x

Iklan

Fathur Rozi

Selain aktif di SPORTS EVENT, saya ingin Berbagi Inspirasi & Solusi kepada sesama melalui WWW.SILATURAHIM.CO.ID untuk masa depan yang lebih baik.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Memilih Setia atau Selingkuh?

Kesetiaan kepada pasangan belum menjadi jaminan untuk tidak melakukan perselingkuhan. Mengapa bisa demikian? Siapa faktor utama penyebabnya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pernah dengar lelucon ini? “Di sebelah lelaki sukses ada seorang wanita yang mendampinginya dan wanita itu adalah istrinya. Di sebelah lelaki gagal juga ada seorang wanita yang mendampinginya, tapi wanita itu bukan istrinya.”

Lelucon tersebut menggambarkan, betapa selingkuh bisa menghancurkan karir, bisa menghancurkan apa yang telah dibangun dengan susah payah. Sejatinya, selingkuh bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Orang yang berpendidikan rendah maupun berpendidikan tinggi. Dari kalangan rakyat biasa sampai pejabat tak luput dari perbuatan selingkuh. Bahkan sampai presiden suatu negara pun mengalaminya. Fenomena ini terjadi secara luas di seluruh dunia.

Salah satu tempat yang menjadi awal terjadinya perselingkuhan adalah tempat kerja, seperti kantor, hotel, restoran, toko dan lainnya. Seringnya terjadi pertemuan dan kedekatan hubungan, bisa menumbuhkan “hubungan terlarang” ini. Banyak pasangan yang sudah menikah tega mencederai kesetiaan dan menghancurkan hubungannya karena terjebak perselingkuhan di tempat kerja. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang Jawa bilang, “witing tresno jalaran saka kulino.” Kira-kira artinya, cinta bisa tumbuh karena seringnya bertemu. Ragna Beer, seorang psikolog Jerman melakukan survey terhadap 2.600 pria dan wanita yang pernah selingkuh dan diselingkuhi. Ternyata 80% dari mereka sebenarnya masih mencintai pasangannya. Lalu kalau masih mencintai, kenapa selingkuh? Jawabannya adalah adanya peluang, tak tahan godaan, butuh tantangan, dan stress berlebihan di tempat kerja.

Jadi, kesetiaan belum menjadi jaminan untuk tak selingkuh. Mesti berhati-hati dalam pergaulan dengan lawan jenis. Boleh jadi istri di rumah lebih cantik. Boleh jadi suami lebih tampan. Tapi setan adalah perias wajah yang hebat. Ia dengan mudah memoles wajah rekan kerja seolah-olah lebih dari pasangan kita.

Karenanya antisipasi menjadi suatu keharusan, seperti:

  1. Cara berpakaian. Gaya berpakaian pada wanita khususnya turut ambil bagian dalam urusan perselingkuhan. Pakaian yang menutup aurat hendaknya lebih diperhatikan.
  2. Teman dekat dan curhat. Sebaiknya dihindari menjadikan rekan kerja lawan jenis sebagai teman dekat dan tempat curhat. Benih-benih perselingkuhan bisa berasal dari sini.
  3. Pergi berduaan. Sebisa mungkin tidak pergi berduaan dengan rekan lawan jenis, baik untuk urusan makan, belanja dan lainnya.
  4. Rayuan. Mesti menghindari memulai pujian yang mengarah pada rayuan, baik yang sengaja maupun yang sifatnya candaan.

Perselingkuhan pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan dan bahkan bencana. Harga diri dan wibawa akan runtuh baik di mata pasangan, keluarga dan masyarakat. Karir dan jabatan bisa hancur. Bila seorang pejabat atau kepala negara yang melakukan, maka negara pun bisa menjadi salah urus.

Semestinyalah kita selalu berusaha memperkuat ikatan tali cinta atau tali perkawinan dengan pasangan kita. Menjalankan apa yang diperintahkan  dan menjauhi apa yang dilarang oleh agama adalah jalan yang terbaik. Dengan begitu harapan memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah bisa tercapai.

Referensi, Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk, Ahmad Rifa’i Rif’an, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, Maret 2015.

Ikuti tulisan menarik Fathur Rozi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler