x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mau Menulis? Buatlah Kerangka

Kerangka tulisan, kata para empu, memudahkan kita dalam menata tulisan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Tulisan adalah lukisan suara."

--Voltaire (1694-1778)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Malam itu kawan saya datang lagi ke rumah. Usai menghidangkan kopi, saya bersiap-siap untuk mendengarkan petuah-petuahnya. “Ada kesulitan?” tanya kawan saya. “Setelah saya baca, tulisan saya seperti tidak berurutan, melompat-lompat.”

“Saya punya resep,” ujarnya. “Buatlah kerangka lebih dulu sebelum menulis. Kerangka tulisan, atau ada yang menyebutnya outline, akan memudahkan kita dalam menyusun tulisan.”

“Kenapa begitu?”

“Kerangka tulisan berlaku sebagai panduan dalam menulis, karena meliputi urut-urutan gagasan yang hendak kita tuangkan. Semakin banyak pokok pikira yang kita ingin tuangkan, kerangka tulisan semakin kita perlukan. Kerangka ini menjadi panduan agar kita menulis secara logis berurutan.”

“Hanya itu?”

“Mereka yang sudah mencapai tataran empu dalam menulis mungkin tidak memerlukan kerangka, tapi sepertinya lebih banyak yang masih tetap memakai kerangka. Ada fungsi lain yang diperankan kerangka tulisan, yakni sebagai catatan atas gagasan-gagasan penunjang. Ketimbang lupa, mending kita tuliskan lebih dulu ide-ide yang menunjang gagasan pokok. Baru kemudian kita mulai menulis.”

“Mendapatkan ide yang bagus itu tidak mudah ya kang ya,” sahut saya.

“Betul, karena itu kerangka tulisan sangat berguna.”

“Fungsi lainnya apa kang?”

“Tentu saja ada fungsi lain, yakni menjaga agar tulisan kita sejak dari paragraf pertama sampai selesai tetap fokus. Sungguh penting menjaga tulisan agar tetap dalam satu keutuhan. Jangan biarkan segala macam pikiran kamu masukkan sehingga tulisan terkesan berjalan kian kemari dan tidak mengerucut ke satu tujuan.”

“Kalau dalam bisnis, barangkali kerangka ini menyerupai roadmap dari suatu proses bisnis ya kang?”

“Mungkin, saya sih kurang paham soal bisnis.”

“Kalau begitu, sepanjang menulis kita mesti berpegang teguh kepada kerangka kang? Maksud saya, secara kaku begitu?”

“Ya gak segitu-gitunya. Kerangka ini bersifat fleksibel. Sebagai panduan, kerangka itu luwes. Misalnya, setelah usai menulis kerangka, kita baca kembali, barangkali ada yang perlu dibuang atau ditambah atau diperbaiki. Begitu pula, jika di tengah jalan kita menemukan ide penunjang yang lebih bagus dibanding yang sudah ada dalam kerangka, ya bisa saja ide lama diganti dengan yang baru. Tak perlu kaku dan takut mengganti dengan ide yang lebih bagus. Jadi, ketika hendak menulis jangan terlampau berkutat pada kerangka, nanti tidak maju-maju.”

“Urut-urutan kerangka itu apa saja kang?”

“Kita bisa mulai dengan paragraf pembuka, lalu isi pokok—apa saja gagasan pokok dan penunjang yang ingin kamu sampaikan ditaruh di sini, kemudian penutup. Masing-masing bisa dirinci lebih lanjut, tapi intinya ya itu saja. Pembuka dan penutup pun beragam jenisnya, lain kali mungkin kita bisa bicarakan. Sementara sih itu dulu. Kamu bisa mulai berlatih membuat kerangka tulisan tentang topik apa saja yang kamu ingin ekspresikan. Nanti saya baca. Jangan khawatir, asal ada kopi he he he ...”

“Oh ya satu lagi. Dengan kerangka yang utuh, kamu menghemat banyak waktu dalam menulis ketimbang tanpa kerangka sama sekali. Ibarat berjalan, kamu sudah tahu mau menuju kemana.” (sumber ilustrasi: outspreading.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler