x

Iklan

Iwan Setiawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bukan Guru Biasa

Kiprah seorang guru yang tidak biasa. Ia mengajar, menulis dan aktif dalam organisasi profesinya. Satu bukunya menjawab permasalahan energi saat ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ENERGI menjadi masalah yang mengemuka pada abad ke 21 ini. Ketersediaan sumber energy  – khususnya minyak -  yang semakin menipis, menumbuhkan kesadaran bersama untuk melepas ketergantungan padanya. Untuk Indonesia, cadangan minyak - sumber energy utama itu - tersisa untuk dua dekade saja. Di sisi lain, kebutuhan akan bahan bakar minyak semakin meningkat. Tercatat angka 1,3 juta barel sebagai kebutuhan minyak per hari. Sementara pasokan yang dihasilkan kilang-kilang yang ada sejumlah 1 juta barel. Untuk menutupi 0,3 juta sisanya, Indonesia mengandalkan impor. (hal 12)

Permasalahan lingkungan menyertai krisis sumber energy abad ini. Konsumsi bahan bakar minyak yang besar, menghasilkan residu yang juga besar. Asap pembakaran yang dihasilkan mengepul ke udara, membuat kualitas udara tercemar. Udara yang kita hirup telah menurun secara kualitas, dibandingkan keadaan satu atau dua dasa warsa ke belakang.

Polusi tak hanya terjadi di udara. Pencemaran juga berlangsung pada air dan tanah. Industry peternakan menyumbang dampak polusi cukup besar terhadap lingkungan. Limbah berupa kotoran dan sisa pakan jadi momok para pengelola industry tersebut, terlebih bagi para aktivis lingkungan. Selama ini, limbah itu belum termanfaatkan secara maksimal. Jumlahnya yang besar itu, tertumpuk, menggunung dan menebar aroma tidak sedap pada lingkungannya. (hal. 70)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Krisis energy dan pencemaran lingkungan  menyimpan potensi ekonomis. Ketersediaan bahan bakar fosil yang diambang punah memercikan ide untuk menciptakan sumber energy alternatif. Energy pengganti yang ketersediaannya melimpah. Percikan ide juga “mengikis” timbunan kotoran dan sisa pakan industry peternakan. Kedua limbah itu dapat disulap jadi “komoditi” yang menghasilkan manfaat dan bernilai ekonomis.

 

BUKU Biogas dari Limbah Ternak menawarkan gagasan untuk “mengawinkan” ide-ide yang memercik dari dua sektor besar itu; energy dan pemanfaatan limbah ternak. Melalui metode Biogas, permasalahan energy dan lingkungan coba untuk dijawab. Kedua penulis, Rika Widya Sukmana dan Anny Muljatiningrum, mengupas tuntas teknis pembuatan sumber energy alternative itu. Dilengkapi photo dan informasi memadai, langkah-langkah pembuatan biogas terlihat mudah dan sederhana untuk dilakukan. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari limbah ternak dan dimanfaatkan, salah satunya, untuk memasak. Dengan biogas, ketiadaan minyak tanah bukan masalah.

Biogas dari Limbah Ternak adalah buku yang luar biasa. Buku yang menjawab permasalahan yang mengemuka akhir-akhir ini. Ditulis secara duet, buku itu terutama bermanfaat bagi masyarakat di pedesaan, yang bersinggungan langsung dengan kesulitan ekonomi serta langkanya bahan bakar minyak. Sementara di sisi lain, lingkungan pedesaan menyimpan potensi yang “wah”. Bagaimana tidak, di sana tak sulit untuk mendapatkan limbah ternak, bahan utama pembuatan biogas.

Buku itu ditulis dua orang guru. Keduanya mengajar bidang studi - yang tak jauh-jauh dari dunia peternakan: Biologi. Satu dari dua penulis buku itu adalah rekanku di SMA Plus Muthahhari, Bandung. Rika Widya Sukmana, demikian nama lengkap sang penulis. Biasa disapa Ibu Rika, guru yang telah mengajar kurang lebih lima belas tahun ini, bukan guru biasa. Kesibukannya bejibun.   Mengajar di sekolah kami, dijalaninya dua hari dalam seminggu. Bagaimana dengan 5 hari yang lain? Diisinya dengan menulis buku, salah satunya.

Belum lama ini ia baru mendarat dari Makassar. Di kota dengan sejuta pesona itu, ia berkumpul dengan ribuan teman sejawatnya. Selama dua hari, mereka menghadiri Kongres Ikatan Guru Indonesia (IGI). Ia berkesempatan bertatap muka dengan Bapak Anis Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita. Pada kesempatan itu, Pak Anis meluangkan waktu mendengar ungkapan perasaan atau curahan isi hati para guru, termasuk Bu Rika.

Aktif di organisasi profesi guru mengantarkan Bu Rika terbang ke Pulau Sulawesi. Tentu itu bukan kali pertama. Pada kesempatan lain, ia bolak-balik ke Makassar dan Majene sebagai pembicara pelatihan multiple intelegences bagi guru-guru, Narasumber pada Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB). Tentu daftar kegiatannya terlalu panjang untuk dituliskan di sini.

Menjadi tutor tetap Universitas Terbuka (UT) juga bagian dari hari-hari mengajar yang dijalani Bu Rika. Pada institusi pendidikan, dengan jumlah mahasiswa terbesar dan kampus terluas di Indonesia ini, Bu Rika setia dengan ilmu yang dikuasainya: Biologi. Sekali dalam seminggu, ia mendatangi mahasiswanya di UPBJJ – UT Bandung.

 

MENJADI GURU tidak dicita-citakan oleh Ibu Rika. Meski memiliki ibu seorang pendidik, Rika kecil lebih berkeinginan menjadi seorang peneliti. Kiprah sang Ayahlah, yang berkarier sebagai peneliti, yang menumbuhkan minat pada dunia penelitian. Namun, goresan tangan menuntunnya mengikuti jejak sang ibu. Setamat menyelesaikan pendidikan sarjananya, yang notabene bukan jurusan kejuruan,  Ibu Rika terjun pada dunia pendidikan.

Kiprah Bu Rika sebagai pendidik sekilas tergambar. Terlalu ringkas untuk sebuah “rekaman” pengabdian seorang guru. Meski demikian, kepribadian Ibu Rika yang, diakuinya tidak bisa diam, terlihat jelas. Menulis, aktif di organisasi profesi dan menjalani profesi guru dengan professional terangkum dalam tulisan singkat ini. Ketiga hal ini pula yang membuat Ibu Rika berbeda dari umumnya para pendidik. Ibu Rika telah berhasil keluar dari stigma yang melekat pada profesi guru: datang, ngajar dan kembali ke rumah!

Ketiga hal itu pula yang dapat kita tarik dari figur inspiratif ini. Bahwa sebagai guru, kita dapat berkiprah dalam horizon yang luas. Dinding tembok sekolah tak semestinya membatasi gerak langkah setiap guru.   

#Tempo45

 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Iwan Setiawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler