

“Udah gak papa, yang penting gak pakai gula dan es nya dikit,” jawab saya sambil ngeloyor cari duduk di luar kios  kecil itu karena kepanasan”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

***

“Lho koq masih kembalian, bukannya duitnya pas?” Tanya saya sambil melihat selembar uang di yang diulurkan saat membayar jus mangga pesanan

“Iya mbak, kan mangganya nggak sebaik kemarin, harganya lebih murah jadi harga jus nya juga turun” Begitu jawab Bang Jaja sambil meminta maaf karena rasa jusnya nggak akan seenak kemarin

Saya pun hanya bilang, santai saja wong rasa buah ada di luar kuasa kita sebagai manusia, sambil berucap terima kasih, dan saya pun meninggalkan kios kecilnya.

***

Bang Jaja, begitu dia biasa dipanggil. Kerjaan sehari-harinya adalah penjual minuman. Sebentar, minuman yang saya maksud itu ya minuman beneran, seperti teh, kopi dan jus, bukan minuman keras macam vodka dan arak oplosan.

Oh ya, Bang Jaja tidak berjualan sendirian di kios kecilnya, dia berbagi tempat dengan dua orang penjual lainnya, Bu dhe penjual mie ayam dan Pak Slamet penjual soto mie. Ketiganya memang sengaja patungan untuk menyewa kios agar bisa lebih irit. Para pedagang yang memiliki komoditas dagangan berbeda ini memang unik, semua berkolaborasi saling membantu. Pesan makan di mie ayam atau soto mie kemudian pesan minumnya di Bang Jaja.

***

Terus terang di zaman yang serba ndak jelas, saya kagum dengan kinerja Bang Jaja. Oke lah dia bukan siapa-siapa, hanya pedagang es jus, namun sikapnya yang gigih berdagang demi mencari rezeki yang berkah benar-benar luar biasa. Alih-alih seperti para wakil rakyat yang tidak malu untuk saling sikut dan pasang muka manis sebagai kedok tipu-tipu yang dirancang demi kepentingan pribadi, Bang Jaja justru memilih jalan yang lain, jalan kejujuran. Sebuah sikap yang tidak lagi dipunyai oleh manusia kebanyakan.

Layaknya perusahaan besar, Bang Jaja juga punya standard operasional dan prosedur yang diyakininya benar dalam menyajikan es jus yang nikmat dan berkualitas bagi para pelanggan. Ia akan selalu bilang sebelum terjadi transaksi, ketika kualiatas buah-buahan yang dia punya tidak sebaik biasanya. Ia juga akan memberitahukan sebelumnya ketika ada kenaikan harga buah yang memang musiman, namun akan selalu menurunkan harganya kembali di saat musim buah itu telah tiba. Intinya dia tidak akan mengambil keuntungan semena-mena walaupun sebenarnya dia mampu. Dia hanya tidak mau.

Di saat manusia ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara apapun, Bang Jaja dengan segenap kesadaran dan kesederhanaanya dalam berpikir selalu melakukan hal yang baik dan benar. Berjualan dengan ikhlas lillahi taala, agar uang yang dihasilkan selalu berkah, selalu halal walau tidak dilegitimasi oleh instansi berwenang.

Bang Jaja memang tidak akan kaya dari hasil berdagangnya, tapi Bang Jaja adalah manusia yang kaya hatinya. Semoga akan banyak orang yang berniaga dengan cara-cara jujur seperti Bang Jaja di kemudian hari.

-------

 nb ; Bang Jaja malu kalau diambil fotonya, jadi diganti foto blender saja. oh ya tulisan di kertas putih itu bunyinya Lillahi taala, sayang blur gara-gara tangan tremor

 

Ikuti tulisan menarik indri permatasari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler