x

Iklan

masunardi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perempuan Jepang Menyebutnya Cockroach Husband...

Tipe suami di Jepang yang tidak mau melakukan apapun pekerjaan rumah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jepang memang banyak berbeda. Emansipasi wanita mungkin paling mencolok juga terjadi di Jepang.  Bukan hanya sekedar harus memiliki menteri peranan wanita, tetapi sebagian wanita Jepang memiliki pilihan. Bekerja atau menikah, bukan menikah dan tetap bekerja seperti pilihan wanita Indonesia. Kecenderungan wanita Jepang untuk tidak menikah saat ini semakin tinggi, yang otomatis akan menurunkan angka kelahiran yang memang sudah memprihatinkan di Jepang. Hal yang membuat pemerintah Jepang khawatir dengan jumlah populasi mereka beberapa tahun ke depan.

Ada banyak alasan mengapa wanita Jepang malas menikah. Dua di antaranya adalah karena faktor ekonomi dan atau mereka ingin tetap berkarier di dunia kerja. Alasan pertama yaitu kebutuhan dasar yang semakin tinggi dengan tidak diimbangi kenaikan gaji yang signifikan membuat mereka khawatir akan jatuh miskin setelah menikah, apalagi jika punya anak dan mereka menjadi istri yang tidak bekerja memang sangat masuk akal. Alasan kedua, mereka ingin tetap menjadi wanita karier yang berpenghasilan sendiri dan tidak sekedar menjadi “good wife and wise mother” merupakan alasan logis dalam era emansipasi. Meskipun jaman telah berubah dan sebagian lelaki atau suami di Jepang sudah berubah, namun sosok suami Jepang yang berposisi sebagai “raja” di rumah memang masih sering terjadi. Prioritas seorang lelaki Jepang sebagai karyawan perusahaan tetap jelas sejak jaman dulu; prioritas pertama adalah perusahaan dan yang kedua baru kepada keluarga.   Akibatnya urusan keluarga adalah urusan istri sepenuhnya agar bisa menjadi istri yang baik dan ibu yang bijaksana.

Di satu sisi orang Jepang memang gila kerja, seringkali mereka tidak mau libur meskipun tanggal merah. Setelah sistem lima hari kerja diterapkan, banyak dari mereka yang seringkali hanya mengambil satu hari libur per minggu. Demi karier dan finansial. Di sisi lain, secara umum (meski sekarang sudah mulai berubah) semua urusan rumah adalah urusan istri. Lelaki tidak mau tahu urusan rumah sama sekali. Setiap selesai gajian, hampir semua uang diberikan ke istri. Kemudian si istri mengatur hampir semua gaji itu untuk kebutuhan rumah tangga termasuk bayar cicilan rumah, mobil, asuransi, listrik, makan dan lain sebagainya. Jika di kantor mereka sangat aktif, maka di rumah akan sebaliknya.  Hari libur mereka adalah benar-benar hari libur, nothing to do, selain tidur dan menonton tivi.  Tak peduli seberapa sibuk si istri mengurus rumah dan anak, suami akan dengan santainya nonton tivi dan minta dilayani segala sesuatu.  Hal ini bukan masalah cinta atau tidak cinta kepada si istri, tetapi ternyata karena secara psikologis ada batas yang telah tertanam pada suami Jepang terhadap pekerjaan rumah. Mereka hampir tidak bisa membantu istrinya untuk melakukan pekerjaan rumah karena telah memposisikan wanita pada level yang berbeda sejak ratusan tahun yang lalu. Dan tidak mudah mengubah tradisi tersebut, kata orang Jepang laksana memindahkan gunung fuji.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak jarang para istri di Jepang menyebut suaminya sebagai suami kecoa, cockroach husband. Orang yang dianggap tidak berguna dan hanya menjadi pengganggu karena kalau di rumah pekerjaannya hanya menonton tivi tanpa beranjak dari tempat duduk selama berjam-jam dan minta dilayani. Saat ini memang sudah banyak yang berubah. Wanita Jepang semakin banyak yang berpendidikan tinggi dan memiliki karier bagus. Lelaki Jepang juga sudah mulai terbuka dan tidak lagi tradisional dalam konsep berumah tangga. Beberapa sudah mulai berbagi bekerjaan rumah dengan istri, terutama bagi yang istrinya juga bekerja. Sering juga di sini kami menemui bapak-bapak yang mengantar anaknya ke tempat penitipan anak, dan bukan hanya ibunya yang mengurusi anak. Mungkin juga karena sebagian suami sekarang tidak mau di sebut seperti kecoa.

Namun gambaran cockroach husband juga masih mendominasi pikiran para wanita Jepang dan membuat mereka malas menikah.  Karena bagi sebagian wanita Jepang, menikah adalah pilihan kedua setelah karier. Dua hal tersebut sering kali tidak bisa disatukan. Dan jika pilihannya menikah, maka harus siap jika nanti akan hidup bersama dengan sosok cockroach husband. Bagi sebagian wanita Jepang sekarang, pilihan pertama, karier adalah lebih menjanjikan. Karena itu berarti mereka bisa tetap menikmati dunianya dengan gajinya sendiri tanpa diganggu oleh cockroach husband. Dan mungkin, tak hanya di Jepang, di Indonesia pun mungkin sering kali ada yang menjadi suami kecoa. Mungkin kita salah satunya.

Sumber gambar buku Tokyo Blues tulisan Franz Wiega hal. 338

Ikuti tulisan menarik masunardi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler