x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bosan? Itu Pertanda Baik

Kebosanan berpotensi membuka jalan bagi lahirnya kreativitas yang luar biasa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Kebosanan selalu mengawali periode kreativitas hebat.”

--Robert M. Pirsig (Filosof, 1928-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Besok kita rapat di kedai kopi X jam 9 pagi. Habis rapat kita makan siang bareng,” pesan pendek dari manajer itu meluncur melalui Line ke sepuluh anggota tim. Sejak bergabung ke dalam tim yang dipimpin manajer baru ini, anggota tim selalu mendapatkan hal-hal baru yang mengejutkan. Hal baru itu tidak selalu luar biasa, tapi setidaknya sanggup mengusir kebosanan yang lazim dijumpai bila tim baru ditugasi untuk menggarap proyek dalam satu tahun.

Tatkala proyek baru dimulai, biasanya semangat anggota tim begitu menggebu-gebu. Mereka merasa penunjukan sebagai anggota tim merupakan bentuk kepercayaan manajemen. Jadi, keberhasilan proyek bisa menjadi ajang pembuktian bahwa mereka memang layak dipercaya untuk menangani tantangan yang lumayan berat. Spirit mereka begitu tinggi.

Ketika rutinitas mulai datang, kebosanan mulai pula hinggap. Setiap Senin pagi selalu ada rapat, menyampaikan laporan perkembangan tugas masing-masing, membahas masalah yang harus segera dipecahkan, mengatur ulang jadwal karena target tidak tercapai, dan banyak lagi. Kebosanan itu hingga tahap tertentu mulai berdampak buruk terhadap kinerja tim, sedangkan waktu penyelesaian proyek sudah terpakai misalnya 3 bulan.

Sebagian anggota mungkin mulai mencari alasan untuk sesekali tidak menghadiri rapat. Ada pula yang mengaku kesulitan mencari kecocokan waktu dengan mitra. Ini bisa menjadi isyarat mulai munculnya rasa bosan di antara anggota tim. Manajer atau pemimpin tim yang peka akan mampu menangkap suasana batin yang mungkin tidak diucapkan ini.

Bila manajer melihat sisi positif dari kebosanan ini, ia punya peluang untuk mendorong timnya bergerak lebih maju. Menjadi tugas pemimpin tim untuk mendorong anggota timnya agar mampu mengubah kebosanan menjadi daya kreatif. Kebosanan sesungguhnya merupakan isyarat kebutuhan akan sesuatu yang baru, yang lebih bermakna, dan yang lebih memberi kepuasan. Pemimpin tim dapat memanfaatkan kebutuhan ini untuk kemajuan proyeknya.

Riset yang dilakukan Karen Gasper dan Brianna Middlewood dari Pennsylvania State University, AS, mendukung gagasan itu. Kedua akademisi ini mendapati bahwa responden risetnya yang bosan dengan rutinitas menunjukkan kreativitas yang lebih bagus dibanding mereka yang bekerja dengan santai, gembira, atau malah tertekan. Keduanya memberi contoh seperti ini: “Jika kamu ditanya apa yang kamu bayangkan tentang kendaraan, hal pertama yang muncul di pikiran biasanya mobil. Tapi, jika kamu bosan (dengan pilihan jawaban itu), mungkin kamu akan menjawab unta.” Ya, mengapa harus mobil, mengapa tidak unta?

Andreas Elpidorou, akademisi University of Lousville, AS, punya pandangan menarik mengenai kebosanan. Kebosanan, kata Elpidorou, membantu memulihkan persepsi bahwa aktivitas seseorang harus punya makna atau nilai penting. “Tanpa rasa bosan, seseorang akan terjebak dalam situasi tanpa makna,” ujar Elpidorou.

Tanpa kebosanan, seseorang dapat terjebak dalam situasi yang sebenarnya tidak memuaskan. Ia akan kehilangan banyak pengalaman emosional, kognitif, maupun sosial yang bermanfaat. Ia menjalani rutinitas tugas tanpa bergairah. Kemampuan kognitifnya kurang terasah. Secara sosial, ia kehilangan banyak kesempatan untuk menjalin interaksi dengan banyak orang.

Sisi positifnya, kata Gasper dan Middlewood, individu yang bosan berusaha mencari jalan dan melibatkan diri dalam kegiatan yang memberi kepuasan. Kebosanan mengirim sinyal mengenai situasi kita saat ini bahwa kita kehilangan daya dorong untuk menemukan sesuatu yang baru. Banyak orang terdorong untuk melakukan eksplorasi—“Saya bosan dengan cara-cara seperti ini, bagaimana kalau kita cari cara lain yang lebih seru?”

Di titik itulah, daya kreatif kita terpantik oleh kebosanan kepada rutinitas, hal-hal yang kita lakukan dengan cara yang sama. Rapat yang dipimpin manajer tim di kafe merupakan hal baru untuk mengusir kebosanan karena rutin mengadakan rapat di ruang yang sama, di kantor. Manajer tim berharap, suasana baru dapat menstimulasi anggota timnya untuk meneluarkan ide-ide cemerlang bagi proyek mereka.

Rasa bosan sesungguhnya mencerminkan hasrat untuk melakukan sesuatu yang bermakna. Filsuf Søren Kierkegaard, dalam karyanya Either/Or: A Fragment of Life, membingkai kebosanan sebagai kekosongan eksistensial yang didefinisikan bukan saja oleh ketiadaan stimulasi, tapi juga oleh ketiadaan makna. Menjadi semakin jelas bahwa banyak orang yang bekerja bukan semata-mata mencari penghasilan, melainkan menemukan makna dalam hidup mereka. Jika makna itu hilang ditelan rutinitas, mereka akan dicekam oleh rasa bosan. (sumber foto ilustrasi: careerealism.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler