x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mencari Terobosan dengan Makan Bersama

Hingga kini, acara makan bersama tetap ampuh untuk melancarkan komunikasi, bahkan menciptakan gagasan baru nan segar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Why does anybody want to be famous? You know what’s important to me? Having lunch! Pasta! Seeing my friends! Is that so crazy?”

--Sherry Stringfield (Aktris, 1967-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keampuhan meja makan sebagai alat diplomasi sudah lama dikenal. Perjamuan makan sering memudahkan tuan rumah dan tamunya mencapai kesepakatan-kesepakatan. Sembari menyantap hidangan lezat, konflik dapat diakhiri dengan bersulang. Perjanjian disepakati karena suasana riang yang tercipta oleh hidangan lezat yang disajikan.

Hingga kini, keampuhan makan bersama belum sirna—praktiknya berjalan bukan saja terkait urusan kenegaraan, tapi juga bisnis. Pilihan tempat makanan dan kualitas hidangan yang disajikan menjadi ukuran sejauh mana tuan rumah menghargai tamunya. Dan ini dapat memengaruhi lancar-tidaknya tercapainya kesepakatan.

Di dalam internal perusahaan pun begitu. Makan bersama antar personel bagian-bagian yang berbeda akan membuka peluang bagi saling memahami tugas masing-masing, meningkatkan sinergi antar bagian, bahkan membuat terobosan bersama.

Kita tahu, kerjasama antar bagian dalam organisasi perusahaan seringkali terhambat oleh sekat-sekat yang dibangun sendiri. Pembagian fungsionalitas yang ketat merupakan salah satu sekatnya. ‘Semangat korps’ yang tinggi, yang ditanamkan oleh para manajer kepada staf di bagian yang ia pimpin, dikeluhkan sebagai lebih banyak memberi mudharat ketimbang manfaat. Ada pula sekat lain berupa formalitas bernama ‘rapat’ sebagai satu-satunya tempat pengambilan keputusan.

Sekat-sekat itu seyogyanya dirobohkan. Mengapa? Agar komunikasi antar bagian berjalan lebih lancar. Silo-silo fungsional yang semula menjulang sudah waktunya ditundukkan. Koneksi di antara orang-orang yang berasal dari bagian yang berlainan dapat terjalin lebih erat. Tapi ini mungkin lebih mudah untuk dikatakan ketimbang dijalankan.

David Thompson, seorang social media strategist, menemukan salah satu jawaban atas persoalan itu. Bersama Christopher Tan, ia mengembangkan aplikasi berbasis web yang berusaha ‘menembus’ sekat-sekat tersebut. Kedua orang ini, yang kesal terhadap rintangan organisasi yang lazim dijumpai di manapun, berusaha mempertemukan orang-orang dari bagian atau departemen yang berlainan melalui acara ‘makan siang’ bersama. Meskipun caranya agak berbeda, disesuaikan dengan kemajuan teknologi, tapi intinya tetap serupa dengan perjamuan di masa lampau: menemukan kesepakatan melalui acara santap bersama.

Acara makan siang bersama itu ‘diatur’ oleh aplikasi berbasis web yang mereka bikin, yang dinamai Lunch Roulette. Orang-orang dari departemen yang berbeda terlebih dulu mengisi formulir online tentang kapan mereka punya waktu untuk makan siang bersama. Lunch Roulette akan mencocokkan waktu yang mereka pilih. Bila yang memilih waktu yang sama jumlahnya banyak, maka ‘pasangan’ makan siang tersebut dipilih lagi secara acak. Aplikasi akan mengirim ‘hasil perputaran roulette’ ini dan mengirimkan email ke inbox peserta. Yang dimaksud pasangan bisa saja tim yang masing-masing terdiri atas 2-3 orang.

Setelah itu? Yah, tinggal datang ke kafetaria perusahaan dengan pikiran terbuka dan bersiap untuk percakapan yang tidak terduga, bahkan membangun jejaring dengan orang yang tidak terduga. Dalam uji coba yang sempat dilakukan, Thompson mendapati bahwa Lunch Roulette membuka jalan bagi terbentuknya jejaring di antara orang-orang yang selama ini tidak terbayangkan. Misalnya, orang SDM makan siang bersama orang pemasaran: apa kira-kira yang dapat mereka bicarakan bersama? Pelatihan digital marketing?Usulan perubahan kriteria penilaian bagi para pemasar?

Koneksi-koneksi yang dibangun secara informal ini ternyata mampu mendorong komunikasi berikutnya lebih intensif. Orang-orang yang berpartisipasi dalam roulette menemukan gagasan segar dan mengejutkan. Mereka yang semula tak pernah bertatap muka kini dapat saling belajar, memahami apa yang dibutuhkan, mengerti apa yang bisa dikerjakan untuk saling membantu, dan banyak lagi. Intinya: koneksi berharga mulai terbentuk.

Dengan memanfaatkan Lunch Roulette, peluang-peluang bagi brainstorming lintas organisasi menjadi lebih terbuka dan lebih mudah dijalankan tanpa harus menunggu mekanisme formal yang berjenjang. Manfaat dapat segera dirasakan ketika orang-orang dari departemen riset yang bertemu langsung dengan orang penjualan, orang bagian produksi makan siang bersama dengan orang keuangan. Penghalang berupa silo-silo fungsional dapat dirobohkan dan saling pengertian tentang apa yang dibutuhkan oleh masing-masing bagian bisa terbentuk. Kolaborasi dalam organisasi perusahaan pun semakin erat. (foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler