x

Iklan

Asep Bahtiar Pandeglang

www.asepbahtiar.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kaki Kanan Remuk akibat Kecelakaan, Haris Menjadi Jutawan

lima hari setelah lebaran idul fithri, di usia pernikahannya yang baru saja menginjak hari ke 35, haris bersama istrinya melakukan perjalanan ke rumah mert

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tahun 2012 silam, tepatnya lima hari setelah lebaran idul fithri, di usia pernikahannya yang baru saja menginjak hari ke 35, haris bersama istrinya melakukan perjalanan ke rumah mertuanya, di pagi hari itu motor yang mereka tumpangi menabrak mobil truk, istrinya terlempar dan langsung meninggal dunia, sedangkan Haris yang berada di posisi depan, terjatuh dengan kaki kanan yang sudah remuk akibat tegencet motor. Masih dalam keadaan koma ia dibawa ke rumah sakit Tentara (RST) Magelang, dan di oprasi selama 18 hari.

“Selama saya dioperasi itu, saya tidak tahu kalau istri saya sudah meninggal dunia, tahu-tahu setelah saya siuman, orangtua saya bilang bahwa istri saya meninggal dunia, jadi saya hanya bisa melihat makamnya saja” ujar lelaki itu sambil berderai air mata menceritakan kisah pilu masalalunya.

Selama 3 tahun Haris meringkuk didalam rumah, bergelut dengan penyakit, sambil terus dihantui oleh rasa bersalah terhadap keluarga istrinya, dengan ditemani tongkat penyangga badan, tiap sebulan sekali ia cek up ke dokter untuk memulihkan kakinya yang sudah remuk itu. Perasaan putus asa kadang menyelinap didalam hatinya, apakah ia masih bisa berjalan normal seperti sedia kala ataukah ia akan terus pincang untuk selama-lamanya, tapi hatinya selalu tegar dan berserah diri kepada Tuhan yang maha kuasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama dua tahun itu Haris rutin berobat jalan ke rumah sakit dengan kaki kanan yang dibalut perban, kebetulan saat itu ada seorang dokter ahli diabet bernama Joko Prayitno, ia memeriksa kaki Haris dan membuka perban yang membaluti kakinya.

“Mas kalau kaki bengkak begini, untuk jangka waktu yang lama itu jangan diolesi oleh obat antibiotik kimia, sangat berbahaya, malah bisa menimbulkan kuman-kuman baru, seharusnya diolesi pake madu klanceng saja” kata Haris menirukan ucapan dokter Joko tersebut. Haris bertanya kemana ia bisa mendapatkan madu lanceng tersebut, kemudian si dokter menyuruhnya agar mencarinya di desa-desa terpencil, madu lanceng sangat sulit didapat, jarang sekali diperjualbelikan di pasaran.

Dengan bantuan saudaranya, Haris mencari madu lanceng tersebut dan membelinya dari salah seorang warga desa Kebonrejo, dengan harga hampir duakali lipat dari madu biasa. Setelah diolesi oleh madu lanceng tersebut, kaki nya yang tadinya bengkak kemerah-merahan lambat laun terasa perbedaannya, ia merasa bertambah hari semakin bertambah baik meskipun masih ada bekas-bekas luka dibeberapa bagian kakinya. Karna Haris sangat membutuhkan madu tersebut untuk kesembuhan kakinya, maka ketika madu lanceng itu habis ia segera membelinya kembali, dengan kerentek hati ia bertanya apakah tidak sebaiknya saja ia membudayakan lebah lanceng tersebut.

Dengan tekat keras, ditambah dia sudah menjadi langganan tetap madu lanceng kepada pak Karwo, iamemberanikan diri bertanya dan meminta untuk diajari cara budidaya madu lanceng. Pak Karwo pun dengan senang hati mengajarinya, pada pertengahan tahun 2014 dibantu oleh keluarganya, ia mulai mengembangbiakan madu lanceng. Usahanya membuahkan hasil, Haris mulai dikenal oleh masyarakat setempat sebagai penjual madu, usahanya dari hari ke hari semakin maju, apalagi pekerjaan ternak lebah ini tidak membutuhkan tenaga ekstra, saat ini ia sudah menjual madu lanceng ke seluruh Indonesia bahkan sampai keluar negri.

“Saya satu bulan bisa menjual 50 kilo madu, satu liter saya jual 350rb, suatu hari ada seorang teman dari Batam, memesan madu lanceng untuk saudaranya yang kerja di Malaysia, saya tidak mengekspor langsung ke malaysia dan singapure, karna terkendala biaya perijinan, saya mengirimnya ke Batam terlebih dahulu, nah dari sana temen saya membawa madu tersebut ke malaysia dan negara tetangga.”

Haris juga membuka pintu kepada warga setempat untuk ikut belajar mempelajari budidaya lebah lanceng, masyarakat banyak yang antusias dan tertarik akan budidaya lebah lanceng ini, Haris pun mendirikan kelompok ternak yang dinamakan “gubuk lanceng” yang beralamat di desa Kebonrejo kec Candimulyo Magelang.

“Alhamdulillah yang datang dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari bandung dan sukabumi, jawa tengah, jawa timur, mereka ke sini mempelajari cara budidaya lebah lanceng,” Ujar lelaki kelahiran 1982 tersebut dengan penuh gembira. Di mana ada kemauan disitu ada jalan, “Saya jadi memahami arti hidup, ternyata ada hikmah yang luar biasa bagi saya, setelah kecelakaan tersebut, kaki kanan saya remuk begitu, saya diberi ide usaha oleh Tuhan untuk beternak lebah dan menghasilkan puluhan juta setiap bulannya, karna budidaya madu lanceng ini masih jarang sekali di Indonesia, saya juga mempersilahkan kepada semua orang untuk datang ke peternakan saya di desa Kebonrejo sekedar belajar dan mempelajari budidaya madu Lanceng ini” ujar lelaki itu penuh semangat.

Kisah Haris menginspirasi banyak orang, ia juga mendapat banyak penghargaan dari beragam komunitas dan kelompok pengusaha di Indonesia. Kekurangan fisik tidak membuat Haris putus asa mengelola bisnisnya. Bagaimana dengan kita? (*)

*Wawancara langsung dengan narasumber melalui Watshap

Figur Inspiratif

Tempo45

 

Ikuti tulisan menarik Asep Bahtiar Pandeglang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB