x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Misteri Kematian Shakespeare

Kematian penulis Shakespeare masih menyisakan misteri: karena tipus, sipilis, atau sebab lain?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Kata-kata itu mudah, bagai angin; keyakinan itu, kawan, sukar ditemukan.”

--William Shakespeare (1564-1616)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hingga 400 tahun setelah penguburannya, 25 April 1616, kematian William Shakespeare masih menyisakan teka-teki: “Apa penyebab kematian pengarang yang namanya tetap dikenal berabad-abad kemudian, puisinya masih dibaca jutaan orang, dan dramanya tak henti-henti dipentaskan ini?” Shakespeare meninggal dua hari sebelum dikuburkan atau bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke-52. Sungguh ironis, tapi itulah misteri kematian.

Penyebab kematian Shakespeare masih dibicarakan hingga hari ini sebab ada banyak dugaan. Dalam catatan John Ward, padri yang mengurus penguburan Shakespeare, tertera bahwa setelah melewatkan malam dengan bermabuk-mabukan bersama Michael Drayton dan Ben Jonson, Shakespeare jatuh sakit dan demam hebat hingga meninggal. Ada pula yang menyebut bahwa demam itu disebabkan oleh tipus dan Shakespeare mengalami perdarahan.

Sumber lain yang tengah dipelajari, yakni surat wasiat Shakespeare. Pada Januari 1616, pengarang ini diketahui mengubah wasiatnya. Beberapa minggu menjelang kematiannya, Shakespeare mengubah lagi wasiatnya. Ada petunjuk, kata para sarjana, bahwa pengarang ini menyadari keadaan kesehatannya yang terus menurun, dan ia ingin mengamankan masa depan finansial keluarganya. Namun tak ada catatan pasti yang menunjukkan Shakespeare mengalami sakit tertentu.

Pengkaji Shakespeare lainnya tertarik untuk memahami penulis ini dari karya-karyanya. Penggambaran karakter-karakter dalam dramanya dianggap sedikit banyak terpengaruh oleh karakter dirinya. Macbeth sering digambarkan sebagai sosok pemabuk. Dalam Othello, alkohol jadi bagian penting cerita.

Apakah Shakespeare seorang pemabuk? Seorang penngkaji mengingatkan untuk tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan tentang hal itu. Menurut pengkaji ini, sebelum teh datang ke Eropa, Inggris khususnya, pada abad ke-18, masyarakat terbiasa setiap hari mabuk, sebab satu-satunya cara yang andal untuk mendapatkan air minum yang bersih dari bakteri adalah melalui fermentasi. Jadi, setiap minuman mengandung alkohol, dengan kata lain perilaku Shakespeare adalah bagian dari kebiasaan masyarakat masa itu.

Ada pula rumor bahwa Shakespeare menyerah kepada sipilis di akhir hidupnya. Buktinya minim dan merujuk kepada drama Raja Lear, yang akhirnya hidup menggelandang. Dalam karyanya yang lain, The Tempest, Shakespeare menciptakan tokoh utama yang mellow. Apabila kita boleh menafsirkan peran ini sebagai potret diri penulisnya, kata seorang pengkaji, keadaan ini dianggap sangat cocok dengan diagnosis sipilis.

Kendati begitu, tak serta merta kesimpulan itu diterima. Pendapat lain, yang mengutip catatan petugas gereja lainnya, menyebutkan bahwa sipilis sebagai penyebab kematian Shakespeare bukan saja tidak akurat, tapi tidak benar. Ada dugaan bahwa Shakespeare meninggal karena mengidap cacar. Bisa pula, komplikasi antara sakit yang diderita Shakespeare dan kebiasaan minum alkohol yang memperberat penderitaannya.

Belum ada kesimpulan yang final, dan penyebab kematian Shakespeare pun masih misterius. Perlukah 100 tahun lagi untuk memecahkannya? Atau biarkan saja misteri ini abadi dan kita berbicara saja tentang karyanya. (sumber ilustrasi: biography.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB