x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Paradoks Kemajuan

Efek buruk dari penerapan ilmu pengetahuan tertentu seringkali baru diketahui puluhan tahun kemudian.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Belum lepas dari ingatan ketika sejenis serangga yang dijuluki tomcat mengunjungi rumah-rumah penduduk. Sangat banyak jumlahnya, sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Mereka meninggalkan habitat aslinya, sawah, karena mangsa mereka (hama wereng) semakin sukar ditemukan—sawah-sawah telah berubah jadi permukiman dan pabrik-pabrik. Tomcat butuh makan, itulah alasan mereka bertamu ke permukiman penduduk.

Serbuan serangga ini mengingatkan saya kepada karya ilmuwan Edward Tenner, Why Things Bite Back. Dalam buku yang terbit tahun 1997 ini, Tenner memerkenalkan dan menjelaskan istilah revenge effect alias efek balas dendam. Gagasannya seperti ini: setiap kemajuan teknologi membawa kepada konsekuensi yang bersifat paradoksal dan tidak diniatkan. Kemajuan teknologi dimaksudkan untuk kebaikan umat manusia, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konsekuensi buruk ini bagaikan sebentuk 'balas dendam' kepada manusia karena keseimbangan ekosistem alam terganggu. Contohnya ialah pemakaian pestisida, yang semula dipakai untuk mematikan hama tanaman. Sebagian petani beranggapan, semakin banyak pestisida digunakan, semakin baik hasilnya. Bahkan, sebagian petani menambahkan bahan lain sehingga sisa-sisa (residu) pestisida ini tidak mudah larut dalam air. Akibatnya, residu pestisida pada hasil panen makin meningkat dan kemudian membahayakan manusia yang memakannya.

Penggunaan pestisida yang terus-menerus juga menyebabkan sebagian hama serangga justru menjadi resisten. Serangga yang resisten ini beranak-pinak dan kian sukar dibasmi. Beberapa jenis hewan yang sebenarnya bukan sasaran pemakaian pestisida juga ikut musnah dan menyebabkan ekosistem menjadi tidak seimbang. Menyaksikan dampak itu, ilmuwan Rachel Carson mengingatkan masyarakat dunia mengenai dampak penggunaan DDT yang marak pada tahun 1960-an. Bukunya, Silent Spring (Musim Semi yang Sunyi) berpengaruh besar terhadap keputusan yang diambil terkait pemakaian bahan-bahan kimia dalam pertanian. Di AS, misalnya, pemakaian DDT akhirnya dilarang pada 1972.

Buku Tenner memekarya pandangan Carson dengan memperluas kajiannya hingga mencakup jenis-jenis teknologi lainnya, termasuk penggunaan komputer yang massif. Tenner mengatakan, teknologi bukan mengurangi kerja manusia, melainkan justru menuntut kerja (dan kewaspadaan) yang lebih banyak. Untuk setiap persoalan akut yang terpecahkan, suatu persoalan kronis akan muncul menggantikannya—ia mencontohkan efek pemakaian tenaga nuklir di Jepang. Persoalan baru ini biasanya juga lebih sukar untuk diatasi. Akibatnya, demi keselamatan manusia, kita dituntut semakin waspada.

Efek balas dendam, menurut Tenner, tidak sama dengan efek samping. Jika perawatan kemoterapi untuk kanker menyebabkan kebotakan, maka ini bukan efek balas dendam. Tapi, jika perawatan ini justru menyebabkan kanker lain, inilah yang disebut efek balas dendam. Efek balas dendam terjadi karena struktur baru, alat baru, dan organisme baru bereaksi dengan cara yang tidak bisa kita ramalkan.

Seperti dikatakan penyair Paul Valery ketika ia menulis pada tahun 1944: “Ketidakteramalan dalam setiap bidang merupakan akibat dari penaklukan keseluruhan dunia masa kini oleh kekuatan ilmu. Serbuan oleh pengetahuan aktif ini cenderung mengubah lingkungan dan manusia itu sendiri, sehingga sejauh mana, dengan risiko seperti apa, dan penyimpangannya seperti apa, kita tidak mengetahuinya [hingga kemudian hal itu terjadi].”

Seperti halnya Carson, Tenner mengingatkan kita bahwa di dalam apa yang disebut kemajuan ilmu pengetahuan tersimpan paradoks yang patut kita cemaskan. Dan, seringkali, paradoks itu baru muncul setelah kita menggunakan pengetahuan itu secara praktis dalam waktu yang lama. (foto ilustrasi: medicalnewstoday.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler