x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Kuasa Mengubah Watak

Kekuasaan dan wewenang mampu mengubah karakter seseorang atau memperkuatnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Banyak orang yang luar biasa gembira ketika diangkat menjadi pejabat publik tertentu—malah ada yang sujud syukur seakan memperoleh rezeki yang runtuh dari langit. Ada pula orang yang baru saja dilantik jadi bupati, tidak sampai setengah jam kemudian mengatakan siap dicalonkan jadi gubernur. Sangat sedikit orang yang merasa mendapat musibah dan ujian ketika terpilih jadi pejabat publik.

Baru-baru ini, ada pula pejabat publik yang mengenakan busana menggelikan sebagai pakaian formal pejabat. Sebagian orang rupanya bingung bagaimana mesti bersikap sebagai pejabat publik—apakah betul-betul berperan layaknya pelayan masyarakat atau sebaiknya bersikap bagaikan ambtenaar di zaman kolonial.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagian orang terlihat kaget ketika harus berkantor, memimpin rapat dan upacara, padahal sebelumnya lebih asyik berjingkrak-jingkrak di panggung atau bermain sinetron. Tapi itulah yang terjadi ketika warga tak peduli seperti apa figur yang ia pilih, yang penting populer. Maka, lahirnya rupa-rupa perilaku pejabat kita.

Pertama, ada orang yang ‘mendadak pejabat’ (meminjam judul film jadul ‘Mendadak Dangdut’). Karena sebelumnya tidak pernah menempati jabatan publik, orang ini mengalami demam ketika tiba-tiba menjadi orang nomor satu di instansi tertentu, apakah jadi gubernur, ketua DPRD, atau jadi bupati dan walikota (pemilu bebas menyediakan lahan bagi orang-orang ini). Ada yang bingung, nervous, ada pula yang menikmati posisi baru sebagai orang nomor satu—misalnya, permintaan pertama: renovasi ruang kerja, sopir buat isteri dan anak.

Kedua, ada orang yang baru ‘berbunyi’ setelah memperoleh wewenang formal. Sebelumnya, ia lebih banyak diam. Begitu jabatannya naik, taringnya mulai sering kelihatan. Ia lantas berlagak bak ambtenaar di zaman kolonial. Ia mengandalkan betul wewenang yang melekat pada jabatannya untuk membangun kewibawaan atau menakut-nakuti orang lain (Kata penyair Ralph Waldo Emerson: “Keyakinan yang bersandar pada otoritas bukanlah keyakinan”).

Ketiga, (tapi) tidak semua orang yang sudah diberi wewenang sekalipun mampu menggunakan wewenang untuk menjalankan tugasnya. Ia tipe ragu-ragu, gamang, atau mencari jalan yang aman sehingga wewenang yang sudah di tangannya pun menjadi tumpul alias tidak efektif. Keputusan yang ditunggu orang banyak tidak kunjung keluar. “Kami sedang memikirkan jalan keluarnya,” alasan ini sering terlontar, sementara kereta sudah berjalan terlalu jauh.

Keempat, ada pula pejabat yang mengerti betul kekuatan yang tersimpan di dalam wewenang yang dititipkan pada jabatannya. Ia menggunakan wewenang ini dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan orang banyak. Ia tidak takut walau mesti menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Ia berani membuat terobosan dan mengambil risiko yang telah diperhitungkan. Tapi ia juga jadi sasaran orang-orang yang terusik oleh kebijakannya.

Kelima, tak kurang banyak ialah pejabat yang juga mengerti betul kekuatan yang menyertai wewenangnya sehingga ia tak segan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mumpung punya wewenang, bla ... bla ... bla. Ia akan memanfaatkan wewenang sesuka hatinya—ibaratnya, mereka sudah dapat nasi sepiring, eh maunya sebakul. (Kata Lao Tse: “Rakyat kebanyakan lapar, sebab mereka yang punya wewenang memakan pajak terlampau banyak.”)

Mungkin Anda melihat jenis perilaku lain dalam penggunaan wewenang oleh pejabat publik—yang lama maupun yang baru, yang sudah terbiasa jadi pejabat maupun yang mendadak jadi pejabat, yang semula anak pejabat lalu naik pangkat jadi pejabat. Barangkali ada yang luput dari pengamatan saya. (foto ilustrasi: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu