x

Iklan

Yuriantin Joe

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cinta pada Bahasa Inggris dan Anak-anak

Seorang guru bahasa Inggris yang berkomitmen dan mendedikasikan hidupnya mengajar anak-anak agar memiliki dasar yang kuat dan mencintai bahasa Inggris.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belasan lembar kalender bekas tergantung rapi di ruang keluarga Suryati. Puluhan lirik lagu tertera pada halaman kosong kalender-kalender tersebut. Lirik lagu berbahasa Inggris tersebut adalah ciptaan Suryati. Wanita yang berusia 61 tahun ini adalah seorang pemilik kursus bahasa Inggris di salah satu perumahan di Bekasi, yang juga merangkap sebagai seorang pengajar. Ia menggunakan berbagai metode pembelajaran, salah satunya dengan menyanyi.

Ketika ia menemukan materi yang dirasa sulit oleh murid-muridnya, ia akan membuatnya menjadi sebuah lirik lagu. Setiap lirik lagu terdiri dari beberapa baris kalimat pendek. Melodinya diambil dari lagu-lagu lain, seperti lagu Nona Manis Siapa yang Punya, lagu Boneka Abdi, lagu If You’re Happy and You Know It. Lalu, ia ajarkan lagu tersebut kepada murid-muridnya. Suryati akan menyuruh mereka menyanyikan lagu tersebut setiap kali mereka melakukan kesalahan.

Selain menyanyi, Suryati juga menggunakan metode lain, yaitu metode bermain. Ia membuat berbagai permainan sendiri, seperti membuat permainan kartu kuartet (mencari tiga kartu di teman yang lain), membuat permainan ular tangga bahasa Inggris, dan mencari pasangan kartu dalam bahasa Inggris.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wanita asal Bandung ini, mengatakan metode-metode tersebut adalah solusi dari masalah pembelajaran yang dialami murid-muridnya. Menurutnya, mengajar merupakan sebuah tantangan karena menghadapi berbagai karakter, kemampuan dan masalah tiap murid. Suryati yang telah mengajar selama 41 tahun ini, mempunyai tekad agar tidak ada lagi pandangan bahwa bahasa Inggris itu sulit. “Jadi, saya ingin  menumbuhkan rasa suka dan menghilangkan stigma bahasa Inggris itu sulit, “ kata Suryati.

Ia menegaskan bahwa bahasa Inggris itu tidak sulit, apabila seseorang memiliki dasar yang kuat. Pengalamannya mengajar murid Sekolah Menengah Atas (SMA) selama sembilan tahun membuatnya sadar bahwa masih terdapat murid SMA yang tidak memiliki dasar bahasa Inggris yang kuat. Keyakinan itulah yang membuat Suryati memilih fokus mengajar anak-anak Sekolah Dasar (SD). Ia menetapkan pilihannya tersebut ketika ia mendirikan kursus ini pada tahun 1995.

Kursus ini merupakan buah dari kecintaan Suryati terhadap dunia mengajar. Sebelumnya, ia mengajar di tiga sekolah dan beberapa tempat kursus. Ia juga pernah menjadi guru les privat. Ia memutuskan berhenti sementara dari kegiatan mengajar ketika anak ketiganya lahir. Ketika itu, ia memilih untuk fokus mengurus ketiga anaknya. Barulah pada saat anaknya bungsunya menginjak usia balita, ia mendirikan kursus ini.

Suryati yang biasa dipanggil Ma’am (singkatan dari Madam) di tempat kursus, awalnya mengajar kursus bahasa Inggris tersebut kepada anak sulungnya dan kedua temannya. Informasi tentang kursus ini pun akhirnya menyebar dari mulut ke mulut. Hingga kini, jumlah murid di kursus tersebut sekitar 60 orang, yang mayoritas terdiri dari murid SD, dan beberapa murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan SMA. Untuk membantunya mengajar, Suryati dibantu oleh seorang guru bernama Shelly.

Shelly telah mengajar di kursus ini selama hampir sebelas tahun. Menurutnya, metode pembelajaran di kursus ini variatif dan tidak terpaku hanya dari buku sekolah. Ia juga mengatakan alasannya bertahan di kursus ini karena ia merasa betah dengan suasana kekeluargaan pada kursus ini. Selain itu, ia mengagumi karakter Suryati yang penuh perhatian terhadap anak didiknya. “Ma’am itu maunya anak yang datang ke sini bukan karena dipaksa orang tua, bukan karena ngisi waktu, tapi ada yang dipelajarin,” ujar Shelly.

Suryati yang telah mendedikasikan hidupnya pada dunia mengajar ini, mengatakan awalnya ia ragu bahwa ia mampu mengajar. Perkenalannya dengan dunia mengajar terjadi ketika ia diminta mengajar keponakan temannya. Saat itu, ia masih berstatus mahasiswa semester kedua jurusan bahasa Inggris di salah satu universitas di Bandung. Suryati yang tidak memiliki latar belakang dalam bidang pendidikan pun, memutuskan untuk menerima tawaran dari temannya tersebut. Di situlah ia mulai jatuh hati pada dunia mengajar.

Kurang lebih selama dua dekade, keseharian Suryati diwarnai keceriaan dan tawa murid-muridnya. Dua ruang kelas yang berukuran 4x3 meter, menjadi saksi bisu kesetiaan dan kesabarannya dalam mendidik murid-muridnya. Seraut wajahnya yang ramah selalu siap membimbing murid-muridnya. Tak jarang, seulas senyum terpasang di wajahnya akibat tingkah polos anak didiknya.

Wanita yang memiliki hobi membaca ini, mengatakan akan terus membagikan ilmunya tersebut selama ia masih mampu. Ia juga masih terus mengembangkan metode pembelajaran di tempat kursusnya. Kini, Suryati sedang merenovasi ruang kelasnya agar lebih besar dan berencana membuat panggung kecil sederhana agar muridnya dapat tampil di depan kelas. Ia ingin menanamkan rasa percaya diri kepada muridnya untuk berani tampil di depan umum. “Saya mau kasih bahasa Inggris plus plus,” kata Suryati.  

Tidak hanya mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak, Suryati masih  memiliki keinginan lain, yaitu mengajar bahasa Inggris kepada masyarakat yang tinggal di sekitar pantai. Mimpi tersebut didasari keinginannya agar semakin banyak masyarakat yang mengenal dan dapat belajar bahasa Inggris serta kecintaannya akan suasana pantai. Namun, kini Suryati memilih untuk fokus dulu mengajar anak didiknya yang sudah menjadi komitmen hidupnya. “Bagi saya, kerja dengan hati, punya komitmen dan bersedia berubah ke arah yang lebih baik,” ujarnya.

 

Ikuti tulisan menarik Yuriantin Joe lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler