x

Iklan

yusuf mansur

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jakarta Adem

Dalam kaitannya dengan Pilgub, masing-masing pihak, sebaiknya hindari saling melontarkan ejekan, makian, hinaan, bullyan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada yang aneh sekarang-sekarang ini.

Jika kita kebanyakan nyerang orang lain, maka orang yang diserang itu malah akan tambah kuat. Bahkan tambah disayang, hehehe. Tambah dikasihani.

Apalagi jika kemudian yang diserang itu cool aja. Kalem aja. Rasa kasian itu bisa berubah jadi kekaguman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Makanya salah banget jika kita suka ngebully orang. Jika kita sebel, lalu kita aktif ngebully orang, nyerang orang, maka justru kita akan semakin sebel. Sebab aneh. Orang-orang akan mencintainya.

Tapi alam juga ngerti. Paham. Tahu. Kalo ada yang ngebully diri sendiri, atau ngebangun tim buat ngebully diri sendiri, itu kelak akan jadi bumerang. Kenapa? Karena dia menuliskan takdirnya sendiri. Serem. Bisa berwujud jadi bully an asli. Yang kekuatannya bener-bener bisa menghantam.

Sama aja dengan pujian berlebihan. Pujian berlebihan justru berbahaya. Dan ngebangun pujian atas diri sendiri juga sama bahayanya. Bahkan lebih bahaya lagi. Alam tambah ga suka.

Di sisi yang lain, jika anak-anak bangsa memikirkan bullyan, juga pujian, maka pekerjaannya, ikhtiarnya, pengabdiannya, jadi ga ikhlas. Ga ada kekuatan ilahiah yang akan membelanya. Anteng aja. Kalem aja. Bahkan ga usah mikirin hasil. Apalagi saat bekerja, berkhidmat, atau berpikir, buat orang. Maju aja. Jalan aja. Soal yang ga suka, biasa. Soal yang suka juga, jangan jadi besar hati. Bahkan saat gagal, justru harus berbesar hati. Sebab proses koq yang dilihat Allah. Suatu saat, hasil akan ditunjukkan Allah.

Dalam kaitannya dengan Pilgub, masing-masing pihak, sebaiknya hindari saling melontarkan ejekan, makian, hinaan, bullyan. Jagoan Saudara menang dan kalah bukan karena Saudara menyerang yang lain, dan atau karena Saudara membelanya. Tapi karena pekerjaannya, attitudenya, sikapnya, kehebatannya, kerendahhatiannya, keberaniannya, & sifat-sifat baik lainnya. Dan di atas semua itu, karena Allah memberi Izin dan Kuasa.

Jagoan Saudara, siapapun dia, malah jangan dikotori balik dengan membully balik. Jakarta Adem harus dimulai. Dan banyak saya rasa yang udah memulai. Ga mau ngotori dirinya, lisannya, dan orang lain. Dengan perkataan-perkataan kotor. Apalagi tadi, makin semua mengeluarkan kata-kata kotor, itu justru akan melemahkan Jagoannya masing-masing, dan membuat kuat orang lain yang dimaksud sebagai lawan.

Alih-alih bullyan, makian, hinaan, cakep banget kalo mulut kita, pikiran kita, hati kita, lisan kita, dan jempol kita, bisa diubah menjadi mesin doa, mesin nasihat, dan mesin pengingat. Jika Saudara punya Jagoan, sayangilah Jagoan Saudara dengan doa-doa Saudara, nasihat, dan pengingat dari Saudara. Itu akan membuatnya jadi kuat.

Jakarta Adem. Adalah salah satu impian saya yang lain.

Saya sering ngasih contoh ke anak-anak saya.

Pada satu titik, fitnah bisa jadi berpengaruh. Tapi ia ga akan berpengaruh banyak, ga akan berpengaruh dominan, ga akan berpengaruh lama. Asal, fitnah itu emang ga benar. Kalo pun benar, tapi yang bersangkutan bertaubat, dan memperbaiki kesalahannya, maka bila fitnahan terus terjadi, alias terus diomongin, maka sesungguhnya itu adalah sesuatu yang menguatkan.

Katakanlah, orang-orang di kampung ngefitnah 1 orang. Lalu datanglah 1 orang kepada yang lain. Orang lain kemakan fitnah. Lalu ikut memfitnah. Fitnah bergelombang.

Tapi sesuatu terjadi. Orang yang difitnah didatangin kawannya, "Kamu udah tau Kamu difitnah?"

"Tahu."

"Koq diam aja sih?"

Orang ini bahkan ga jawab. Ga jawab, "Biar Allah aja yang urus." Ga jawab begitu. Hanya menyuguhkan air, makanan, dan bercerita sana sini. Ga menyentuh sama sekali tentang fitnah. Bahkan sesekali terdengar doa.

Wah, dijamin. Pandangan yang datang memberitahu itu akan berubah. Apalagi kalau yang difitnah itu terus saja menunjukkan kebaikan demi kebaikan. Dari yang asalnya 1 orang yang tahu dan menyaksikan, maka seperti dulu fitnahan terjadi, hal positif ini pun menyebar. Kemudian akhirnya fitnahan itu habis. Berganti kepositifan, dalam keadaan orang itu bertambah-tambah besar energinya.

Kita saja, jika didatangin orang yang berbicara keburukan orang lain, mula-mula bisa jadi akan ikut mikir.... "Wuah? Masa sih?" Bisa jadi kita ikut membenarkan dan menyebarkan. Terpancing.

Tapi kemudian penyebar dan pengomong ini, datang lagi dan datang terus. Terus-terusan membicarakan dan membuka aib dan keburukannya.

Jika ini yang terjadi, percayalah, kita pun akan cape. Dan mungkin berubah menjadi muak. "Udah sih. Situ koq demennya begini? Yang kita omongin aja, baik-baik aja tuh. Anteng aja."

Dan apa pula yang akan terjadi? Kita akan simpati. Kita akan kagum. Dari mulai meralat, kemudian menarik omongan atas orang itu, hingga kemudian menjadi pembela nomor satu.

Mudah-mudahan ada hikmah yang bisa dipetik. Untuk Jakarta Adem. Jakarta Kita Semua.

 

Salam, @Yusuf_Mansur.

Ikuti tulisan menarik yusuf mansur lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler