x

Iklan

Meiskhe F

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sentil Warga Jakarta yang Membuang Sampah Sembarangan

Ashida Tsuyoshi, keturunan Jepang yang juga WNI membentuk komunitas Jakarta Osoji Club karena peduli dengan kebersihan Jakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap 2 pekan sekali sejak 4 tahun lalu, Ashida Tsuyoshi, 54, dan relawan Jakarta Osoji Club (JOC) memunguti sampah yang berserakan di sekitar Ring Road Gelora Bung Karno (GBK). Selain untuk bersih-bersih, hal tersebut dilakukannya untuk menegur warga Jakarta lewat aksi nyata.

Sayangnya, sejak 2012 melakukan kegiatan memungut sampah secara rutin di area GBK, Ashida menemukan perilaku warga Jakarta tidak banyak berubah. Kebiasaan membuang sampah masih terpelihara hingga sekarang. Padahal, hal tersebut menurutnya dapat memberikan dampak negatif, tidak hanya untuk lingkungan namun juga bagi GBK sebagai salah satu ikon Jakarta. "Saya terkadang berpikir kalau aksi ini seperti pepatah Jepang yang mengatakan, menyiram air dingin di atas batu panas, artinya usaha yang kami lakukan ini sia-sia," ujarnya.

Meski demikian semangat Ashida belum padam. Ia bersama puluhan relawan JOC yang terdiri dari warga Jepang dan warga Jakarta, masih optimis aksi tersebut akan berbuah manis. Suatu saat Jakarta bisa seperti kota-kota di Jepang yang bebas sampah sehingga nyaman untuk ditinggali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Merintis JOC

Kata 'osoji' dalam JOC memiliki arti 'bersih-bersih' dalam Bahasa Jepang. Komunitas ini dirintis Ashida karena prihatin dengan kondisi Jakarta yang kotor dan banyak sampah berserakan. Lewat tulisannya di Jakarta Shimbun, surat kabar berbahasa Jepang yang terbit di Jakarta, ia pun mengajak warga Jepang untuk melakukan aksi memungut sampah. "Saya memberikan pemahaman untuk mereka, meskipun Jakarta bukan kota asal kami, namun kami pun bertanggung jawab membuat kota ini nyaman untuk dihuni," tuturnya. Akhirnya kegiatan bersih-bersih pertama mereka terwujud pada 29 April 2012 di area Ring Road GBK. Ada sekitar belasan warga Jepang dan beberapa warga Indonesia yang menjadi relawan pada waktu itu.

Sejak saat itu, kegiatan JOC diadakan setiap 2 pekan sekali di Minggu pagi hingga sekarang. Ada saja relawan yang datang dan pergi, mungkin bosan dengan kegiatan JOC yang monoton. Terkadang Ashida pun merasa khawatir, jika hari bersih-bersih itu tiba, ia bertanya-tanya kepada diri sendiri apakah ada relawan yang datang atau tidak. Untungnya hingga sekarang ia selalu mendapati puluhan relawan yang sudah siap dengan peralatan bersih-bersih mereka.

Motivasi dari Sang Ibu

Sebenarnya kegiatan bersih-bersih Jakarta yang dirintis pria yang berprofesi sebagai konsultan ini, datang dari ingatan akan ibunya yang sangat membenci perilaku membuang sampah. Ibunya adalah warga Jepang yang terbiasa dengan kebersihan. Namun, setelah pindah dari Jepang ke Indonesia pada 1977, Sang Ibu harus melihat perilaku membuang sampah warga Indonesia yang sama sekali tidak disukainya. "Ibu dan ayah saya pernah bertengkar karena ibu melihat seseorang membuang sampah dari dalam mobil mewah waktu kami masih tinggal di Sumatera Utara. Ibu sampai meminta ayah saya mengejar mobil tersebut," kenang pria kelahiran 22 Januari 1962 ini.

Ibunya juga pernah memprediksi kota-kota di Indonesia akan menghadapi masalah sampah di masa depan karena perilaku konsumtif orang-orang akan menghasilkan banyak barang buangan. Prediksi Sang Ibu ternyata benar. Kenangan akan ibunya yang membenci perilaku membuang sampah pun menjadi salah satu motivasi bagi dirinya sendiri dalam menggerakkan JOC.

Sementara untuk memotivasi para relawan, Ashida memiliki cara sendiri. Jika pada awalnya, aksi hanya dilakukan di area GBK saja, saat ini lokasi kegiatan bersih-bersih sudah bervariasi. Setiap tahun JOC ikut mengamankan festival Jepang yang digelar di Jakarta dari sampah, dan teranyar adalah akan berpartisipasi dalam gerakan #IndonesiaBebasSampah2020 yang digelar pada Minggu, 21 Februari 2016 di sekitar Bundaran HI. Tidak jarang, Ashida dan para relawan juga diundang menjadi pembicara dalam seminar-seminar tentang peduli kebersihan. Aksi mereka juga dihargai Japan Foundation dengan mengundang beberapa relawan datang ke Jepang untuk melihat langsung budaya bersih-bersih masyarakat Jepang.

Jakarta bersih impian Ashida

Ashida sadar mengubah Jakarta menjadi bersih tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, ia yakin apabila didukung semua pihak, yaitu masyarakat dan pemerintah, tidak mustahil Jakarta akan bisa seperti kota-kota di Jepang. Di Jepang, kata Ashida kebiasaan osoji sudah ditanamkan sejak dini. Siswa-siswi tingkat SD sampai SMA, diwajibkan membersihkan semua sudut sekolah setelah jam pelajaran usai. Pola tersebut telah menjadi kebiasaan dalam diri setiap warga Jepang. Jadi jangan heran jika melihat kota-kota di Jepang tidak ada sampah dan tempat sampah jarang ditemui di tempat-tempat umum. "Kota bersih idealnya seperti itu," tandasnya.

#Tempo45

Ikuti tulisan menarik Meiskhe F lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler