Membaca sebuah tulisan bukanlah sekedar mengeja huruf-huruf yang terangkai dalam suatu kalimat semata. Membaca sebuah tulisan, apalagi sebuah tulisan para kolomnis terkemuka membutuhkan daya pikir dengan kecerdasan yang maksimal. tanpa semua itu maka pesan dari tulisan sang kolomnis itu bisa menjadi hambar. Bahkan bisa menimbulkan sebuah kegagalan kepahaman.
Dewasa ini banyak pembaca gagal paham dalam memaknai tulisan yang berada di etalase media massa atau blog. Mareka, para pembaca ini langsung saja " nyerambeng " atau dalam bahasa Toboali, Bangka Selatan ikut-ikutan mengomentari sebuah tulisan tanpa memahami makna dan pesan dari tulisan itu.
Kadangkala hanya dari melihat judul yang terkadang menggoda, mareka para pembaca itu langsung saja " nyerambeng " komentar sehingga bukan hanya menimbulkan perdebatan kusir ala warkop semata, namun membuat makna dari tulisan itu menjadi tak bergigi.
Di alam demokrasi yang kini dialami bangsa Indonesia, berkomentar dijamin oleh konstitusi dan merupakan salah satu kemewahan yang kini dinikmati bangsa Indonesia usai reformasi.
Tak pelak perang komentar terjadi dimedia massa tak terkecuali media blog yang kini menjadi gengsi dan incaran dari para penulis untuk menuangkan gagasan dan ide mareka.
Amat disayangkan kalau sebuah komentar dari sebuah tulisan hanya untuk mempertahankan pendapat tanpa melihat aturan yang berlaku. Adalah sesuatu yang amat disesalkan ketika komentar atas sebuah tulisan karena penulisnya mengkritik kebijakan.
Sebagai warga bangsa tentunya para penulis di media massa maupun media blog memiliki fungsi untuk mencerdaskan dan menginformasikan kebenaran walaupun itu sangat pahit. Adalah sebuah kesalahan besar kalau para penulis di media massa menulis sebuah artikel hanya untuk memfitnah atau mengabarkan tulisan bohong. Alhasil tulisan yang bersangkutan tidak akan pernah dipercaya lagi oleh penikmatnya dan pembaca.
Soal para komentator yang sering " nyerambeng " itu adalah bagian dari perjalanan sebuah tulisan dan tak perlu dianggap sebagai sesuatu yang penting. Yang paling penting mareka telah menikmati tulisan kita. Dan soal asumsi dari makna tulisan yang terbaca, kembali berpaling kepada kecerdasan dalam membaca sebuah tulisan. salam Junjung Besaoh...(Rusmin)
Ikuti tulisan menarik Rusmin Sopian lainnya di sini.