x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengenal Murakami Lewat Novelnya

Novel adalah jalan untuk memahami penulisnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Jika engkau mengingatku, aku tak peduli orang lain lupa.”

--Haruki Murakami (1949-…)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagaimana jalan terbaik untuk memahami Haruki Murakami? Saya tidak tahu jawabannya, barangkali melalui novel-novelnya. Murakami demikian intens mengeksplorasi situasi batin karakter-karakternya. Mereka digambarkan sebagai manusia sepi, terasing, sendiri yang menempuh perjalanan ke dalam jagat ketaksadaran, ruang mimpi, dan tanah kematian. Mereka berusaha memahami ingatan-ingatan mereka tentang orang-orang dan obyek-obyek yang mungkin telah sirna dari hidup mereka. Kehilangan dan penemuan kembali.

Sebagai pembaca, saya tak selalu memahami apa yang dikatakan Murakami lewat tokoh-tokohnya—dan rasanya, pemahaman tidak selalu penting tatkala saya menemukan sesuatu di dalam nuansa. Tidak setiap hal mesti dicerna dengan otak, terkadang dengan batin bahkan lebih mengena. Mimpi dan dunia lain, selalu hadir dalam novel Murakami—“Untuk memahami realitas, kita harus mengambil jarak sejauh mungkin,” kata Murakami.

Novel-novel Murakami memang berbeda dari karya generasi penulis Jepang sebelum dia yang lebih akrab dengan Dostoevsky dan Dickens. Inilah masing-masing kisah yang ia tuturkan (sejumlah penerjemah berjasa dalam menghadirkan novel Murakami dalam Bahasa Inggris):

Hear the Wind Sing (terbit 1979). Jika kita telah membaca Norwegian Wood atau 1Q84, membaca novel ini bagaikan menyusuri jejak awal kepenulisan Murakami. Ini memang novel (pendek) pertama Murakami, yang ditulis lebih dari 35 tahun yang lampau dan edisi bahasa Inggrisnya baru terbit tahun lalu bersama novel kedua, Pinball, 1973. Novel bergerak di antara narator tak bernama yang berteman dengan Rat dan J, seorang bartender. Narator berkisah tentang hari ini, membaurkannya dengan ingatan masa lalu, dan berbicara tentang hal-hal yang tidak tampak berkaitan, tak berurutan, maju mundur. Ini tak ubahnya kilasan-kilasan fiksi yang acak dan perbincangan ide-ide.

Pinball, 1973 (terbit 1980). Narator mencari masa lampaunya pada permainan pinball—obsesinya: bunyi bola berlari, denting tumbukan, dan suara scoreboard mengeluarkan angka-angka. Narator tak bernama, Rat, dan J muncul kembali—mereka sosok yang kesepian, kehilangan, terasing dari lingkungan, dan mencari sesuatu di alam bawah sadar. Bila dalam Hear the Wind Sing ada perempuan berjari sembilan, dalam Pinball ada gadis kembar identik, berjulukan 208 dan 209, yang tiba-tiba menemani narator di tempat tidur. Tak dijelaskan siapa mereka dan datang dari mana, begitu pula ketika mereka pergi secara misterius dari hidup narator.

A Wild Sheep Chase (1982). Ini dongeng tentang sindikat politik yang bertautan dengan bisnis dan industri, dengan uang berlimpah dan kekuasaan besar yang bekerja dengan caranya sendiri. Sebagian kisah berlangsung di pedesaan Hokkaido, yang ditafsirkan sebagai pikiran batin tokohnya atau sebagai tanah mitologi orang mati. Walau Hear the Wind Sing dan Pinball, 1973 lebih dulu ditulis, Murakami menganggap A Wild Sheep Chase sebagai awal karier kepenulisannya.

Hard-Boiled Wonderland and the End of the World (1985). Dua narasi dalam novel ini menggambarkan Tokyo masa depan yang terjebak dalam perang informasi dan dunia fantasi pedusunan yang dikelilingi oleh dinding besar dan masif, dihuni oleh orang-orang tanpa bayangan, penjaga pintu yang menakutkan, dan unicorn. Novel yang asing ini mengisahkan secara bergantian bagian yang beraroma fiksi-sains (Hard-Boiled Wonderland) dan bagian yang berwarna surealis (The End of the World). Sang tokoh pada akhirnya harus memilih antara dua dunia sebagai rumah tetapnya. Dongeng yang menarik.

Norwegian Wood (1987). Novel ini dikisahkan dari perspektif Toru Watanabe, yang menatap hari-hari lampaunya sebagai mahasiswa di Tokyo pada akhir tahun 1960an. Saat itu, mahasiswa Jepang—sebagaimana anak muda di negara lain—melancarkan protes terhadap kemapanan. Toru menjalin hubungan dengan Naoko, gadis muda yang secara emosional bermasalah. Naoko mengaku kerap mendengar suara ‘Kizuki’—kekasihnya yang sudah mati dan teman sekolah Toru—yang memanggil-manggilnya dari ‘dunia lain’. Toru juga menjalin dengan gadis lain teman sekelasnya, Midori Kobayashi.

Dance, Dance, Dance (1988). Protagonis Murakami kali ini seorang penulis lepas tanpa nama, berusia 34 tahun, cerai, depresi. Meski berhasil keluar dari jurang, masih ada rasa yang tertinggal dari istrinya, bisnis, persahabatan, maupun hubungan romantisnya yang dulu. Karya ini memotret dekonstruksi sosial dari fenomena ekonomi Japan, Inc. yang cenderung melakukan komodifikasi dan menjual apa saja, termasuk hubungan dasar antar manusia, seperti keluarga dan persahabatan.

The Wind-Up Bird Chronicle (1992). Karya ini menggambarkan ‘dunia lain’, sebuah labirin, tempat Kumiko—istri sang tokoh—ditawan oleh Wataya Noboru. Sang tokoh, Okada Toru, harus menemukan jalan ke dalam labirin metafisis, berhadapan dengan Noboru, dan menyelamatkan Kumiko. Novel ini merangkum spektrum subyek yang berat: sifat fana cinta romantik, kekosongan politik kontemporer, dan warisan agresi kekerasan Jepang dalam Perang Dunia II.

Sputnik Sweeheart (1999). Apakah manusia lahir di dunia ini untuk kesepian? Narator K adalah guru muda yang cerdas, baik hati, dan soliter. Sumire keluar dari kolese dan bertekad jadi novelis. Ia membayangkan jadi karakter dalam novel Kerouac—‘liar, dingin, jangak’. Sumire dan K teman dekat tapi platonis. Nyatanya, Sumire merasa ia benar-benar jatuh cinta untuk pertama kali kepada perempuan lebih tua, Miu, yang memberinya kerja di perusahaan anggurnya.

Kafka on the Shore (2002). Novel ini berjalan di atas tiga plot berbeda yang berjalan paralel. Plot pertama tentang perjalanan Kafka menempuh labirin metafisis untuk menjadi ‘anak usia 15 tahun yang paling tangguh di dunia’—ia melarikan diri dari ayahnya untuk mencari ibu dan saudarinya yang lebih dulu pergi ketika ia berusia 4 tahun. Plot kedua dengan Nakata, lelaki berkebelakangan mental yang mampu berbicara dengan kucing. Plot ketiga tentang sebuah peristiwa misterius yang dialami anak-anak sekolah dasar dan ditulis dengan gaya reportase. Dongeng ini adalah tentang sosok-sosok yang mengalami trauma menakutkan yang menyebabkan mereka membuka ‘Batu Gerbang’ dan memasuki ‘dunia lain’.

After Dark (2004). Alienasi menjadi tema novel yang berlangsung di Tokyo dari tengah malam hingga matahari terbit. Bagian-bagian cerita ini berlangsung di dunia nyata dan dunia mimpi—ada sunyi, ada misteri. Mari Asai, gadis 19 tahun, membaca di tengah malam di restoran Denny’s. Di sana ia bersua Takahashi Tetsuya, mahasiswa pemain trombon yang menyukai lagu Five Spot After Dark. Selanjutnya adalah ketegangan dan horor—bacalah di tengah malam dengan penerangan minimum.

1Q84 (2009). Novel ini dibuka dengan adegan perempuan pembunuh bayaran bernama Aomame yang terjebak dalam taksi di kemacetan lalu lintas Tokyo. Sopir taksi menyarankan Aomame untuk keluar dari taksi dan turun di tangga darurat agar tidak terlambat datang ke suatu tempat, sembari mengingatkan bahwa tindakannya itu dapat mengubah realitas. Tanpa sadar, Aomame telah berpindah ke dunia lain. Di tempat lain ada Tengo, guru matematika dan penulis lepas, yang  menemui banyak masalah ketika diminta menulis ulang karya gadis bernama Fuka-Eri. Tengo merasa dunianya berubah persis seperti yang ia tuliskan dalam Air Chrysalis. Dongeng Murakami berayun antara Aomame dan Tengo hingga keduanya bertemu.

Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage (2013). Dalam sebagian narasi novel ini, Tazaki berusaha memahami mengapa lingkaran dekat teman-teman sekolah menengahnya mengeluarkan dirinya dari kelompok tak lama setelah ia meninggalkan Nagoya untuk kuliah di Tokyo. Upaya sang tokoh untuk memahami situasi ini telah membawanya ke Finlandia, tempat ia menemukan kebenaran yang keras tentang batinnya sendiri. Ini novel tentang pengkianatan dan pengampunan. Juga kesakitan karena penolakan. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler