x

Iklan

Krani Pratiwi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Penerjemah Angka

, “Menjadi kaya gampang, kamu bisa jadi apapun untuk bisa jadi kaya, tapi buat Bapa hanya satu yang bisa menolong Bapa sekarang dan nanti"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

1+1 sejak aku mengenal angka dibangku sekolah hingga menjadi seorang Mahasiswa hasil penjumlahannya masih tetap sama yaitu 2, sama seperti sosok guru yang aku tahu hingga saat ini, mereka sama, sama sama berjasa membawaku menggapai mimpiku. Bukan sedang menyanjung siapapun tapi aku sedang bermimpi kelak aku bisa seperti mereka, seorang guru yang bisa membagi ilmunya tanpa pamrih.

Aku Krani Pratiwi, Mahasiswa Psikologi semester enam, sejak delapan tahun lalu aku punya cita cita ingin menjadi seorang dosen, gaya dan keren kayanya, gurunya guru yang aku tahu makna menjadi seorang dosen. Bukan tak ada pilihan yang bisa ku ambil, tapi tumbuh dan berkembang di dunia pendidikan adalah alasannya, ayah dan ibuku bekerja di dunia pendidikan, citaku satu kelak aku bisa menjadi bagian sejarah dari pendidikan bangsaku ini, bukan untuk sebuah kekuasaan tapi untuk sebuah perubahan yang sudah lama aku harap. Perjuangan kecil tersebut sudah dimulai oleh sosok seorang guru yang ku kenal, ia mengajar pelajaran yang sejak aku lahir bahkan sebelum aku lahir sudah banyak dihindari semua siswa, apalagi kalau bukan matematika. Pelajaran yang sebenarnya permainan sebuah angka yang menghasilkan kepusingan dan tekanan batin untuk semua siswa, aku bicara sebagai orang yang juga pernah tertekan karena pelajaran yang sampai sekarang isinya angka angka itu, dan karena itu aku tak pernah berdamai dengan pelajaran tersebut.

Duduk dibangku sekolah belasan tahun dan  bertemu selalu dengan matematika membuat aku sadar, kemanapun aku melangkah sejauh apapun aku berlari, matematika, angka, dan bahkan perhitungan akan selalu menghampirimu, percayalah, aku yang sudah menjadi Mahasiswa masih bertemu dengan mereka, dengan bentuk dan ilmu lain yang bernama Statistika, Psikometri, apapun itu mereka masih bersaudara dengan matematika guys, so jangan teralalu membencinya, karena kau akan semakin cinta. Ya.. kebencian dilahirkan bukanlah untuk dibenarkan tapi diluluhkan, begitu juga dengan stigma tentang matematika yang sulit, semua runtuh ketika ia bersahabat dengan duniamu. Dunia kita sekarang adalah dunia maya, dunia semu yang setiap hari kau ajak berinteraksi, meski kau tahu itu hanyalah sebuah benda tapi dunia itu bahkan lebih banyak kau beri kesempatan untuk menghabiskan waktumu yang terbatas itu, lantas apa hubungannya dunia maya, matematika dan guru ?, “Mereka adalah alasan tulisan ini kubuat

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebut saja ia guru era baru, dimana persaingan yang dihadapinya bukan lagi bagaimana siswa bisa mengerti 1+1 adalah 2, tapi bagaimana 1+1 bisa dijelaskan oleh siswa mengapa bisa menjadi dua. Guru bukanlah sosok yang mendikte apa yang seharusnya menjadi yang harus dilakukan siswa, itulah yang ia ajarkan. 1+1 memanglah 2, tapi bukan itu tujuan matematika lahir, ia lahir bukan untuk menjadikan manusia berhenti meyakini apa yang bisa ia yakini diluar dari nalarnya. Manusia itu unik, yang aku tahu setiap badan punya jiwanya sendiri, begitu juga dengan matematika, nyawanya bukan pada logika tapi ada pada bagaimana ia belajar bahwa perbedaan manusia dengan yang lainnya adalah pikirannya, sedinamis itu manusia hingga 1+1 akan tetap menjadi dua jika disajikan dalam bentuk dan rupa bagaimanapun, karena pada hakekatnya yang berbeda bukan hasilnya tapi proses bagaimana ia memahaminya. Karena itu pula matematika sebenarnya bisa begitu dekat dengan kehidupan manusia, serta mengikuti perkembangan jaman yang begitu cepat, yang tidak lain adalah teknologi. Jika dulu guru mengajar di kelas dengan kapur putihnya, sekarang ia hadir dalam tweet tweet para siswa, yang berlomba lomba untuk eksis dengan cerdas. Tak meninggalkan sedikitpun tentang keilmuannya, matematika disuguhkan dalam bentuk yang lebih sederhana dan menjamah semua kalangan. Bagaimana tidak, melalui tulisan tulisannya di Blog, ia mampu mengajak siswa siswa juga menjadi seorang Blogger dan pengguna media sosial yang bijak, memanfaatkan teknologi untuk belajar dan tentunya tetap eksis. Rasanya akan sulit untuk bisa mengaplikasikan matematika yang bersahaja dengan anak muda, tapi nyatanya ia mampu melahirkan itu. Bukan lagi matematika yang dihindari tapi justru yang ditunggu, berhitung bukan hanya tentang sebuah keakuratan tapi bagaimana hitungan tersebut juga bermakna, itulah makna dari tugas tugas matematika yang diupload di Blog, kemudian dikirimkan melalui sebuah tweet dengan jawaban angka angka yang sebenarnya sama, tapi siswa belajar untuk jujur, bahwa bukan angka yang menjadi jawaban daripertanyaan tugas tugas yang tersaji tersebut, tapi bagaimana angka yang menjadi jawaban bisa bermakna karena “saya memahami proses perhitungannya,bukan karna saya benar menjawabnya”. Masih belum percaya jika apa yang saya ceritakan ini benar benar nyata ?, silahkan cek Blog Bapak Guru yang satu ini PBM Matematika Iwan Sumantri (http://iwansmtri.blogspot.com)  dan jangan lupa cek juga ya jawaban jawaban siswa siswanya di twitter Ya (@onesmmat #Tugas19HS32016;#Tugas19AS32016; #Tugas19BS32016; #Tugas19CS32016; #Tugas19DS32016; #Tugas19GS32016; dst sesuai tugas). Prestasi Bapak guru ini, so pasti menginpirasi para guru lainnya, simak saja di blognya.

 

Salah satu karyanya dalam bentuk Buku

 

Sekilas riwayat singkat sang Ayah. Iwan Sumantri adalah seorang guru Matematika di SMP Negeri 3 Cibadak yang lahir di Karawang, 23 Pebruari 1967. Mengajar Sejak Tahun 1988 di sekolah Swasta Tamansiswa Cabang Cibadak. Menyelesaikan S-1 Matematika di UNPAS Bandung tahun 2002. Terpilih jadi peserta sertifikasi jalur pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarat pada tahun 2009 dan Peringkat I Guru Berprestasi Tangkat Kabupaten Sukabumi tahun 2014 serta Finalis Lomba Kreatifitas Guru (LKG) dalam Pembelajaran Sains Tingkat Nasional tahun 2015 (prestasi lainnya bisa disimak di blog pribadinya PBM Matematika Iwan Sumantri).

Sejak Tahun 2005 diangkat jadi guru PNS dan di tempatkan di SMP Negeri 2 Simpenan. Pada Tahun 2007 mutasi ke SMP Negeri 3 Cibadak sampai dengan sekarang.

Aktifitas sekarang adalah pengurus MGMP Matematika Gugus Cibadak sebagai sekretaris, Seksi Humas di Forum MGMP Kabupaten Sukabumi, Anggota Forum Ilmiah Guru (FIG) Kabupaten Sukabumi dan menjabat sebagai Wakasek Kurikulum SMP Negeri 3 Cibadak , pembina Pramuka di sekolah serta ketua ranting PGRI SMP Negeri 3 Cibadak.

Kegiatan sehari-hari di luar mengajar, aktif mengelola blog pribadi PBM Matematika Iwan Sumantri ( http://iwansmtri.blogspot.com), admin web sekolah (http://smpn3cbd-citaidola.sch.id) dan sekali-kali menulis di kompasiana dan Guraru serta media online lainnya.

Berikut alamat blog pribadi dan web sekolah serta jejaring sosial  yang kelolanya: 1) Web Sekolah SMPN 3 Cibadak ( http://smpn3cbd-citaidola.sch.id);  2) PBM Matematika Iwan Sumantri (http://iwansmtri.blogspot.com); 3)Pesona PBM Iwan Sumantri (http://iwansumantris3.guru-indonesia.net); 4)BlogKompasiana  (http://www.kompasiana.com/iwansumantris3);  5) Menjadi Anggota Komunitas GURARU (http://guraru.org);  5) Megelola Web Mobile One SM (http://iwansumantri.mywibes.com/);  6) Mengelola FB Pribadi (https://www.facebook.com/iwansmtri?ref=tn_tnmn);  7) Mengelola Twitter Pribadi ( @onesmmat),Instagram,Telegram dan WA.

Mimpinya sederhana, ia ingin ilmu yang dimilikinya bisa juga dimiliki orang lain, tanpa paksaan untuk mengerti tapi justru menyenangi karena paham. Sosok yang buatku bukan hanya menginspirasi, tapi juga teladan untukku, ia adalah orang yang menjadi alasan mengapa aku memilih untuk menjadi seorang Dosen kelak, “Menjadi kaya gampang, kamu bisa jadi apapun untuk bisa jadi kaya, tapi buat Bapa hanya satu yang bisa menolong Bapa  sekarang dan nanti, yaitu menjadi seorang guru. Hanya dengan ilmu yang Bapa  miliki, Bapa bisa menolong hidup Bapa sekarang dan nanti. Manusia dibatasi oleh waktu, tapi ilmu tak terbatas waktu, bahkan ia bisa menembus ruang dan waktu karna ia akan tetap hidup sekalipun kau mati”. Nasehat ayahku delapan tahun lalu, Ya.. sosok yang kukagumi dan menginspirasi hidupku ia aadalah ayahku, Ayah buat anak anaknya, dan ayah untuk siswanya. Kasih sayangnya begitu besar karena ia bukan hanya sosok ayah yang mensponsori hidup anak anaknya selama ini, tapi juga untuk teladan anaknya dan siswanya.

 

#Tempo45

Ikuti tulisan menarik Krani Pratiwi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler