x

Iklan

Fathur Rozi

Selain aktif di SPORTS EVENT, saya ingin Berbagi Inspirasi & Solusi kepada sesama melalui WWW.SILATURAHIM.CO.ID untuk masa depan yang lebih baik.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kekuatan Bahasa Cinta

Bahasa cinta memiliki pengaruh penting dalam kehidupan berumah-tangga dan bisa menciptakan hubungan yang harmonis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Komunikasi dalam kehidupan rumah-tangga hendaknya memakai bahasa cinta.  Baik-tidaknya komunikasi yang terjadi akan mempengaruhi hubungan antara anggota rumah-tangga dan suasana  yang terjadi sehari-hari. Cerita berikut akan menjelaskan pentingnya komukasi yang baik.

Seorang yang arif mengadakan percakapan dengan tiga orang ibu. Percakapannya sekitar peristiwa di pagi hari yang biasa terjadi dalam rumah tangga. Orang arif berkata, “Misalkan, suatu pagi ketika anda sedang menyiapkan roti bakar untuk suami anda, tiba-tiba telepon berdering, anak anda menangis, dan roti bakar jadi hangus. Lalu suami anda berkomentar: ‘Kapan kamu akan membakar roti tanpa menghanguskannya?’ Kira-kira, bagaimana rekasi anda?”

Ibu pertama menjawab, “Langsung saya lemparkan roti itu ke mukanya.” Ekspresinya sangat jelas, penuh kekesalan. Ibu kedua bilang, “Saya akan katakan padanya, bangun dan bakar sendiri rotinya.” Sedang ibu ketiga mengatakan, “Saya rasa saya akan menangis.”

“Baiklah, lalu bagaimana perasaan anda terhadap suami anda?” kata sang arif. Ketiga ibu itu menyampaikan perasaanya. Ada yang menjawab “marah,” ada yang menjawab, “saya benci dia,” dan ada yang menganggap komentar suaminya itu membuat dirinya merasa teraniaya. Orang arif itu melanjutkan pertanyaanya, “Mudahkan bagi anda untuk menyiapkan roti bakar lagi pagi itu?” Semua ibu itu menjawab, “Tentu saja tidak.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Lalu apa yang terjadi kemudian? Setelah suami anda pergi bekerja, mudahkan bagi anda untuk membereskan rumah dan belanja kebutuhan sehari-hari dengan mudah?” tanya sang arif. Salah seorang dari ibu itu menjawab, “Tidak. Saya akan merasa sumpek sekali sepanjang hari.” Yang lain berkomentar, “Saya tak akan membeli apa pun untuk keperluan rumah hari itu.”

“Sekarang  bayangkan situasinya berbeda. Katakanlah roti itu memang hangus. Tapi suami anda mengatakan, “Tampaknya pagi ini kamu lelah ya … Telepon berdering, anak menangis, dan roti hangus.” Kira-kira apa reaksi anda?” kata sang arif.

Ibu pertama mengungkapkan, “Saya akan merasa bahagia.” Ibu kedua berkata, “Saya tidak percaya bahwa yang bisara itu adalah suami saya.” Sedang ibu yang ketiga menjawab, “Saya senang dan saya pikir saya akan memeluknya.”

“Mengapa anda gembira? Bukankah anak tetap menangis, telepon berdering dan roti sudah  hangus? tanya sang arif. “Saya tidak peduli dengan semua itu,” kata salah seorang ibu dan disetujui oleh yang lainnya.

“Apa yang berbeda disini?” desak sang arif. “Saya merasa bahwa suami saya baik sekali, karena tidak menyalahkan saya, melainkan memahami perasaan saya. Dia berpihak kepada saya, bukan memusuhi saya,” kata ibu-ibu itu.

“Jika suami anda berangkat kerja” sang arif berhenti sambil memandang ketiga ibu itu, “akan mudahkah bagi anda untuk melakukan tugas-tugas rumahtangga?” Seorang menjawab dengan cepat, “Saya akan melaksanakan tugas-tugas saya dengan senang hati.”

“Baiklah. Sekarang mari kita bicara tentang suami tipe ketiga. Setelah roti itu hangus, ia memandang istrinya sambil mengatakan, “Sini, saya ajari kamu cara membakar roti.”

Ketiga ibu itu memberikan jawaban yang mirip, “Tidak. Suami semacam itu lebih buruk lagi dari yang pertama, sebab ia menganggap saya bodoh.”

Jelaslah bahwa bahasa yang digunakan dalam komunikasi suami istri sangat berpengaruh. Bila penuh pengertian dan empati, maka akan menghasilkan tanggapan yang penuh dengan kebaikan. Selain itu, pasangan akan merasakan kebahagiaan sepanjang hari. Sayangnya, banyak pasangan suami istri yang tidak peduli dengan cara komunikasi yang baik. Apalagi kalau usia perkawinannya sudah agak lama. Padahal cara berkomunikasi akan menentukan semakin erat atau renggangnya suatu ikatan perkawinan.

Komunikasi yang baik bisa terjadi kalau memenuhi tiga syarat: ada rasa percaya, bisa mamahami situasi dan perasaan pasangan, dan bisa menjelasakan pemikiran dengan baik. Setiap orang butuh untuk dicintai dengan cara istimewa mereka sendiri. Kunci untuk memasukkan cinta itu adalah memahami dan berbicara dalam bahasa cinta orang tsb.

Ayo belajar bahasa cinta berikut ini,

Satu kata: “Tolong!”

Dua kata: “Terima kasih!”

Tiga kata: “Aku cinta padamu”

Empat kata: “Apa yang bisa kubantu?”

 

Referensi, Nasihat Al-Quran untuk Suami Istri, Bambang Q-Anees, Mizania, Bandung, Juni 2014.

Ikuti tulisan menarik Fathur Rozi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu