x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Buku Cetak Belum Tergusur e-Book

Penjualan e-book di AS dan Inggris kwartal 1 2016 menurun, dan penjualan buku cetak kembali naik. Kedua produk tengah mencari keseimbangan baru.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Laporan publishersweekly.com Jumat kemarin (6 Mei 2016) tentang penurunan penjualan e-book (buku elektronik) sungguh menarik untuk dicermati. Mengutip laporan kuangan kwartal pertama 2016, penjualan e-book tiga perusahaan terbesar di AS terus menurun.

Dibandingkan kwartal pertama tahun lalu, penjualan e-book HarperCollins turun sebesar 10,9%. Penjualan e-book Houghton Mifflin Harcourt Trade juga turun sebesar 6,8%, sedangkan Simon & Schuster stabil di angka yang sama. Perusahaan keempat, Pearson—yang menguasai 47% saham Penguin Random House— sedang memperbarui laporannya, namun telah melihat penurunan permintaan e-book.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kecenderungan sebaliknya dialami penjualan buku cetak. Dengan mengacu kepada sembilan bulan pertama tahun fiskal (yang berakhir pada 30 Juni), penjualan buku cetak HarperCollins justru meningkat. Hanya saja, tidak disebutkan berapa besar peningkatan penjualan buku cetak tersebut.

Gejala penurunan penjualan e-book juga berlangsung di Inggris. Seperti dilaporkan The Guardian, yang mengutip The Bookseller, penjualan e-book untuk lima penerbit terbesar di United Kingdom secara kolektif turun sebesar 2,4%. Ini merupakan penurunan pertama yang dialami kelima penerbit setelah tahun-tahun sebelumnya penjualan e-book menunjukkan kenaikan.

Kecenderungan penurunan penjualan e-book di AS dan UK itu menunjukkan bahwa buku cetak kembali diminati. Prediksi beberapa tahun lalu bahwa e-book akan melenyapkan buku cetak tampaknya sukar untuk terbukti—setidaknya dalam waktu dekat ini. Kedua produk ini tengah mencari keseimbangan baru, dan niscaya semakin terlihat bahwa e-book akan menjadi pelengkap buku cetak. Hidup berdampingan dalam damai.

Ada alasan teknis yang barangkali melatarbelakangi penurunan penjualan e-book. Pembaca semakin memahami ada keunggulan dan kelemahan pada buku digital, khususnya terkait kenyamanan dan kesehatan saat membaca. Ketika membaca e-book, benda yang kita pegang bukanlah buku seperti pengertian selama ini, melainkan tablet atau book reader yang memancarkan cahaya, bukan memantulkan.

Ada pula alasan lain yang terkesan lebih emosional dan romantis, bahwa memegang buku cetak merupakan pengalaman tersendiri dalam membaca. Tercium aroma khas yang menguar dari kertas dan hasil cetakan, yang menimbulkan sensasi tersendiri bagi pembaca. Kehadiran koleksi fisik buku cetak juga memberi keasyikan tersendiri—menata buku yang usai dibaca, membuat catatan di margin halaman, atau membawanya ke toilet tanpa terlalu khawatir (jika tablet atau book reader yang basah oleh air, seratus judul buku-digital atau lebih bakal tak bisa dibaca).

Sebagian penerbit besar di kedua wilayah tadi memang terlihat masih berusaha memadukan penjualan kedua jenis produk. Sementara, Amazon terlihat makin aktif membuka toko-toko buku baru—fisik, bukan virtual. Sebagai penjual buku online terbesar di dunia, langkah Amazon.com ini memberi isyarat tentang perubahan pasar di industri buku.

Di Indonesia, e-book kelihatannya juga belum memperlihatkan tanda-tanda peningkatan popularitas, meskipun banyak pihak berusaha menyediakan kemudahan untuk mengaksesnya melalui perpustakaan online maupun toko e-book, seperti qbaca. Data yang akurat mengenai industri e-book di Indonesia juga belum tersedia, sehingga tidak mudah untuk menilai kecenderungannya secara pasti.

Betapapun, gejala penurunan penjualan e-book di AS dan UK tadi setidaknya mengirim sinyal yang jelas bahwa buku cetak masih diminati, dan mungkin kembali diminati oleh pembaca yang sudah merasakan pengalaman membaca e-book. (sumber foto ilustrasi: schools.natlib.govt.nz) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler