x

Iklan

Ardan Lutfi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kartini Kendeng, Perjuangan Kartini Sejati

Ini adalah kisah faktual yang bukan untuk jadi tontonan kesenangan sesaat bagi generasi muda, karena aksi perempuan-perempuan petani itu bukanlah untuk per

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

April adalah bulan Kartini. Begitulah, karena setiap tahun, semenjak kita kecil tidak pernah terlewat untuk memperingatinya. Begitu pula untuk bulan ini. Terkait “nuansa” Kartini, pada 11 April, masyarakat disuguhi gala premiere film drama percintaan, Surat Cinta untuk Kartini. Seperti disampaikan sutradara film ini, Azhar Kinoi Lubis, film yang mengangkat cerita fiksi yang menonjolkan sosok RA Kartini ini diharapkan bisa membuat masyarakat merasakan perjuangan besar RA Kartini. Bagi generasi muda, bisa menjadi film yang menyenangkan.

Setelah menonton, mendapat esensi dari apa yang Kartini miliki. Sebuah niatan yang baik tentunya, walaupun itu “hanya cerita fiksi” yang berlatar belakang sejarah faktual tentang perjuangan seorang wanita pada masanya, yang memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan, yang kemudian kita kenal sebagai pejuang atau pahlawan emansipasi wanita. Dialah RA. Kartini.

Film  Surat Cinta untuk Kartini oleh para sineasnya diorientasikan agar generasi muda menjadi senang dan dapat esensi dari film tersebut. Tentunya para penonton sah-sah saja mendapat kesenangan dari cerita-cerita fiksi berbalut romansa semacam ini. Tetapi kita boleh terusik, karena kita ini hidup di dunia nyata. Para generasi muda kita lebih perlu disuguhi kejadian faktual yang nyata, agar kesadarannya tetap membumi di tanah kelahiran yang dicintainya. Namun rasa keterusikan kita langsung terjawab keesokan harinya. Setelah gala primiere yang tayang di kompleks gedung pencakar langit itu, keesokan harinya (Selasa, 12/6), di tengah terik matahari depan Istana Negara, 9 perempuan petani asal Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, mengecor kaki mereka dengan semen pada kotak kayu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Aksi ini mereka lakukan untuk menolak pembangunan pabrik semen di daerahnya. Ini adalah kisah faktual yang bukan untuk jadi tontonan kesenangan sesaat bagi generasi muda, karena aksi perempuan-perempuan petani itu bukanlah untuk pertama kalinya, melainkan akumulasi dari ketersisihan mereka selama ini. Mereka yang rata-rata merupakan ibu-ibu paruh baya ini, menyemen kaki sebagai simbol bahwa mereka terbelenggu oleh pabarik semen di Pegunungan Kendeng. Bila pabrik semen terus berdiri, air akan mongering, lahan-lahan pertanian dengan sendirinya akan rusak, ujung-ujungnya masyarakat dan generasi muda di wilyah itu akan beralih profesi dari petani menjadi kuli di tanah leluhurnya sendiri.

Meskipun Staff Khusus Kepresidenan berjanji akan menyampaikan aspirasi mereka pada Presiden Jokowi, namun sampai saat ini rupanya warga Gunu g Kendeng masih belum mendapat solusi yang konkret. Desakan pun bermunculan, terutama pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang memang berjanji akan menyelesaikan masalah warga Gunung Kendeng tersebut, salah satunya dari Direkrut Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jawa Tengah Ahmad Kemal Firdaus. Dia meminta Ganjar Pranowo untuk langsung turun tangan menyelesaikan masalah agar tidak berkepanjangan dan berbuntut pada konflik sosial.

 “Gubernur sudah berjanji untuk memediasi pendirian pabrik semen di Kendeng, maka beliau harus segera menuntaskan kasus ini, sehingga tidak ada lagi warga yang menyakiti diri mereka seperti yang dilakukan ‘Kartini Kendeng’ agar suara mereka didengarkan,” kata Kemal, Senin (25/4).

Menurutnya, Pemprov Jawa Tengah juga harus duduk bareng dengan aktivis lingkungan dan warga Kendeng untuk membahas masalah ijin amdal yang diduga akan merusak lingkungan dan ekosistem sekitar Gunung Kendeng.

“Izin Amdal ini harus fair, harus melalui kajian tertentu dan tidak bisa sembarangan karena ini menyangkut soal ekosistem dan lingkungan, terutama lahan pertanian. Oleh karena itu lebih baik izin Amdal ini harus ditinjau ulang dengan melibatkan aktivis lingkungan dan warga,” ujarnya.

Ikuti tulisan menarik Ardan Lutfi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler