Lama banget gak datang ke akun ini, bukan karena gak mau memakmurkan blog di sini namun karena lupa passwordnya jadilah nih akun terbengkalai. Lagi buka-buka catatan di buku harian ternyata saya menemukan sebuah kata sandi wiiiih ternyata kata sandi tersebut adalah password Indonesiana, senang jelas. Moga aja setelah ini bisa konsisten kirim tulisan walaupun secuil moga bermakna.
Sesuai judul diatas "Menyusun Batu di Korea Bukan Pekerjaan Iseng" Yuuup bener banget. Mencari batu di Korea jelas sulit banget secara jalan-jalan semua tertutup oleh semen dan aspal, sementara taman sendiri telah dirapihkan hingga tak ada batu apalagi kerikil ditengah jalan. Batu ataupun kerikil hanya bisa kita temui di pinggir sungai, pantai, dihutan ataupun dipegunungan.
Nah jika orang Korea memanjatkan suatu doa dan agar doanya terkabul biasanya mereka bukan cuma pergi kekuil ataupun ke gereja tapi pergi ketempat dimana ada banyak batu yang bisa mereka temui. Batu yang mereka temui akan disusun berundak-undakan mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil sambil mengucapkan keinginan mereka agar terkabul. Jika belum selesai disusun batu telah rubuh maka mereka berfikir bahwa keinginannya pastilah gagal, jadi mereka bakalan coba lagi dengan mengucapkan keinginan yang lainnya.
Jadi jika ke Korea melihat ada tumpukan batu yang berundak-undakan mulai dari yang terbesar hingga yang terkecil itu bukanlah pekerjaan orang iseng apalagi pekerjaan orang pengangguran.
Lihat batu yang disusun sedemikian rupa saya jadi ingat permainan jaman kecil dulu yaitu unclak. Hanya bedanya kalau di Indonesia yang disusun itu adalah pecahan genting yang berjumlah 10, masing-masing pemain akan punya kesempatan untuk melempar batu hingga tumpukan genting itu berantakan. Barang siapa yang setelah giliranya genting tersebut berantakan maka dia yang jadi.
Sambil selesai genting disusun kembali yang jadi harus mencari pemain yang sedang bersembunyi jika bertemu harus menginjak batu untuk melempar genting tadi. Begitu seterusnya namun jika tak ketahuan sama yang jadi, si pemain yang datang bisa juga bubarin genting yang tersusun itu. Begitu seterusnya hingga berganti pemain.
Nah kalau di Korea tumpukan batu tersebut gak bakalan ada yang mau mengusiknya apalagi bubarin tumpukannya karena mereka percaya bahwa jika dihancurin bisa jadi doa dan keinginan orang yang menyusunnya jadi gagal. Hanya alamlah yang boleh menghancurkan tumpukan batu tersebut.
Weeesss mau coba kan menyusun tumpukan batu seperti orang Korea?
Salam Sya
Ikuti tulisan menarik Syasya Ma lainnya di sini.