x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Partai Takut Calon Independen?

Panitia Kerja DPR sepakat memperberat syarat dukungan bagi calon independen dalam pilkada. Mengapa partai politik begitu takut?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"It is more important to be a personality than a person who is in a political party."
--Milos Zeman (Negarawan Ceko, 1944-..)

 

Sungguh mengherankan, DPR begitu bersemangat memperberat syarat pencalonan peserta pilkada melalui jalur independen. Dalam undang-undang yang berlaku selama ini, calon independen dipersyaratkan harus didukung minimal 6,5 persen dari jumlah penduduk. Sekarang, Panitia Kerja DPR bersepakat untuk meningkatkan jumlah dukungan itu menjadi minimal 10 persen atau antara 11,5 hingga 15 persen dari jumlah penduduk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak ada alasan rasional yang dapat dipertanggungjawabkan di balik kesepakatan tersebut kecuali dimaksudkan untuk memperberat langkah calon-calon independen. Tindakan memperberat syarat dukungan ini sama saja dengan menciptakan 'rintangan untuk masuk gelanggang kompetisi' atau kalau dalam bisnis tindakan ini sama halnya dengan upaya para kartel yang bersekongkol membangun 'barrier to entry' bagi pebisnis baru ke suatu industri.

Kesepakatan ini memperlihatkan dengan jelas kecemasan partai-partai politik terhadap kemungkinan calon independen memenangkan suara rakyat dalam pilkada. Di tengah banyaknya kader partai yang dibui, kepercayaan masyarakat terhadap partai niscaya semakin menurun dan peluang bagi calon independen bertambah besar. Kesepakatan tersebut juga menunjukkan bahwa anggota DPR lebih merupakan ‘petugas partai’ ketimbang wakil rakyat seperti nama yang disandang institusinya.

Di Jakarta ada Basuki Tjahaja Purnama, yang meskipun digoyang dengan berbagai isu tapi sejauh ini masih didukung masyarakat melebihi nama-nama yang berminat mencalonkan diri. Di Jogyakarta ada Garin Nugroho, sutradara film yang berpeluang untuk meraih dukungan masyarakat, yang kelihatannya ingin dipimpin walikota budayawan.

Sangat mungkin di tempat-tempat lain, baik di jenjang provinsi maupun kabupaten dan kota, juga akan muncul calon-calon independen. Masyarakat ingin memperoleh alternatif di luar calon-calon yang diusung oleh partai politik. Bagi partai, calon-calon independen ini tak ubahnya ancaman yang berpotensi besar menyingkirkan calon-calon mereka.

Masyarakat menginginkan calon-calon pemimpin yang berintegritas dan memiliki visi masa depan yang jelas, berkompeten dan menguasai persoalan daerahnya, serta mau bekerja keras untuk mewujudkan visi-misinya. Masyarakat sudah mulai bosan dengan calon-calon dari partai yang hanya mengandalkan popularitas dengan integritas yang kemudian rontok di tengah jalan. Masyarakat bosan dengan figur-figur populer yang ‘mendadak jadi pejabat’ lalu berlagak seperti ambtenaar.

Zaman sudah berubah dan rakyat mengendaki perubahan konkret menuju perbaikan. Alih-alih memperberat persyaratan bagi calon independen, partai-partai politik semestinya mengevaluasi diri dan merenungkan pertanyaan ini: “Mengapa rakyat menghendaki kehadiran calon-calon independen dalam pilkada? Apakah calon-calon dari partai kurang menarik?”

Semestinya pula, penolakan masyarakat terhadap kenaikan syarat dukungan itu juga menjadi bahan introspeksi partai politik dengan cara berusaha menemukan calon-calon berintegritas, berkompeten, punya karakter kepemimpinan yang kuat, dan tidak punya kecenderungan untuk korup—pendeknya calon dengan kualitas yang dibutuhkan masyarakat untuk membawa mereka ke arah yang lebih baik. Bukan calon yang sangat populer, atau tidak populer tapi punya uang.

Bola selanjutnya berada di kaki pemerintah, apakah setuju terhadap rencana perubahan persyaratan dukungan tersebut atau bertahan kepada yang berlaku selama ini. Keinginan masyarakat sudah jelas: jangan memperberat syarat bagi pencalonan warga melalui jalur independen—bukan hanya syarat dukungan, tapi juga syarat-syarat lainnya.

Tunjukkan bahwa partai politik tidak takut dan tidak perlu mencemaskan calon-calon independen yang diusung masyarakat. Tunjukkan bahwa elite politik memikirkan kepentingan rakyat melebihi kepentingan pribadi dan kelompoknya sendiri. (foto: tempo) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB