x

Iklan

Ina Tanaya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Asyiknya Menulis Saat Menemukan Passion

“Write what you want to write when you have the feeling and the chance. My greatest regrets are the things I did not do my writing right away.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernahkah menyesal untuk tidak pernah menuliskan apa yang ingin dituliskan? Padahal ide atau gagasan itu sudah berada dalam otak kita .  Tinggal menuangkan saja dalam tulisan.  Apa kendala dan alasan untuk tidak menuliskan? Kenapa malas untuk menuliskan?  Banyak seribu macam alasan untuk mengatakan kenapa tidak mau menulis.  Ada yang bilang malas, tidak ada manfaatnya, tak ada waktu, tak  ada yang baca, belum mahir menulis atau bahkan percuma saja buang waktu.

Awalnya, saya pun mengalami kesulitan dalam menulis, tepatnya ketrampilan menulis. Terus terang saat SD, SMP, saya tak suka dengan pelajaran mengarang dalam bahasa Indonesia.  Hasil karangan saya selalu jelek menurut ibu saya.  Bahkan Ibu mengatakan "pas-pasan", yaitu 6 (enam).  Ibu bertanya kepada saya:  ""Mengapa kamu tak senang menulis, padahal kamu type pendiam, biasanya suka menulis? Loh, memang jika type anak pendiam selalu mudah mencurahkan hati lewat tulisan. Belum pasti khan?.

Saya hanya terdiam sejenak.Tak bisa menjawab saat itu karena cara mengajar guru bahasa Indonesia terutama di saat menyuruh mengarang, itu sangat teoritis.  Jika saya menulis sesuai dengan apa yang saya pikirkan, guru mengatakan jelek. Guru mengatakan mengarang itu harus terstruktur seperti bahasa indonesia yang baku. Nach, sejak itu saya kesal dan tidak mau menulis lagi kecuali tugas sekolah dan skripsi di perguruan tinggi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketrampilan menulis saya tak pernah terasah. Untuk menuliskan ssesuatu yang sederhana pun sulitnya luar biasa. Saat bekerja, saya terasah dengan tulisan formal yang sifatnya singkat, lugas, to the point, jelas. Semuanya dipaparkan dengan gaya bahasa formal. Apalagi karena tulisan selalu berkaitan komunikasi dengan nasabah, perlu gaya bahasa yang sopan dan perlu legal standing supaya tidak terjadi kesalah pahaman dari kedua-belah pihak.

Itulah kendala berat yang harus aya hadapi. Untuk itu saya berkali-kali belajar workshop. Salah satunya adalah mengikuti "Seminar A Creative Writing Master Class By Maggie Tiojakin" yang diadakan oleh Gramedia. Seminar ini penuh dengan tips dan trik mengajarkan bagaimana tulisan itu menarik,komprehensif dan lengkap dengan diksi yang benar.

Selesai seminar, saya mulai rajin menulis di blog. Blog yang saya buat itu merupakan wadah bagi saya untuk menungankan apa saja yang ingin saya tulis.Mulai dengan konten tulisan yang sangat sederhana sampai mencoba untuk itu dalam lomba penulisan.

Ternyata mindset saya saat itu adalah jika saya menang dalam lomba  penulisan artinya tulisan saya itu sudah bagus diterima oleh juri dan pembacanya.  Namun, celakanya tulisan itu justru tak menang. Ternyata tak mudah yach untuk menang karena kompetitor penulis itu banyak yang handal dan mumpuni dalam setiap lomba menulis.

Lalu, saya rubah mindset saya.  Menulis bukan untuk menang lomba tetapi untuk menginspirasi orang.  Dengan perubahan itu, justru kemenangan pun dapat diraih. Topik yang membuat tulisan saya menang adalah yang berkaitan sesuatu yang menginspirasi orang seperti "Suarakan Hak-hak Perempuan",  "Penolong Bagi Ibu Usia Lanjut Usia Gaptek", "Kenapa Gemuk saat Puasa".

Ternyata saya baru sadar bahwa dengan menulis inspiratif adalah hal yang lebih mudah untuk menuangkannya. Kekuataan saya ada di topik yang dapat menginspirasi orang lain untuk membacanya.

Hal ini membuat hati dan batin saya sangat puas dalam menulis.  Jika saya dalam kondisi hati yang tidak baik pun saya masih dapat menuangkan tulisan dengan sangat bagus dan indah.

Menulis bagi saya bukan lagi merupakan kemenangan dalam lomba, tetapi kepada suatu proses atau milestone untuk pencapaian ketrampilan yang lebih sempurna.

Asyik bukan. Setiap hari saya makin senang menulis karena menulis bukan hanya untuk kepentingan sendiri tapi juga untuk kepentingan orang lain, bahkan menginspirasi orang lain.

Saya masih ingin belajar lebih banyak tentang menulis dengan sempurna dan makin tajam karena memang saya harus menambah wawasan tehnik penulisan layaknya seperti seorang jurnalis, bukan netizen jurnalis saja. Semoga harapan ini dapat terwujud.

Ikuti tulisan menarik Ina Tanaya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler