x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aksi Massa

Massa yang beringas kehilangan nalar sehatnya dan dikuasai oleh kemarahan dan kebencian. Aktor intelektualnya tahu hal ini bisa terjadi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di masyarakat kita, pengerahan massa sudah menjadi bagian dari cara untuk memberi tekanan kepada pihak lain dan memaksakan kehendak. Dengan mengerahkan puluhan orang hingga ratusan orang, aktor intelektual di belakangnya bermaksud memperlihatkan bahwa ‘saya’ atau ‘kami’ punya kekuatan dan Anda harus mengikuti kehendak kami.

Ketika massa menjadi alat kekuasaan seseorang atau sekelompok orang, massa kehilangan ruhnya sebagai himpunan orang yang memiliki tujuan sendiri yang disadari bersama. Massa seperti ini bergerak di jalanan tanpa memahami apa tujuan mulia mereka melakukan aksi. Hanya orang-orang yang berada di baliknya, yang memanfaatkan ‘sekumpulan orang yang amat banyak’, yang tahu persis apa tujuan pengerahan massa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Massa yang menjadi alat telah kehilangan daya nalarnya dalam memahami situasi dan mereka mudah terbawa arus perubahan situasi. Para aktor intelektual mengetahui persis bahwa daya nalar tidak diperlukan dalam pengerahan massa, melainkan kepatuhan untuk mengikuti skenario yang sudah disusun. Daya nalar yang kritis sudah tertutup oleh solidaritas yang tidak lagi dipertanyakan. Tak ada lagi rasa ingin tahu: “Untuk apa kita melakukan aksi ini?”

Aktor intelektual mengetahui persis bahwa sebuah gagasan yang dikemas dalam ruh solidaritas, kehormatan organisasi, ataupun penegakan kebenaran akan dengan mudah ditelan oleh massa. Massa tidak akan mempertanyakan kebenaran gagasan itu lagi. Mereka tidak lagi mengujinya. Menciptakan kesan dikotomis ‘mereka’ dan ‘kita’ memang menjadi alat yang ampuh untuk membangun impresi bahwa ‘mereka menyerang’ dan ‘kita korban’ atau ‘mereka salah’ dan ‘kita benar’.

Massa tidak lagi bertanya apakah yang dikritisi pihak lain adalah kehormatan organisasi atau kenyataan buruk yang dilakukan individu-individu. Kritik pihak lain tidak dianggap sebagai umpan balik untuk mengoreksi diri, melainkan ditafsirkan sebagai serangan terhadap organisasi. Alih-alih pengelola organisasi mensikapi kritik dengan cara yang lebih elegan, mereka malah mengirim massa untuk memberi tekanan balik. Di lain waktu, massa dikerahkan untuk menegaskan klaim kebenaran.

Aktor intelektual selalu tahu bagaimana mempermainkan massa. Mereka tahu bagaimana mengaburkan kebenaran kritik dengan menonjolkan kesan bahwa kritik itu telah mengotori kehormatan organisasi. Dalam situasi seperti ini, massa bukan lagi pengusung dan pendukung ide yang mampu bersikap kritis terhadap sang aktor, melainkan menjadi pengikut yang patuh.

Ketika sentimen organisasi dipantik oleh orasi-orasi yang memabukkan, massa semakin kehilangan daya nalarnya. Mereka berhenti memakai akal sehat dan lebih menyandarkan diri kepada emosionalitas—amarah, rasa benci, kekesalan. Pada titik tertentu, ketika emosionalitas telah menguasai batin massa, massa semakin tidak mampu mengendalikan diri. Mereka mulai mengancam dan melakukan perusakan.

Aktor intelektual dalam suatu aksi massa bukan tidak menyadari bahwa situasi buruk itu sangat berpotensi untuk terjadi. Bahkan, untuk maksud tertentu, pembiaran dilakukan, karena dengan demikian pesan yang ingin disampaikan akan terlihat lebih jelas. Massa yang kehilangan kendali sanggup melakukan apa saja tanpa berpikir panjang. Mereka massa yang keberaniannya terpompa hingga menjadi jauh lebih besar ketimbang keberanian mereka sebagai individu-individu.

Maknanya, keberingasan massa bukan tidak disadari sejak awal ketika aksi turun ke jalan tengah dirancang. Aktor intektual tahu bahwa ketika emosionalitas sudah menutupi akal sehat, apapun dapat terjadi: kekerasan fisik. Mereka boleh jadi memang menghendaki hal itu terjadi. Mereka bermaksud mengirim pesan sejelas-jelasnya betapa mereka tidak menyukai kritik atau menegaskan klaim kebenaran sebagai milik mereka. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB