x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Dunia Berubah?

Memahami sumber-sumber perubahan global membantu kita mendapatkan kembali kendali atas masa depan umat manusia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“If we don’t succeed, we run the risk of failure.”

--Albert Gore (1948-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita semua menyadari bahwa dunia terus berubah, bahkan perubahan berlangsung cepat dan mendalam sehingga kerap membuat kita terkaget-kaget. Albert Gore, mantan wakil presiden di pemerintahan Bill Clinton, memakai istilah yang terkesan hiperbolis: new period of hyperchange. Soalnya ialah apa penyebab perubahan ini—pertanyaan ini terkait dengan masa depan manusia, tema yang dibahas Al Gore dalam bukunya The Future.

Globalisasi menjadi frasa yang sukar dihindari oleh siapapun yang berusaha menjelaskan perubahan, termasuk Al Gore. Di mata penganjur isu-isu lingkungan ini, entitas ekonomi di seluruh dunia telah terkoneksi dan membentuk pola-pola hubungan baru yang belum pernah ada. Gejolak nilai mata uang yuan menebarkan pengaruh ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Gore memakai istilah Earth Inc. yang menggambarkan seolah-olah dunia ini merupakan satu kesatuan bisnis. Jika satu bagian mengalami gangguan, bagian lainnya merasakan dampaknya.

Globalisasi bukan hanya menyangkut ekonomi dan bisnis, tapi juga pikiran. Gore menyebut penggeraka perubahan ini sebagai global mind—mungkin ia terinspirasi oleh penulis fiksi sains H.G. Wells dengan ‘world brain’nya. Global mind yang bersifat virtual ini tercipta oleh kehadiran internet dan teknologi lainnya, yang menghubungkan pikiran dan perasaan milyaran orang serta menghubungkannya dengan mesin-mesin cerdas, robot, sensor, maupun database. Gore berharap global mind dapat mengimbangi proses demokrasi tradisional karena membuka peluang partisipasi yang lebih luas. Petisi online termasuk di dalamnya.

Perubahan global, menurut Gore, juga dipengaruhi oleh aktor-aktor swasta—mereka pemain yang tidak bisa diabaikan karena memiliki sumber daya luar biasa. Korporasi multinasional bekerja melampaui negara kebangsaan. Kekuatan korporasi diperkirakan melampaui separo dari 100 ekonomi terbesar di dunia. Secara tradisional, negara memang dipegang oleh institusi yang sudah lama dikenal, tapi kekuasaan nyata dipegang oleh korporasi. Mengaitkannya dengan situasi mutakhir, korporasi dan sedikit individu (kelompok elite 1%) memiliki kekayaan berlimpah, sementara negara berusaha memperoleh bagian dari kekayaan itu dengan menagih pembayaran pajak.

Pertumbuhan yang amat cepat dan melampaui batas-batas alamiahnya atau outgrowth turut mendorong perubahan global. Kota-kota baru bertumbuh, pusat-pusat ekonomi baru tercipta—semua ini meningkatkan konsumsi, aliran polusi, penurunan sumber daya strategis seperti air bersih, lapisan tanah, maupun spesies hewan dan tanaman. Secara perlahan, dampaknya mulai terlihat.

Kemajuan bioteknologi, ilmu saraf (neuroscience), serta revolusi ilmu-ilmu hayati telah mentransformasi secara radikal bidang-bidang kedokteran, pertanian, ilmu-ilmu molekuler. Namun, kata Gore, yang disebut ‘kemajuan’ ini mulai mengubah ‘being’ manusia. Bagaimana masa depan umat manusia dihadapkan pada tantangan perubahan ini?

Perubahan global juga terjadi karena hubungan antara manusia dan alam mengalami perubahan. Krisis iklim merupakan manifestasi dari kerusakan dan kekacauan dalam hubungan antara manusia dan ekosistem. Alih-alih berusaha hidup serasi dengan alam, manusia justru dalam posisi mendominasi. Lihatlah, es di kutub mulai mencair, suhu permukaan bumi semakin meningkat, banjir semakin sukar dielakkan, kualitas air dan udara semakin buruk, beragam penyakit dengan cepat menyebar ke seantero dunia.

Memahami apa yang menggerakan perubahan global, kata Gore, merupakan jalan untuk menemukan kembali kendali atas masa depan umat manusia. Tanpa pemahaman atas sumber-sumber perubahan ini, kita akan sukar menentukan pilihan jalan mana yang harus ditempuh. (sumber foto ilustrasi: climate.nasa.gov) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler