x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Apakah Kita Kelompok Divergen?

Kita dapat mengasah kemampuan melahirkan beragam gagasan, memikirkan cara-cara yang berlainan, serta merumuskan ide yang tak terpikirkan oleh banyak orang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Divergent thinking is almost always seen as a gift rather than an acquired and developed skill. But this is far from the truth."

--Dan Rothstein

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seandainya jadi pohon, Anda ingin menjadi pohon apa? Apa yang ingin Anda lakukan seandainya menjadi pohon itu? Pertanyaan ini tidak sukar, tapi jawabannya dapat menunjukkan sejauh mana kemampuan Anda berimajinasi—membayangkan hal-hal yang bukan diri Anda seperti selama ini. Sejauh mana Anda mengembara di dunia imajinatif, melalui jalan-jalan mana saja, dan bagaimana serunya pengembaraan Anda dapat terlihat dari jawaban Anda atas pertanyaan sederhana itu.

Jalan-jalan imajinatif itu dapat menjadi nyata ketika kita mengubahnya menjadi tindakan, bukan lagi sekedar gagasan atau angan-angan. Kendati begitu, kemampuan berimajinasi tadi menunjukkan kemampuan kita dalam menghasilkan bermacam gagasan, solusi, ataupun pilihan-pilihan. Inilah kemampuan yang lazim disebut kefasihan (fluency) dalam menelurkan beragam gagasan.

Bila dihadapkan pada satu tantangan, apakah kita hanya mampu menawarkan satu gagasan atau lebih? Umpamanya begini, sebagai konsultan Anda diminta klien mencarikan jalan keluar atas persoalan mereka, apakah Anda hanya menyodorkan satu pilihan? Satu pilihan atau beragam pilihan, dengan konsekuensi masing-masing, menunjukkan seluas apa horison pemikiran Anda, sejauh mana kemampuan imajinasi Anda.

Sebuah persoalan atau tantangan mungkin dapat dipecahkan dengan berbagai cara. Apakah Anda terbiasa untuk memikirkan satu cara saja atau sejumlah cara yang berlainan. Bila Anda membayangkan beberapa cara yang mungkin dilakukan, apa saja cara itu dan bagaimana keandalannya.

Sebagian orang mungkin malas memikirkan dua atau tiga cara untuk menyelesaikan satu tantangan, namun orang yang mengerti manfaat memikirkan dua atau tiga cara akan lebih siap bila satu cara tidak berhasil. Ini juga menunjukkan bahwa orang tersebut lebih fleksibel dalam memilih cara yang tepat, bergantung kepada situasi yang ia sedang hadapi. Keluwesan (flexibility) adalah unsur penting dari kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah-ubah.

Anda mungkin pernah disodori teka-teki sembilan titik. Dalam teka-teki yang diperkenalkan pertama kali oleh matematikawan Inggris Henry Ernest Dudeney ini, Anda diminta menghubungkan kesembilan titik itu dengan menarik garis lurus dalam sekali jalan. Jika Anda memakai cara berpikir yang lazim, Anda akan menemui kesulitan.

Contoh lain: ketika Anda diminta untuk menjawab cepat pernyataan ‘Sebutkan satu alat transportasi’, yang langsung terucap niscaya ‘mobil’. Mengapa Anda tidak menjawab unta atau skateboard? Kemungkinannya: yang langsung terlintas di benak adalah mobil dan tidak terpikir tentang unta, atau otak kita menyensor skateboard karena dianggap tidak lazim. Skateboard setidaknya dapat dipakai sebagai sarana transportasi di dalam kampus atau perusahaan.

Otak kita sesungguhnya punya kemampuan untuk memikirkan hal-hal yang berbeda, bahkan sesuatu yang tampak aneh dan janggal. Jika kita tidak menghalanginya, kita mampu menghasilkan gagasan yang kebanyakan orang tidak mempertimbangkannya. Ketika komputer mulai banyak dipakai, saya rasa hanya sangat sedikit orang yang berimajinasi ‘apa yang terjadi bila beberapa komputer saling bercakap-cakap’—inilah gagasan imajinatif yang mengawali local area network (LAN) dan kemudian internet.

Untuk mampu menghasilkan gagasan yang kebanyakan orang tidak memikirkannya diperlukan keberanian, dan keberanian ini mula-mula mesti ditegakkan dalam cara kita berpikir: berani memilih sudut pandang yang berbeda, berani memikirkan beraneka gagasan dan cara, dan berani mengujinya.

Okeh, andaikan kita punya semua keberanian itu, apakah kita termasuk kelompok divergen seperti yang diimajinasikan oleh Veronica Roth dalam karya fiksinya? (sumber ilustrasi: youtube) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler