x

Iklan

Eka Oktaviani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ekowisata Gaya Indie

Konsep ekowisata yang rahmatan lil alamin. Menyangkut segala aspek.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dia sedang bergerak-gerak melewati hijauan ganggang di sekitarnya. Sambil melihat-lihat obyek di sekelilingnya, dia menyusuri dan menyatu dalam air laut yang dingin. Dia akan bertemu dengan si betina, untuk bersama-sama, menari-nari kemudian melahirkan agar spesiesnya di kedalaman laut itu tetap ada. Tarian yang sensual, begitulah sang penulis novel legendaris Dan Brown, menyebutnya dalam Deception Point. Sampai saat ini, kuda laut dinobatkan sebagai salah satu hewan laut yang berkembang biak dengan ritual khusus, selain ubur-ubur dan ikan buntal. Dia setia. Beberapa teman selautnya mungkin ada yang tidak sesetia dia. Buku ilmu pengetahuan berkata, dia memiliki kecenderungan monogami, sebuah pola perkawinan dengan satu pasangan betina saja. Sebuah pengetahuan tentang kecenderungan, untuk mengurangi ketidakpastian dalam tatanan alam yang teratur, sistematis dan sangat kompleks.
 
Berposisi sekitar 2 (dua)  meter dari si jantan yang sedang menuju si betina, dua pasang mata mengamatinya dengan daya akomodasi yang tinggi. Pupil mereka membesar. Pemilik dua pasang mata itu menggunakan baju dengan kaki yang tampak seperti kaki katak. Punggung mereka menggendong sesuatu. Sesuatu yang berbentuk tabung. Mulut mereka ditutupi dengan alat yang terhubung dengan tabung di punggung, sementara ada gelembung air yang keluar dari saluran di sisi yang lain. Mereka juga menggunakan kaca mata yang berukuran lebih besar dibandingkan dengan kaca mata untuk membantu menemukan titik fokus bagi penderita miopi ataupun hipermetropi, agar paparan air laut tidak terlalu menyakiti mata. Dua orang pemikul tabung itu sedang melakukan observasi tentang perilaku hewan laut di kedalaman laut, di tempat yang disebut sebagai  Wakatobi, salah satu bagian provinsi Sulawesi Tenggara. Mata mereka jeli mengamati perilaku berbiak, mencari makan maupun perilaku si kuda laut ketika ada biota laut yang lain.
 
Kuda laut, adalah hewan dari genus Hippocampus yang cantik, yang tidak bisa ditemui di atas tanah tempat manusia tinggal, kecuali ada penjahat kehewanan yang dengan tega, usil dan tanpa rasa bersalah menyentuh, mengangkat, membawa, dan memindahkannya dari laut ke darat. Apalagi, jenis kuda laut moncong babi atau biasa disebut pigmy sea horse yang dilihat oleh kedua penyelam itu hanya ada di perairan ini, dengan ukuran kerdil karena hanya 2,4 cm dan agak sulit ditemui karena terletak di kedalaman 27 m. Kuda laut mini yang ditemui tersebut bernama Cavalluccio marino. Genus Cavalluccio yang merupakan sebutan lain bagi Hippocampus.
 
Perairan Wakatobi merupakan satu titik di peta kepulauan Indonesia, di sebelah timur Pulau Buton, dan bertetangga pula dengan Pulau Muna, Pulau Kabaena dan Pulau Wowoni dalam wilayah administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara. Perairan Wakatobi didaulat sebagai taman nasional pada tahun 1996, yang memiliki potensi sumber daya alam laut tinggi karena jenis dan keunikan biota laut yang ada, serta panorama alam bawah laut yang dapat memanjakan mata. Taman nasional bahari merupakan taman surga bawah air yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan pelestarian alam dengan ekosistem yang asli, dan dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, budidaya, pariwisata maupun rekreasi.
 
Pengukuhan perairan Wakatobi sebagai taman nasional bahari menambah daftar taman surga di Indonesia sebagai rujukan yang dapat digunakan oleh beberapa pihak terkait agar memiliki nilai kemanfaatan yang semakin besar. Nilai kemanfaatan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek. Selain sebagai obyek yang dapat dipandang sebagai tempat dengan panorama alam yang tidak ada duanya di dunia, nilai manfaat Taman Nasional Wakatobi juga dapat dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan spiritual. Tidak hanya di Taman Nasional Wakatobi saja, namun di semua taman nasional bahari yang ada di Indonesia. Beberapa aspek penting kehidupan manusia tersebut saling berhubungan satu sama lain, dan bisa saling mempengaruhi kehidupan manusia dalam mencapai keseimbangan hidup.
 
Keseimbangan alam, kearifan lokal yang beretika, kemanfaatan sumber alam, kesejahteraan sosial ekonomi, dan hubungan baik antar manusia dan manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan dapat dicapai melalui aktivitas ekowisata karena mengandung implementasi nilai sosial, ekonomi, budaya dan spiritual. Berdasarkan definisi taman nasional di atas, salah satu kegunaan taman nasional adalah untuk kegiatan pariwisata. Ekowisata, didefinisikan sebagai aktivitas pariwisata yang bertanggung jawab dalam area tertentu yang mengedepankan dan mempertimbangkan peran alam. Ekowisata juga dikelompokkan sebagai komponen dari ranah pariwisata yang berkelanjutan. Negara berkembang khususnya Indonesia ikut mengelompokkan jenis wisata alternatif ini kedalam strategi konservasi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
 
Ekowisata berpotensi menjadi metode yang efektif untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Jenis wisata ini menitikberatkan pada pengalaman dan pembelajaran tentang alam, bentang alam, flora, fauna, dan habitat makhluk hidup, maupun budaya masyarakat lokal. Hubungan simbiosis yang kompleks antara lingkungan dan aktivitas wisata merupakan suatu hal yang mungkin ketika filosofi ini dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan yang tepat, perencanaan yang matang dan praktik yang bijaksana. Beberapa pihak terkait seperti masyarakat lokal, pemerintah lokal, industri, lembaga bukan pemerintah, dan universitas harus bekerja sama secara terintegrasi dan sinergis untuk mendukung tercapainya tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
 
Kesejahteraan sosial menurut Imam Ghazali mengandung pengertian tidak hanya berkaitan dengan masalah yang berhubungan dengan kebutuhan fisik dan ekonomi saja, namun juga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kesejahteraan sosial meliputi agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Sementara definisi kesejahteraan yang digaungkan oleh para kapitalis di negeri ini, hanya mendasarkan pada kebutuhan tentang harta saja, dengan mengesampingkan kebutuhan penting yang lain.
 
Sebagai kawasan yang dijadikan model Destination Management Organization (DMO) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Indonesia sejak tahun 2010, Taman Nasional Wakatobi dan 13 (tiga belas) obyek wisata yang lain di Indonesia menjadi modal dasar peningkatan kesejahteraan manusia melalui aktivitas ekowisata. Aspek lingkungan seperti ekonomi, sosial dan ekologi harus berjalan berkesinambungan agar tercapai kesejahteraan yang merata bagi seluruh penduduk bumi, tidak hanya manusia namun juga makhluk lain di bumi. Kesejahteraan yang berdasarkan pemenuhan kebutuhan jiwa, harta, akal, keturunan dan agama akan tercapai jika manusia sebagai pemimpin makhluk-makhluk lain di bumi sekaligus sebagai hamba Sang Pencipta menyadari perannya dalam mencapai tujuan yang diharapkan tersebut. Tentu, hal ini bukanlah pekerjaan dan tugas yang mudah bagi manusia karena manusia itu sendiri juga merupakan makhluk yang dikaruniai nafsu oleh Tuhan.
 
Nilai tambah ekonomi dapat diperoleh dalam aktivitas ekowisata tersebut. Ekonomi biru dapat menjadi rujukan sebagai konsep ekonomi dalam ekowisata yang berkesinambungan karena didasari pemahaman bahwa langit dan laut harus tetap biru meskipun pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat dan kesejahteraan ekonomi meningkat. Konsep “Blue Economy” pertama kali diperkenalkan oleh Gunter Pauli pada tahun 2010 melalui buku yang berjudul “The Blue Economy”. Konsep ini menggunakan logika belajar ekosistem, yang merupakan bagian dari pembelajaran tentang bagaimana cara alam bekerja. Cara bekerja yang dapat dipelajari dari alam yang dimaksud adalah bekerja dengan efisiensi yang tinggi. Cara kerja logika ekosistem adalah dengan memanfaatkan perpindahan energi dari satu komponen makhluk hidup dan tak hidup menjadi sumber energi bagi makhluk lain. Logika ekosistem seperti ini akan meningkatkan inovasi dan kreativitas karena ekosistem akan selalu bekerja menuju tingkat efisiensi yang tinggi untuk mengalirkan energi tanpa limbah guna memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem.
 
Sebagai bagian dari ekosistem dalam ilmu ekologi, manusia menempati posisi tertinggi dalam rantai makanan. Manusia didaulat sebagai pemimpin tertinggi sebagai bagian dari alam semesta karena akal yang dikaruniakan kepadanya dari Tuhan yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain. Selain itu, dalam posisi sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, manusia adalah hamba yang harus selalu tunduk kepada Tuhan Yang Maha Memiliki seluruh kehidupan di alam semesta. Ketiga peran manusia dalam satu dimensi waktu tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemahaman dan pelaksanaan peran-peran manusia yang bertanggung jawab dalam tiga posisi tersebut dapat membawa kehidupan alam semesta menuju keseimbangan dan keharmonisan hidup.
 
Taman nasional bahari merupakan salah satu jenis ekosistem alami, dengan segala komponen, keindahan dan kemanfaatan yang dimiliki. Jika ada yang menyebut ekosistem alami, maka kita akan mendefinisikan frase tersebut sebagai bagian dari ciptaan Tuhan, yang manusiapun tidak dapat menciptakannya. Ekosistem alami dibuat dan diciptakan oleh Tuhan. Manusia tidak bisa ikut campur tangan dalam penciptaan oleh Tuhan tersebut karena manusia juga merupakan salah satu penciptaan. Ekosistem itu sendiri, dimaknai sebagai interaksi yang terjadi antara komponen biotik dengan komponen abiotik di lingkungan tertentu. Sesuai dengan bagaimana para cendekiawan ilmu ekologi memberikan pemahaman tentang ekosistem, ada dua komponen dalam ekosistem, yaitu komponen biotik dan abiotik. Segala makhluk hidup yang membutuhkan berbagai nutrisi dan lingkungan yang mendukung untuk hidup, dikelompokkan sebagai komponen biotik atau komponen hidup. Segala makhluk yang tidak menunjukkan ciri-ciri hidup disebut sebagai komponen abiotik, yang juga berperan penting dalam mendukung kehidupan komponen biotik. Hal tersebut adalah alasan mengapa kedua komponen itu harus saling berinteraksi. Ada daur atau siklus yang melibatkan kedua komponen tersebut agar keseimbangan alam tetap terjaga. Sebagai contoh adalah berbagai daur atau siklus biogeokimia yang harus memiliki gambaran dengan urutan proses yang berkesinambungan.
 
Apabila ditinjau dari kemanfaatan eksistensi obyek ekowisata bahari dari segi sosial dan budaya, keberadaan obyek ekowisata ini dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat lokal karena usaha penyediaan berbagai fasilitas wisata dari masyarakat lokal sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Budaya masyarakat asli yang berbentuk kearifan lokal juga menjadi modal keunikan wilayah ekowisata yang tidak sama dan khas dibandingkan dengan wilayah lain. Pengakuan dan eksistensi budaya lokal yang tetap dimasukkan dalam ranah ekowisata daerah tertentu akan semakin meningkatkan kreativitas masyarakat lokal sehingga peran karunia Tuhan berupa akal dapat dimaksimalkan.
 
Sebagai konsep yang mengedepankan tanggung jawab, kearifan, dan etika berkealaman, ekowisata merupakan implementasi metode yang dapat menciptakan keseimbangan hubungan antar manusia dan antara manusia dengan alam, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dalam bentuk harta atau kekayaan bagi para penduduk lokal, dan kepuasan serta ketenangan batin atau jiwa bagi para pengunjung daerah ekowisata. Hubungan horizontal yang baik antar makhluk hidup yang menjadi akibat dari kegiatan ekowisata ini masih belum memenuhi persyaratan agar kesejahteraan sosial yang berdasarkan pada 5 (lima) aspek terwujud.
 
Aspek yang menyangkut pemenuhan kebutuhan berupa harta, akal, jiwa, dan keturunan dapat didukung dengan adanya kegiatan ekowisata tersebut. Akan tetapi, aspek spiritual atau agama belum tentu bisa dipenuhi dari kegiatan tersebut. Maka dari itu, hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan harus diimplementasikan dengan baik agar manusia tidak melupakan kodrat sebagai hamba ciptaan Tuhan. Implementasi hal tersebut dapat dilakukan melalui modifikasi berbagai aktivitas yang mendukung peningkatan nilai spiritual bagi masyarakat lokal maupun para pengunjung obyek ekowisata. Hal ini dikarenakan aspek spiritual merupakan sarana yang dapat digunakan oleh manusia untuk dapat dekat dengan Tuhan Yang Maha Menciptakan seluruh alam semesta sehingga diharapkan tercapai harmonisasi hubungan antara manusia dengan manusia, dengan makhluk hidup lain di alam, dan makhluk tak hidup sebagai komponen abiotik tak terpisahkan dalam ekosistem, serta dengan Tuhan Yang Maha Esa pencipta seluruh alam semesta.
 
Seluruh kebutuhan pengunjung ke area ekowisata berupa penginapan, makan, dan panduan perjalanan dapat menjadi sumber peningkatan pendapatan masyarakat lokal sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat berupa harta. Selain itu, pelayanan yang baik, yang diberikan oleh masyarakat lokal terhadap pengunjung akan dapat meningkatkan kepuasan pengunjung, dan juga bagi masyarakat lokal pemberi pelayanan. Pengunjung merasa puas karena segala kebutuhan fisik ketika berkunjung dapat dipenuhi, sedangkan masyarakat lokal akan puas karena mampu bermanfaat bagi orang lain. Hal ini mendukung pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berhubungan dengan kejiwaan. Sedangkan pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan akal dapat dilihat dari pengakuan budaya lokal yang tetap dipegang teguh dalam aktivitas ekowisata tersebut. Pengakuan budaya lokal tersebut merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap kearifan lokal masyarakat di suatu daerah obyek ekowisata sehingga hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat tersebut dapat menambah kekayaan budaya yang bersifat non fisik. Hal ini dapat mendorong kreativitas dan inovasi masyarakat lokal sehingga akal manusia, dalam hal ini masyarakat akan terus berkembang secara berkesinambungan. Ketika ketiga kebutuhan tersebut dipenuhi, maka keturunan diperlukan agar segala warisan budaya yang bersifat non fisik dalam area ekowisata tersebut dapat diturunkan dari generasi ke generasi. Kepemilikan terhadap keturunan akan secara otomatis terpenuhi karena ditinjau dari naluri manusia, manusia akan mampu memiliki keturunan jika telah mencapai usia biologis yang matang.
 
Aspek spiritual atau agama dalam pembangunan yang berkelanjutan melalui aktivitas ekowisata di Indonesia dapat dilihat dan digunakan sebagai batasan yang menentukan sejauh mana pemenuhan keempat kebutuhan dasar manusia (harta, akal, jiwa, dan keturunan) tersebut diwujudkan. Aspek ini dapat diwujudkan dengan menggunakan kaidah-kaidah agama sebagai regulator dalam melakukan aktivitas ekowisata. Pemerintah pusat dan lokal dapat berperan mendidik masyarakat lokal agar agama selalu dijadikan pedoman dalam bertindak, entah agama apapun yang dimiliki oleh masyarakat lokal, dengan memperhatikan nilai toleransi antar umat beragama jika terdapat perbedaan keyakinan dalam suatu area ekowisata. Pemerintah baik pemerintah, organisasi non pemerintah dan masyarakat lokal dapat mennjadi subyek yang menentukan harus sejauh mana aktivitas ekowisata di suatu area ekowisata tersebut dilakukan, dan menggunakan dasar atau pedoman dalam agama yang dianut oleh masing-masing komunitas. Pemerintah dan beberapa pihak terkait dapat mendirikan beberapa jenis tempat ibadah untuk pengunjung dengan agama tertentu, sehingga pemenuhan kebutuhan spiritual pengunjung juga tetap terpenuhi meski sedang melakukan kegiatan ekowisata, yang notabene merupakan rekreasi alam yang bertanggung jawab dan beretika. Masyarakat lokal dan pemerintah dapat menyusun suatu peraturan, berdasarkan nilai yang dianut dalam agama tertentu tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kawasan ekowisata tertentu.
 
Sementara itu, kuda laut dan dua manusia penyelam yang sedang melakukan observasi di kedalaman laut itu hanya dua komponen dari serentetan peristiwa yang terjadi di alam. Setelah kedua pasang mata penyelam itu selesai melaksanakan kewajiban mereka karena sudah menemukan dan mendapatkan apa yang mereka cari berupa foto kuda laut jantan ketika sedang menari-nari dengan kuda laut betina, deskripsi habitat kuda laut, deskripsi tentang perilaku detail kuda laut ketika sedang bereproduksi, dan jenis kuda laut yang mereka temui saat itu, mereka berdua kembali naik ke permukaan laut. Kedua pemanggul tabung oksigen itu tidak berani untuk menyentuh ataupun mengganggu kuda laut yang sedang khusyuk melaksanakan aktivitas di habitatnya. Mereka paham bahwa kuda laut atau apapun makhluk hidup di alam semesta ini, juga memiliki tingkat stress yang dapat diketahui dari perubahan perilaku yang tidak biasa dibandingkan dengan perilaku biasanya. Ketika kuda laut disentuh atau bahkan mengetahui keberadaan makhluk lain di sekitarnya, kuda laut akan “berfikir” bagaimana menyelamatkan diri dari tempat tersebut. Fakta ini membuat saya ingin belajar ilmu psikologi makhluk hidup agar saya bisa memanusiakan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang lain dan menghargai mereka sebagai ciptaan Tuhan yang tidak sia-sia karena memiliki peran penting di bumi.
 
 
Referensi
Anonim, 2012. Eksotika Surga Laut Wakatobi.https://negerikupermai.wordpress.com/2012/03/01/eksotika-surga-laut-Wakatobi/. 21 November 2015
Brown D, 2006. Deception Point versi Terjemahan Bahasa Indonesia. PT Serambi Ilmu Semesta. Jakarta.
 
Kiper T, 2013. Chapter 31 : Role of Ecotourism in Sustainable Development  in Advances in Landscape Architecture pg 773-802. http://dx.doi.org/10.5772/55749. 18 November 2015
 
Nirwandar S, tanpa tahun. Ecotourism in Indonesia. https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/4488Nirvandar.pdf.  18 November 2015
Schwencke AM, 2012. Globalized Eco-Islam : A Survey of Global Islamic Environmentalism. Leiden Institute for Religious Studies (LIRS), Leiden University. Netherland
 
Sunoto, 2013. Menuju Pembangunan Berkelanjutan dan Perikanan Berkelanjutan dengan Konsep Blue Economy. http://pasca.ugm.ac.id/download/BE-UGM.pdf. 21 November 2015
 
Undang-Undang No 5 tahun 1990 pasal 1 butir 14 tentang Definisi Taman Nasional melalui situs dephut.go.id
 
Wishitemi BEL, Momanyi SO, Ombat BG, Okello MM, 2015. The link between poverty, environment and ecotourism development in areas adjacent to Maasai Mara and Amboseli protected areas, Kenya.  Tourism Management Perspectives 16 : 306–31

Ikuti tulisan menarik Eka Oktaviani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler