x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Andaikan Naskah Kafka Jadi Dibakar

Ada banyak novel yang terbit setelah kematian penulisnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Dua minggu menjelang kematiannya melalui bunuh diri, Virginia Woolf berhasil menyelesaikan karya terakhirnya, Between the Acts. Inilah satu-satunya manuskrip yang diterbitkan tanpa persetujuan penulisnya. Dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya, Between the Acts dianggap sebagai yang paling liris.

Suatu ketika, usai menyelesaikan naskah Between the Acts, Woolf terjebak dalam depresi yang kemudian mendorong dirinya untuk mengakhiri hidup. Ia menulis surat pendek kepada suaminya, dan pada 28 Maret 1941—75 tahun yang silam—Woolf berjalan menuju Sungai Ouse dan menenggelamkan diri ke dalamnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

The Master and Margarita, magnum opus Mikhail Bulgakov, penulis Rusia, menemui banyak rintangan untuk dapat terbit, dan sungguh ajaib novel ini berhasil terbit. Mula-mula Bulgakov membakar manuskripnya. Namun kemudian ia menulis kembali. Bulgakov memerlukan waktu hampir 10 tahun untuk menyelesaikan novel ini, kira-kira empat minggu menjelang kematiannya (1940).

Sastrawan Inggris Charles Dickens juga mewariskan teka-teki yang tidak terjawab dalam novelnya The Mystery of Edwin Drood—siapa di pembunuh itu? Saat menggarap novel ini, Dickens terkena serangan stroke pada 8 Juni 1870, dan meninggal pada hari berikutnya. Tak seorang pun ‘melanjutkan’ penyelesaian novel itu dan teka-tekipun dibiarkan tak terjawab.

Dalam kasus yang lain, penulis seperti Franz Kafka dan Vladimir Nabokov sempat meninggalkan pesan agar naskah mereka dibakar. Tidak mudah bagi orang-orang yang ditinggalkan untuk mengubah pesan itu. Namun, seandainya Max Brod memenuhi permintaan sahabatnya, Franz Kafka, untuk membakar naskah-naskahnya bila ia mati, kita niscaya tak akan pernah membaca The Trial, The Castle, maupun Amerika.

Dmitri juga terpaksa melanggar pesan ayahnya, Vladimir Nabokov, yang meminta agar keluarganya membakar naskah terakhirnya bila ia mati. Sejatinya, naskah Nabokov ini belum kelar sebagai sebuah novel saat ia meninggal pada 1997, sebab masih terpenggal-penggal dalam 138 kartu indeks. Proses menulis dengan kartu indeks dipakai Nabokov tatkala mengerjakan Lolita dan karya-karyanya yang lain.

Selama berpuluh tahun Dmitri Nabokov menyimpan karya terakhir itu di sebuah bank Swiss. Ia tak segera memusnahkannya, tapi malah mengizinkan seorang peneliti untuk membaca naskah tersebut. Akhirnya, 30 tahun sesudah kematian ayahnya, pada 2008 Dmitri memutuskan untuk menerbitkan karya itu. Maka, kitapun dapat membaca The Original of Laura.

Tanpa meninggalkan pesan apapun kepada orang-orang terdekatnya, Michael Crichton, maestro dalam genre techno-thriller, meninggalkan dua karya yang belum terbit ketika ia meninggal pada 2008. Salah satunya ialah naskah petualangan para bajak laut di Jamaika abad ke-17.

Naskah itu ditemukan dalam laptop Crichton bersama naskah techno-thriller yang belum selesai. Untuk menyelesaikan naskah ini, penerbit mencari penulis yang tepat, ketemulah Richard Preston. Pada November 2011, novel ke-17 Crichton tersebut terbit dengan judul Micro setebal 424 halaman. Sepertiga pertama novel ini ditulis oleh Crichton, dan dua pertiga sisanya ditulis oleh Preston. Kontribusi Preston dihargai dengan mencatumkan namanya di sampul Micro bersama Crichton. “Bagi saya, menyelesaikan novel ini merupakan tantangan yang tidak bisa ditolak, dan saya terdorong oleh hasrat untuk menghormati karya ini dan imajinasi dari penulis kreatif dan paling visioner dari zaman kita,” kata Preston.

Draft naskah novel David Foster Wallace, yang juga belum selesai, ditemukan oleh istrinya Karen Green dan agennya, Bonnie Nadell, di komputer David. Dua komputer dan sejumlah naskah dalam bentuk hardcopy tersimpan di garasi mendiang penulis yang memilih menggantung diri. Nadell bingung lantaran banyak versi draft untuk novel ini. Michael Pietsch, kawan dan editor David, lalu menangani naskah ini hingga akhirnya diterbitkan pada 2011 dengan judul The Pale King.

Sejumlah karya William Styron juga terbit posthumous. Tatkala penulis The Confessions of Nat Turner dan Sophie's Choice ini meninggal pada 2006, ia sebenarnya belum menerbitkan apapun selama 13 tahun terakhir. Buku terakhir yang terbit ialah kumpulan tiga cerita (1993). Tiga tahun sepeninggal Styron, penerbit Random House menerbitkan karyanya di bawah judul The Suicide Run yang terdiri atas lima cerita.

Hingga tahun terakhir hidupnya, Styron terus berjuang untuk menyelesaikan The Way of the Warrior, novel yang ia tulis berdasarkan pengalamannya sebagai marinir pada Perang Dunia II dan Perang Korea. Upaya itu tidak berhasil, dan Styron mengalami depresi. Penerbit menyewa editor untuk menangani naskah setebal 300 halaman yang sudah berhasil ia tulis.

Jauh sebelum mereka, publikasi setelah kematian penulisnya sudah dimulai sekitar dua abad yang lampau, dimulai dengan karya Jane Austen. Austen tidak pernah menyaksikan tiga karyanya, yakni Northanger Abbey, Persuasion, dan Love and Friendship,terbit dan dibaca publik. Penerbit karya-karya Austen itu beruntung, sebab naskahnya sudah selesai ditulis. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler