x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bila Mau, Kita Dapat Mengubah Mindset

Mengubah cara berpikir memerlukan upaya. Andai Anda tahu, ada banyak jalan untuk berubah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ada banyak respons yang muncul apabila sejumlah orang diminta untuk mengajukan pertanyaan, mulai dari yang bengong tidak tahu harus bertanya apa, ada yang kelabakan merumuskan pertanyaan, ada yang jumlah pertanyaannya banyak tapi kurang bobot, sampai ada yang mengajukan 1-2 pertanyaan saja tapi tajam dan menukik. Kemampuan mengajukan pertanyaan sesungguhnya memperlihatkan cara seseorang berpikir, cara seseorang memandang persoalan, atau mindset.

Melalui pertanyaan, kita dapat lebih memahami sesuatu, menggali yang belum terlihat di permukaan, menemukan yang tersembunyi, mendapatkan hal baru. Merumuskan satu pertanyaan berbobot saja tidak mudah, apa lagi lima pertanyaan. Diperlukan latihan untuk mengasah kemampuan bertanya. Dalam menjalankan tugasnya, para jurnalis lazimnya diminta menemukan jawaban sekurang-kurangnya atas enam pertanyaan dari peristiwa yang ia laporkan, yakni ‘apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana’.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bertanya sebagai cara berpikir kerap dipakai para pemimpin (pemerintahan, bisnis, sosial) untuk menemukan hal-hal yang belum terungkap. Bagi sebagian pemimpin, bertanya bahkan sudah menjadi mindset tersendiri atau biasa disebut mindset of questioning. Para pelopor bisnis punya mindset of questioning yang kuat. Mereka berani memelopori dan mengajak orang-orang di sekelilingnya, termasuk karyawan di seluruh jenjang organisasi, untuk mempertanyakan asumsi-asumsi lama yang masih dipegang dalam menjalankan bisnis. Misalnya, karyawan senior pasti jadi direktur.

Para inovator juga mengembangkan mindset of questioning untuk memprovokasi pikiran, memantik lahirnya gagasan, serta mempertanyakan praktik-praktik yang sudah lazim dan jamak—termasuk yang terbukti berhasil sekalipun. Ini adalah bagian dari kuriositas atau rasa ingin tahu yang kuat. Meskipun terkesan merendahkan hati, ucapan Albert Einstein ini menggambarkan nilai penting kuriositas. “Saya sebenarnya bukan lebih cerdas dibandingkan Anda, melainkan lebih curious,” ujar Einstein.

Pertanyaannya: dapatkah kita berubah dari individu yang lebih banyak mendengar menjadi individu yang dipenuhi rasa ingin tahu? Dengan kata lain, bisakah kita mengubah mindset?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu menengok ide Carol Dweck, guru besar psikologi Stanford University, bahwa ada dua jenis mindset, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Sebagian orang berkeyakinan bahwa kemampuan dasar, kecerdasan, dan bakatnya merupakan sesuatu yang tetap dan tidak berubah (fixed). Tapi, ada pula individu yang percaya bahwa kemampuan dasar, kecerdasan, dan bakatnya adalah potensi yang dapat dan harus diasah agar semakin tajam dan berkembang (growth).

Melalui ikhtiar, belajar, serta kegigihan dalam berlatih, semua anugerah itu bisa ditingkatkan. “Bukan berarti orang-orang ini beranggapan bahwa setiap orang sama atau bisa menjadi Einstein, tapi mereka meyakini bahwa setiap orang bisa menjadi lebih pintar bila mereka mau berusaha,” kata Carol.

Agar jadi pintar, kita harus meyakini terlebih dulu bahwa kita punya potensi dan bisa menjadi pintar. Jika sebelumnya kita menganggap diri sebagai orang yang berkemampuan pas-pasan, maka mengubah keyakinan ini merupakan langkah besar. Inilah langkah awal untuk berpindah dari fixed mindset menuju growth mindset. Kita mengubah pikiran kita dari semula tak percaya menjadi yakin bahwa anugerah kecerdasan (apapun ragamnya, sebagaimana diuraikan oleh Howard Gardner) dapat dikembangkan, diasah, diperkuat, dan dipertajam.

Berpindah dari fixed mindset menuju growth mindset memerlukan sejumlah upaya. Para ahli menyarikan sejumlah cara yang dapat dicoba:

Pertama, saringlah informasi terbaik saja. Di era banjir informasi seperti sekarang, membiarkan otak kita untuk menyerap semuanya bisa menjadikan kita kebingungan. Jadi, saring dan pilahlah informasi yang berlalu-lalang dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi itu. Fokuslah pada informasi terpilih, jangan tergoda untuk berpaling kepada informasi yang kelihatan menggoda tapi menjauhkan kita dari tujuan semula. Memilah dan memilih informasi terbaik merupakan keterampilan penting yang mesti kita kuasai saat ini.

Kedua, perhatikanlah orang-orang hebat yang berprestasi. Jika Anda pelaku bisnis yang baru tengah merintis usaha, tengoklah riwayat para peraih sukses dalam bisnis. Cermati cara berpikir mereka, langkah mereka, dan perhatikan kesalahan mereka. Anda dapat mengadopsi cara berpikir yang baik dan meninggalkan yang buruk. Temukan inspirasi dan banyak belajar dari mereka.

Ketiga, periksalah keyakinan Anda saat ini. Apabila Anda tengah berjalan menuju suatu tujuan, usahakan untuk memeriksa keyakinan Anda saat ini: apakah mendukung perjalanan Anda atau merintangi? Jika Anda merasa langkah Anda saat ini tidak mengarah kepada tujuan, saatnya untuk berubah. Ini kembali kepada cara berpikir kita.

Keempat, sesuaikan mindset dengan visi hidup Anda. Dengan mengetahui persis apa visi hidup Anda, tersedia sudah kemudahan untuk membangun mindset Anda. Kejelasan visi akan menjad kekuatan yang menarik Anda untuk menuju ke sana. Cara Anda berpikir pun akan mengarah ke sana. Visi yang jelas membuat Anda tahu apa yang harus Anda lakukan dan bagaimana melakukannya, tahap demi tahap.

Kelima, temukan passion Anda. Mereka yang berhasil menemukan ‘suara batin’ di dalam dirinya akan relatif mudah untuk mencapai tujuan. Inilah yang kerap disebut passion, yang akan memberi dorongan kuat kepada diri kita untuk berubah dan menghalau berbagai rintangan.

Ketika kita sudah bertekad untuk berubah, lindungilah mindset kita dari orang-orang yang sering mengatakan tidak (“naysayers”). Mereka akan berkata tidak mungkin, tidak bisa, mustahil, dan sejenisnya. Lindungi diri dari informasi buruk dan jangan biarkan pikiran kita menampung informasi secara berlebihan (overloaded). Tetaplah percaya diri dalam melangkah. (sumber ilustrasi: bigthink.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler