x

Iklan

Mamah Biak

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sebenarnya, Ada Apa Sih Dengan Cinta?

Kok bisa-bisanya dia menunggu satu lelaki belasan tahun begitu....hih!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelum kita masuk ke inti pembahasan, izinkan saya membahas soal pemilihan judul di atas.

Semula saya kepikiran untuk kasih judul “Surat Terbuka Untuk Cinta” …tapi itu terlalu mojok.

Atau satu kata saja dengan tambahan satu tanda tanya, jadinya “Cinta?” ..tapi judul satu kata itu udah khasnya si catatan yang minggir-minggir.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Atau opsi yang lebih singkat lagi. Jadinya “Cyin?” ..tapi terlalu ngondek.

Akhirnya saya putuskan memakai judul yang sesuai dengan kegelisahan nurani ini. Tapi, tetap ditambah dengan tanda tanya. Kenapa mesti pakai tanda tanya? Karena tanda lahir saya cuma satu dan tanda bintang saya sudah habis dimintain sama abang-abang ojek onlen ..(Yaela).

Pertama saya kudu jelasin bahwa tulisan ini bukan review. Tulisan ini sebenarnya adalah curahan hati dari kegelisahan saya sebagai sebener-benernya perempuan kepada Mbak Cinta di “Ada Apa Dengan Cinta 2?”

Perlu diketahui, saya sangat menikmati “Ada Apa Dengan Cinta (1)?” sayah bahkan nonton film itu sampe dua kali. Buat ukuran anak SMA waktu itu, nonton dua kali adalah hal luar biasa. Itu artinya Nicholas Saputra di film itu berkesan sekali.

Lalu 14 tahun kemudian. Saya bertambah usia, tambah pengalaman, tambah ilmu, dan secara konsisten bertambah berat badan hingga 30 kilogram.

Balik ke topik utama, 14 tahun kemudian tayanglah Ada Apa Dengan Cinta Jilid II. Ceritanya masih berkutat seputar Cinta and the gang, dan romansa Cinta dengan Rangga. Awalnya saya penasaran, akan seperti apa dikemas cerita lanjutan dari film yang pernah jadi fenomena waktu itu?

Sehari setelah Captain America tayang, muka Cinta dan Rangga pun sudah terpampang di layar bioskop. Besoknya jelas, isu, review, dan spoiler bergentayangan di lini masa. Angka satu juta penonton pun tembus!! Capaian yang sangat luar biasa. Sayangnya, begitu tahu ceritanya malah membuat saya tidak tertarik untuk menonton.

Dari lini masa, saya tahu Cinta bimbang dan balikan sama Rangga. Setelah 14 tahun!! 14 Tahun!!! Yaelaaaa pengen banget sayah komen. “Cin…elu tuh kece berat!! Masa iye 14 taon melajang demi satu laki-laki?? Masa iye kalah ama Elly Sugigi?”

Coba dilihat tuh Elly Sugigi, dalam periode yang sama, doi malah udah kawin tiga kali. Elly adalah perempuan yang setrong! Cinta adalah sebaliknya.

Inilah yang membuat saya bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan Cinta?

Cinta di film pertama begitu mempesona. Dia digambarkan sebagai perempuan cerdas, ceria, leadershipnya oke, dan agresif. Kalau benar karakternya seperti ini, kudunya di film jilid II gak begini jadinya.

Nih ya Mbak Cinta, saya kasih tahu. Temen saya, perempuan juga, baru ditinggal gebetan (GEBETAN LOH INI) setahun untuk kuliah di New York, dia bela-belain nabung dan samperin itu gebetannya ke New York di tahun berikutnya. Dia bisa…dia sanggup! Sama-sama New York loh itu.

Meskipun akhirnya dia ditolak sih dan habis itu  lebih sering nyanyi lagu ….”Lumpuhkan lahhh ingatanku…hapuskan tagihannya..” (Maklum 50 persen biaya perjalanan ditunjang kartu kredit dengan skema cicilan. Mak nyoss emang, ditolak sehari, beban cicilan masih ditanggung tiga tahun kemudian).

Tapi kan, seenggaknya, dia gak usah nunggu ratusan purnama kaya mbaknya. Dalam waktu setahun saja nasib cintanya sudah pasti. Ditolak, disakiti, lalu cari laki lain. Mbak Cin, love is a battlefield. Dalam perang, permainan bertahan tidak akan memberi hasil apapun. #tsahhh

Terus pulang dari New York, kawan saya ini malah gak menyerah…kali ini dia memutuskan pergi ke Chicago buat cari jodoh. Dari New York ke Chicago, nyari abang brewok yang siapa tahu jodoh. (Tapi saya curiga dari Chicago entar dia belagak mampir-mampir ke New York juga, cari-cari alasan).

Karena melihat perjuangan temen saya ini, saya jadi merasa Mbak Cinta itu bikin citra perempuan terlalu lemah. Padahal dengan karakter Mbak Cinta di film pertama, kalau memang masalahnya uang, Mbak Cinta kan bisa cari beasiswa untuk mengejar Rangga (kalo emang bener-bener cinta).

14 tahun loh Mbak Cinta. Sinetron Uttaran yang cerita cintanya kompleks begitu dan terdiri dari 1500 episode aja kelar dalam 6 tahun. Lah ini..

Andai kisah cinta Mbak ini diaudit oleh BPK, 14 tahun bisa dianggap sebagai proyek mangkrak. Betapa banyak potential loss dan inefisiensi karena cost perawatan Mbak Cinta semakin membengkak seiring bertambahnya umur.

Kalau di buku akuntansi, Mbak Cinta pasti udah kena amortisasi. Nilai asetnya terus menyusut dan jangkauan pria yang bisa melamar semakin terbatas.

Tapi untung karakter Cinta diperankan oleh Mbak Dian Sastro, yang kecantikannya mengalahkan segala masalah di Indonesia. Coba kalo tokoh Cinta diganti sama Nunung Srimulat, layar lebar pasti jadi berasa sempit. (Gak nyambung emang).

Kaum-kaum perempuan solehah yang senantiasa peduli dengan masalah orang lain juga gak banyak suara kali ini. Meski gambar dan foto Mbak Dian ciuman dengan Nicholas Saputra udah beredar ke mana-mana, gak ada tuh sampe yang minta tabayun ke Mbak Mira Lesmana untuk menjelaskan alasannya. Padahal dulu, waktu Laudya Cinthya Bella “keliatannya” nempel dikit sama Fedi Nuril di poster film aja, ributnya minta ampun…

Sekali lagi, mungkin ini karena diperankan oleh Mbak Dian, yang sesekali di instagramnya promoin dagangan mukena. Pun seandainya Mbak Dian ngaku pernah ikut pesantren kilat, saya mah juga yakin akan ada tivi yang manggil Mbak Dian buat ceramah di kemudian hari…lalu  gelar ustadzah nempel begitu saja. Subhanalloh.

Itulah kehebatan Mbak Dian dan karakter Cinta. Selalu dicintai.

Tapi maaf, kali ini, saya dan beberapa perempuan tetap memilih tidak menonton karena lemahnya usaha dan perjuangan Cinta mengejar cintanya.

Buat saya yang berjiwa Pantura, daripada menunggu 14 tahun seperti Cinta lebih baik goyang dumang seperti Cinta Citata… galau hilang, hati senang.

 

Salam Ngunyah.

 

Ikuti tulisan menarik Mamah Biak lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB