x

Iklan

Choirul Huda

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menanti Juventus Menguji Sejarah

Tujuh Kebangkitan Spektakuler di Liga Champions

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

JUVENTUS menghadapi misi sulit pada leg kedua 16 besar Liga Champions. Bagaimana tidak, skuat asuhan Massimiliano Allegri harus mengalahkan Bayern Muenchen di Stadion Fussball Arena, Rabu (16/3) atau Kamis dini hari WIB.

Maklum, pada leg pertama di Juventus Stadium (23/2), mereka dipaksa raksasa Bundesliga itu untuk bermain 2-2. Jadi, Juventus wajib menang agar bisa lolos ke perempat final. Atau, minimal mereka imbang dengan skor seperti 3-3, 4-4, dan seterusnya. Jika hanya 0-0 atau 1-1, Juventus kalah agresivitas gol tandang. Sementara, 2-2 hanya berujung 2x15 menit dan malah tos-tosan.

Tentu, bukan hal mudah menang di markas Muenchen yang dikenal angker bagi setiap lawannya di Eropa. Namun, sejarah mencatat, Juventus pernah melakukannya pada 11 Mei 2004. Saat itu, gol tunggal Alessandro Del Piero mempermalukan tuan rumah pada fase Grup C 2003/04. Sebelumnya, pada pertemuan pertama di kandang sendiri (19 Oktober 2004), Juventus juga mengalahkan Muenchen lewat gol semata wayang Pavel Nedved.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alhasil, meski sulit, menyingkirkan “FC Hollywood” bukanlah mimpi. Apalagi, sejarah juga mencatat Juventus memiliki spirit yang tidak dimiliki tim elite di benua biru lainnya untuk bangkit secara spektakuler di Liga Champions. Musim lalu, Klub Kedua Terbaik di Eropa Abad 20 versi IFFHS ini selalu menjalani pertandingan di babak knock-out sebagai tuan rumah pada leg pertama. Faktanya, “si Nyonya Besar” berhasil melangkah ke final karena berhasil memaksimalkan leg kedua di markas lawan dengan sempurna.

Dimulai saat menang 3-0 di kandang Borussia Dortmund hingga agregat 5-1 pada 16 besar. Berlanjut pada perempat final dengan menahan imbang tanpa gol AS Monaco yang berujung agregat 1-0.

Puncaknya, di semifinal, “I Bianconeri” kembali mengimbangi Real Madrid 1-1 di Stadion Santiago Bernabeu pada 13 Mei 2015. Hasil itu membuat Juventus melaju ke babak pamungkas karena sepekan sebelumnya menekuk “Los Blancos” 2-1 di Turin.

Jadi, berkaca pada kesuksesan 2014/15, bukan mustahil Alvaro Morata dan kawan-kawan kembali mengulanginya musim ini. Toh, sejarah juga mencatat, banyak klub yang meraih hasil kurang menguntungkan pada leg pertama sebagai tuan rumah, namun berhasil lolos. Tujuh di antaranya seperti yang saya rangkum dari arsip resmi UEFA.com:

Semifinal 1995/96

Ajax 0-1 Panathinaikos

Panathinaikos 0-3 Ajax

Status juara bertahan tidak berarti memudahkan Ajax Amsterdam untuk melaju di fase knock-out 20 tahun silam. Bahkan, klub asal Belanda ini nyaris tersingkir di semifinal. Lantaran kalah dalam leg pertama di kandang sendiri dari Panathinaikos pada 3 April 1996. Namun, mentalitas tim yang saat itu dilatih Louis van Gaal –kini Manchester United (MU)– sukses melakukan revans. Sebab, dua pekan kemudian, Ajax berhasil membungkam wakil Yunani itu di Athena hingga tiga gol tanpa balas yang berujung lolos ke final untuk menghadapi Juventus.

Perempat Final 1997/98

Juventus 1-1 Kiev

Kiev 1-4 Juventus

Dekade 1990-an merupakan periode keemasan Juventus. Pasalnya, mereka sukses menembus final Liga Champions dalam tiga musim beruntun dengan satu di antaranya berujung trofi. Namun, pada leg pertama perempat final 1997/98 Juventus dikejutkan Dynamo Kiev 1-1 di markas sendiri. Hasil itu membuat pasukan Marcello Lippi wajib menang di Ukraina pada leg kedua untuk lolos ke semifinal. Terbukti, tampil di markas lawan justru membuat Filippo Inzaghi menggila dengan mencetak hattrick dan ditambahkan gol Del Piero yang terus melaju hingga babak pamungkas.

Perempat Final 2002/03

Juventus 1-1 Barcelona

Barcelona 1-2 Juventus (Perpanjangan Waktu)

Javier Saviola nyaris membuat Juventus frustrasi pada leg pertama babak delapan besar Liga Champions 13 tahun silam. Tapi, determinasi sebagai raksasa Eropa membuat mereka tidak gentar saat tandang ke Camp Nou 9 April 2003. Sepakan Nedved memang dibalas Xavi Hernandez yang membuat wasit Graham Poll melanjutkan laga hingga 2x15 menit. Nah, pada perpanjangan waktu ini, gol tunggal Marcelo Zalayeta menamatkan perjuangan Barcelona di hadapan 92 ribu pendukungnya. Determinasi Juventus ini terulang saat menyingkirkan Madrid di semifinal hingga akhirnya kalah beruntung di Old Trafford.

Perempat Final 2006/07

Milan 2-2 Muenchen 

Muenchen 0-2 Milan

Kasus pengaturan skor menjadikan AC Milan tidak diunggulkan pada Liga Champions 2006/07. Apalagi, mereka harus bertemu Muenchen di perempat final yang merupakan unggulan utama. Terbukti, tampil di San Siro membuat “I Rossoneri” harus puas dengan hasil imbang. Tapi, dewi fortuna seperti memayungi skuat asuhan Carlo Ancelotti ketika tandang ke Fussball Arena, 11 April 2007. Itu karena dua gol dari Clarence Seedorf dan Inzaghi membuat keunggulan Muenchen pada leg pertama jadi sirna. Ending-nya, Milan sukses merengkuh trofi Liga Champions ketujuh.

Perempat Final 2008/09

MU 2-2 Porto

Porto 0-1 MU

MU merupakan tim favorit saat itu terkait statusnya sebagai juara bertahan. Langkah mereka kian mudah setelah 16 besar menyingkirkan Inter. Namun, pada delapan besar, “Setan Merah” mendapat sandungan dari Porto yang mengimbanginya 2-2 di Old Trafford. Beruntung, MU memiliki Cristiano Ronaldo yang tanpa ampun mendepak klub senegaranya itu di Estadio do Dragao. Langkah mereka tak terbendung di semifinal saat bertemu tim sesama Inggris, Arsenal, hingga akhirnya menyerah di Roma.

16 Besar 2010/11

Inter 0-1 Muenchen 

Muenchen 2-3 Inter

Ditinggal Jose Mourinho membuat Inter kurang difavoritkan pada duel ulangan final sebelumnya di babak 16 besar. Gol tunggal Mario Gomez pada injury time seperti menampar 75 ribu fan di Meazza, 23 Februari 2011. Namun, “I Nerazzurri” memiliki salah satu lini depan terbaik saat itu. Tiga pekan kemudian, Samuel Eto’o membuka keunggulan ketika laga berjalan empat menit. Selanjutnya, berturut-turut Wesley Sneijder dan Goran Pandev menghentikan laju Muenchen. Inter lolos ke perempat final dengan keunggulan gol tandang.

16 Besar 2012/13

Madrid 1-1 MU

MU 1-2 Madrid

Mourinho memberi kado terburuk Alex Ferguson pada musim terakhirnya di Liga Champions. Pria asal Portugal itu sempat mem-PHP MU ketika duel di Bernabeu yang berakhir 1-1. Bahkan, pada 5 Maret 2013, Madrid nyaris tersingkir setelah Sergio Ramos mencetak gol bunuh diri tiga menit setelah turun minum. Papan skor saat itu menunjukkan agregat 2-1 untuk MU. Sayangnya, due jebolan Liga Primer, Luca Modric (66) dan Ronaldo (69)membalikkan keunggulan “Setan Merah”. Gol yang dicetak CR7 itu seperti menikam publik Old Trafford yang selalu mengelu-elukannya sepanjang 2003-2009.

 

*        *        *

 

Artikel ini dimuat dalam opini Harian TopSkor edisi 15 Maret 2016

 

Jakarta, 15 Maret 2016

 

Ikuti tulisan menarik Choirul Huda lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu